Beranda Daerah Papua Tanah Damai Atau Tanah Injil

Papua Tanah Damai Atau Tanah Injil

2188
0

Oleh : Amoye Pekey

Tanah Papua adalah tanah yang damai. Slogan Papua tanah damai mulai diperkenalkan 2 dekade terakhi<r, hal ini dikampanyekan oleh beberapa kalangan dalam upaya menekan kemungkinan konflik yang lebih besar akibat ketidak adilan pembangunan baik itu penegakan HAM, pembangunan SDM dan politik keagamaan di tanah Papua. Para tokoh agama mulai menyuarakan ini, di kalangan umat katolik pastor Neles Tebay mulai menggalakan kampanye Papua tanah damai melalui jaringan damai Papua ( JDP). Selain itu forum – forum keagamaan sering melakukan kegiatan – kegiatan seminar lintas agama sebagai upaya menekan risiko konflik ketidakadilan di tanah Papua.

Kita ketahui bersama sebelum 2 dekade itu julukan Papua tanah damai baru muncul, sebenarnya suda lebih dari 150 tahun sebelumnya ada sejarah besar di tanah Papua yaitu peristiwa masuknya injil di tanah papua tepatnya pada tanggal 5 Februari 1855. Pada tanggal inilah awal mula orang Papua mengenal peradaban baru, di mana masyarakat mulai mengenal kehidupan yang terlepas dari belenggu dosa, awal mula pertobatan tanah Papua, pendidikan oleh para misionaris dengan dikembangkan sekolah bagi para guru jemaat di wasior, yang kemudian mulai mendorong suatu peradaban baru di tanah Papua. Masuknya Injil merupakan tonggak sejarah baru transisi masyaraka Papua dari sejarah pemikiran tradisional menuju masyarakat yang moderen. Saat itulah masyarakat suda mulai mengenal kehidupan yang harmonis yang bersama – sama hidup dalam nenata hidup lebih baik lagi tanpa diperhamba oleh apapun dan peperangan.

Sejarah ini membuktikan bawa, jauh hari sebelum peristiwa – peristiwa akibat ketidakadilan di tanah Papua peristiwa Injil telah lebih dulu membaharui orang Papua. Peristiwa – perintiwa ketidakadilan yang merupakan pemicu konflik di tanah ini tidak menimbulkan konflik horisontal yang sangat berarti karena sesungguhnya injil itu telah membaharui persepsi orang di tanah ini. Akibat dari Injil adalah kasih, suka cita dan damai sejahtera. Hal ini berarti tanah Papua bukanlah tanah damai yang dibuat-buat oleh manusia tetapi tanah injil karena Injilah kasih dan damai sejahtera itu bisa hadir di tanah Papua.

Tanah Papua tanah injil adalah slogan yang paling tepat di kampanyekan pada masa – masa ini. Walaupun seakan slogan ini seakan mendiskriditkan kelompok tertentu tetapi perlu diketahui bahwa sejarah telah mencatat tanah ini lebih dulu dibangun melalui pemberitaan Injil. Bukti sejarah menyatakan bahwa hidup berdampingan itu telah membudaya di tanah ini tanpa konflik. Semua bersama hidup dalam satu honai, tokok sagu dan cari bia bersama,duduk di para para adat, kita bersama ebamukai,  duduk di satu tungku dan  satu tungku tiga batu. Hal inilah nilai – nilai budaya Papua yang dibagun dengan baik selama berabad – abad dan nilai ini harus dilestarikan. Hukum kasih dalam Injil akan memberikan ruang bagi semua orang bersama – sama bekerja membangun tanah Papua dengan harmonis karena kasih itu tidak membedakan, tidak menyombongkan diri, rama karena kasih itu murah hati.

Di beberapa daerah lain isu suku, agama, ras dan Antar golongan ( SARA) sering digunakan golongan tertentu sebagai alat pemecah konflik misalnya di Poso, dan Maluku dan SARA juga mulai dijadikan alat mobilisasi politik kepentingan misalnya di Jakarta dengan pristiwa 212 yang dimotori Habib Rizik Zihab. Di tanah Papua belum pernah terjadi konflik yang berarti akibat SARA seperti yang terjadi dibeberapa daerah. Untuk memastikan tanah Papua yang adalah tanah injil ini kita sebagai orang percaya yang diberikan mandat budaya dari Tuhan  untuk membangun dan melestarikan tanah ini suda harus bisa bekerja lebih baik dan mengantisipasi kemungkin – kemungkinan yang akan memecah bela, dan mengadu domba bahkan menyerang suasana kasih antar sesama umat yang suda terbina di tanah ini. Upaya – upaya yang bisa dilakukan untuk mendukung kasih dan damai sejahtera ( shalom ) itu ada di tanah Papua adalah bisa dalam bentuk tranmisi visi dalam kajian – kajian dan diskusi – diskusi kritis terkait ancaman – ancama yang akan mengacaukan tatanan hidup tanah injil di Papua.

Organisasi  masyarakat yang bersifat sosial, keagamaan dan Gereja yang mengusung visi mempunyai hidup dan mempunyainyai dalam berkelimpahan harusnya melihat ancaman yang disebutkan diatas dengan serius agar tercipta tatanan hidup yang berkelimpahan berkat damai sejahtera. Kita telah mendengar isu adanya penghinaan misionaris di tanah Papua oleh para oknum yang kemudian direspon oleh  tokoh dan aktifis Gereja yang melapor kasus ini ke pihak, kemudian adanya kelompok – kelompok yang ada hubungannya dengan teroris mulai menimbulkan kecemasan warga di tanah ini. Berhubugan dengan adanya masa akhir menuju pemilihan kepala daerah di Papua, situasi situasi ini sangat genting sekali dengan munculnya konflik yang perlu kita waspadai. Organisasi kristen yang apatis hanyalah akan menyisahkan masalah dan tidak akan turut serta dalam menciptakan tatanan kehidupan yang berkelimpahan. Organisais kristen yang aktif adalah organisasi pembaharuan yang memberikan dampak kepada semua sektor. Sehingga kondisi ini dapat dikendalikan berjalan sesuai dengan koridor yang diatur dengan baik sehingga tercipta kondisi yang kondusif ( social order ).

Sebagai kaum intelektual kristen harusnya bisa memberikan respon atas situasi ini dan solusi atas soal ini. Respok kita sebagai intelektual kristen  antara lain melalui upaya diskusi kritis menghadapi isu SARA di tingkat Global, nasional dan lokal di tanah Papua. Kita bisa melakukan seminar yang menghadirkan pihak – pihak terkait misalnya para akademisi, tokoh agama dan kepolisian untuk mendiskusikan ini memberikan pemahaman kepada kelompok terbatas dalam kegiatan fokus group diskusi. Tanpa diskusi tidak akan tercipta persepsi, persepsi yang telah tersebar akan menciptakan opini publik, dan opini publik akan membentuk tatanan. Sebagai intelektual harusnya kita menciptakan tatanan memlaui diskusi – diskusi. Topik yang bisa dibicarakan antara lain adalah isu radikalisme dan teroris, bagaimana penegakan hukumnya dan upaya umat beragama dalam menghadapi isu tersebut. Dalam konteks ajaran kristen kita harus menjadi terang dan garam dunia dalam menghadapi kondisi ini melalui upaya menyebarkan kasih Kristus melalui injil agar damai sejahtera memerintah di antara kita. Sehingga topik penginjilan dalam seminar  dan diskusi merupakan topik utama yang harusnya mengiringin setiap diksusi – diskusi umat kristen di tanah ini.

Keharmonisan di tanah Papua bisa menjadi contoh bagi daerah lain karena ada tercipta tatanan damai sejahtera yang memerintah di seluruh pelosok negeri karena injil itu yang membaharui sikap hati kita. Tuhan memberkati.

Penulis sehari-hari bekerja sebagai seorang Pekerja Sosial di Kota Jayapura untuk mengurus dan menangani anak-anak terlantar