
Oleh Felix Degei*
ODHA adalah singkatan dari Orang Dengan HIV-AIDS. Sementara, AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah nama penyakit setelah penderita terkena HIV (Human Immunodeficiency Virus). HIV itu sendiri adalah virus yang menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Sehingga setiap tubuh yang sudah terinfeksi virus tersebut akan rentang terhadap berbagai penyakit lainnya.
BELAKANGAN ini beberapa media di Indonesia merilis tentang fenomena peningkatan angka Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA) yang sangat signifikan dalam beberapa tahun terakhir ini di Tanah Papua. Hal tersebut terlihat jelas jika melihat dan memahami hasil yang dirilis oleh beberapa lembaga yang fokus di bidang kesehatan di Papua. Terlebih khusus data resmi dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua selama tiga tahun terakhir (2016, 2017 dan 2018).
Misalnya berdasarkan data yang dirilis oleh Dinas Kesehatan Provinsi Papua per 31 Desember 2016. Total Kasus HIV-AIDS di Papua adalah 26.973 kasus dengan uraian HIV sebanyak 9.969 kasus, sementara AIDS sebanyak 17.004 kasus. Kelompok usia yang paling banyak adalah 25-49 tahun dengan jumlah 15.640 kasus.
Data per 31 Desember 2017 mencatat bahwa total Kasus HIV-AIDS di Papua adalah 32.263 kasus dengan uraian HIV sebanyak 20.435 kasus, sementara AIDS sebanyak 11.828 kasus. Kelompok usia yang paling banyak adalah 25-49 tahun dengan jumlah 18.743 kasus.
Sementara, Data terakhir per 31 Maret 2018 diumumkan bahwa total Kasus HIV-AIDS di Papua mencapai 35.837 Kasus dengan uraian HIV sebanyak 13.327 kasus, sementara AIDS sebanyak 22.510 kasus. Kelompok usia yang paling banyak adalah 25-49 tahun dengan jumlah 20.671 kasus.
Menyimak data dan fakta di atas, tentu banyak pihak yang pasti penasaran dan bertanya: apa yang salah dengan masyarakat di Tanah Papua? Bahkan ada yang secara frontal bisa saja bertanya: siapa yang salah? Untuk itu, tulisan ini hendak mempertegas bahwa tidak ada pihak lain yang salah kecuali setiap pribadi yang bersangkutan, terlepas dari bayi yang tertular karena ibunya.
Selama ini tidak ada penelitian terdahulu yang mengungkap tentang siapa yang salah sehingga membludaknya angka Pengidap HIV-AIDS di Tanah Papua. Namun berdasarkan data analisis dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua, kelompok usia yang selalu tinggi dan dominan dalam kategori penderita setiap tahun adalah mereka yang berada pada usia 25-49 tahun. Padahal seyogiyanya mereka adalah kelompok usia yang berperan penting dalam pembangunan bangsa dan negara (tulang punggung bangsa).
Jika yang bersalah adalah setiap pribadi, maka bagian selanjutnya hendak dibahas tentang hal-hal yang patut manjadi perhatian dari setiap insan. Berikut ada tiga hal penting yang wajib diketahui oleh setiap orang: Dimana HIV hidup? Bagaimana HIV menular? Dan, Bagaimana cara mencegah agar HIV tidak tertular?
Dimana HIV hidup?
Berbagai sumber menyebutkan bahwa HIV dapat hidup dalam cairan tubuh yang terkandung dalam manusia, antara lain: darah, cairan vagina, cairan sperma dan cairan Air Susu Ibu (ASI).
Bagaimana HIV menular?
Berbagai sumber mangakui bahwa penularan HIV akan terjadi melalui: Pertama, berhubungan seks dengan orang yang mengidap HIV-AIDS tampa mengenakan pelindung (condom). Kedua, kontak darah atau luka dan transfusi darah yang sudah tercemar HIV-AIDS. Ketiga, penggunaan jarum suntik atau jarum tindik secara bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV-AIDS. Keempat, dari ibu yang positif terinfeksi HIV-AIDS kepada bayi yang dikandungnya.
Namun ada beberapa mitos yang sering diperbincangkan bahwa ia dapat menularkan Penyakit HIV-AIDS. Padahal sebenarnya aktivitas tersebut tidak berbahaya dalam penularan seperti gigitan nyamuk, orang bersalaman, berciuman, orang berpelukanm makan bersama dan tinggal serumah.
Bagaimana pencegahan agar HIV tidak tertular?
Berbagai sumber menyebutkan ada tiga cara untuk mencegah penularan HIV AIDS antara lain, hindari hubungan seks bebas, gunakan kondom bila hubungan seks serta hindari penggunaan jarum suntik atau jarum tindik secara bergantian.
Selain itu, ada Rumus ABCDE yang selama ini disosialisasikan oleh berbagai pihak di Indonesia guna menurunkan Angka Pengidap HIV-AIDS. Penjabaran rumus tersebut adalah sebagai berikut: A (Abstinence) hindari hubungan seks di luar nikah. B (Be Faithful) saling setia pada pasangan. C (Condom) gunakan kondom saat berhubungan seksual. D (Don’t use drugs) tidak memakai Narkoba. E (Equipment/Education) minta pelayanan kesehatan dengan peralatan yang steril ataupun pentingnya pendidikan seks pada usia dini.
Sembari mengakhiri tulisan ini, penulis hendak menegaskan kembali bahwa tidak ada pihak lain yang salah kecuali setiap pribadi yang bersangkutan, terlepas dari bayi yang tertular karena ibunya. Kita manusia sesungguhnya beda dengan binatang atau hewan yang hanya menggunakan instink naluri. Semoga ulasan singkat ini akan menggugah akal budi dan suara hati yang telah dianugerah buat kita setiap insan oleh Sang Khalik. Smoga!
*Penulis adalah Mahasiswa Pasca Sarjana Asli Tanah Papua yang sedang Kuliah pada Jurusan Master of Education di The University of Adelaide Australia Selatan.