
Jayapura, Kampanye Imunisasi Campak, Rubella, dan Polio telah berjalan sejak 1 Agustus 2018 di seluruh Provinsi Papua, termasuk Kabupaten Jayawijaya. Hingga hari ini 15 Agustus 2018 telah tercatat sebanyak 124.013 anak di seluruh Papua telah mendapatkan imunisasi tersebut, dimana 5.945 diantaranya merupakan anak-anak di Kabupaten Jayawijaya.
Hal itu sejalan dengan komitmen Provinsi Papua untuk mencapai 100% cakupan Imunisasi selama masa kampanye tersebut, yaitu bulan Agustus – September 2018. Dalam proses pelaksanaan imunisasi di Jayawijaya, Salah seorang anak berinisial AL (9 tahun) mendapatkan imunisasi di sekolahnya pada hari selasa, (14/08/2018) dan setelahnya pingsan dan meninggal di RSUD Wamena.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, drg. Aloysius Giay, M.Kes, menyatakan bahwa bela sungkawa yang sebesar-besarnya kepada keluarga atas kejadian yang menimpa anak AL.
“Pada hari ini kami semua sudah bertemu langsung dengan pihak keluarga dan kami menyampaikan duka dan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya pula kami memberikan perhatian yang sangat serius terhadap kejadian ini dan selanjutnya akan ada investigasi untuk mencari tahu penyebabnya,”katanya via press rilis yang diterima wartawan di Jayapura.
Menurutnya, ditengah maraknya Kampanye Imunisasi Campak, Rubella, dan Polio di seluruh Indonesia, banyak pihak yang memberikan perhatian serius terhadap kejadian ini. Dalam waktu kurang dari 24 jam, pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya telah mengirimkan laporan tertulis kepada Komisi Daerah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KOMDA KIPI) Provinsi Papua.
Beberapa organisasi pun turut menyertai kedatangan Dinas Kesehatan Provinsi Papua di Wamena, yaitu Dewan Adat Papua yang diwakili oleh Ketua 1 dan Ketua Wilayah Lapago, serta UNICEF. Rombongan telah bertemu langsung dengan pihak keluarga untuk menyampaikan rasa duka cita yang sedalam-dalamnya.
“Dalam kejadian ini, jangan kita serta merta mengaitkan kejadian ini dengan imunisasi. Banyak hal yang bisa mempengaruhi keadaan fisik anak, misalnya imunitas tubuhnya atau seberapa sehat si anak. Berdasarkan hasil pertemuan hari ini dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya dan Puskesmas Kurulu, diketahui bahwa 7 anak lainnya, yang mendapatkan imunisasi dari vial atau botol yang sama dengan AL, berada dalam kondisi baik. Oleh karena itu, saya mengajak kita semua untuk tetap tenang dan mempercayakan penyelidikan kejadian ini kepada KOMDA KIPI. KOMDA KIPI akan memberikan hasil penyelidikannya dalam waktu secepat-cepatnya.”jelasnya.
Lanjut Giyai, Pada tahun 2017 yang lalu, dalam pelaksanaan Kampanye Imunisasi Campak dan Rubella Fase I di seluruh provinsi di Pulau Jawa, 35 juta anak telah mendapatkan imunisasi tersebut.
“Sangat berbeda ya, dengan di Papua, dari jumlah cakupan imunisasi di Papua hingga saat ini yang mencapai lebih dari 120.000 anak, dari target sekitar 1 juta anak, saya sampaikan bagi kita semua bahwa vaksin ini aman. Demi melindungi anak-anak dan masa depan Papua, saya minta semua pihak untuk mendukung agar imunisasi Campak, Rubella, dan Polio ini tetap dilanjutkan. Sejak pagi ini, kita telah berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya dan Puskesmas, tokoh Adat dan tokoh Agama, Kepala Kepolisian Resor Jayawijaya untuk memastikan anak-anak Papua memperoleh haknya atas Imunisasi.”ujarnya.
Senada juga disampaikan, Ketua I Dewan Adat Papua, Weynand Watory menegaskan bahwa Imunisasi ini merupakan satu-satunya cara untuk melindungi anak-anak dan masa depan Papua dari penyakit Campak, Rubella, dan Polio.
“Kita semua tentu merasakan duka yang sangat dalam dengan kejadian yang menimpa Anak AL. Saya mengajak kita , masyarakat Papua, unutk tetap tenang dan menunggu hasil investigasi. Kita juga harus ingat bahwa imunisasi inilah yang dapat melindungi anak kita dari Campak, Rubella, dan Polio. Tiga penyakit ini sangat mengancam bagi generasi masa depan Papua, karena menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Kita tidak mau KLB di Asmat beberapa waktu lalu terulang kembali dan merenggut kehidupan anak-anak kita.”, lanjut Watory.
Imunisasi sangatlah penting mengingat banyaknya kasus campak yang terjadi di Papua, seperti 66 kasus di Asmat, 38 di Nduga, 40 di Deiyai, 3 di Pegunungan Bintang, 3 di Boven Digoel, dan 1 di Merauke. Sedangkan kasus Rubella dari sampel yang diambil di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Keerom, Biak Numfor, dan Mimika mencapai angka 9 kasus berdasarkan hasil laboratorium di Surabaya (data dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua tahun 2017).
Sekitar satu juta anak usia sembilan bulan sampai kurang dari 15 tahun akan menjadi sasaran vaksin Campak dan Rubella, serta Polio di Provinsi Papua. Hampir seluruh kabupaten di Provinsi Papua dinyatakan sebagai daerah yang rentan risiko dan atau sangat rentan risiko, karena faktor akses yang terbatas.
Penyakit Rubella terkadang tidak menunjukkan tanda-tanda signifikan atau jelas pada anak. Akan tetapi, jika dilakukan pencegahan sejak dini dapat menghindarkan anak dari kebutaan, kepala kecil, katarak hingga gangguan pendengaran. Sementara itu, untuk campak, jika tidak dilakukan pencegahan sejak awal dapat menyebabkan anak terkena radang paru, radang otak, kebutaan hingga gizi buruk. Kasus Polio sendiri, yang menyebabkan lumpuh layuh bahkan kematian, telah terjadi dalam tahun ini di negara tetangga, Papua New Guinea. Sebagai akibatnya, seluruh wilayah Provinsi Papua sangat rentan terhadap penularan virus ini.
Christian Degei