
Manokwari,23/03/2016,PAPUALIVES.COM – Kelompok pembudidaya tanaman gaharu di Kabupaten Sorong terancam kehilangan penghasilan. Sebab, upaya para petani tanaman yang bernilai ekonomis tinggi ini sulit mendapatkan pupuk.
“Tanaman gaharu membutuhkan pupuk khusus jenis mutiara. Pupuk ini mahal sekali. Saya sempat datangkan sebanyak 10 ton dan dibagi-bagi ke petani baik yang ada kerja sama maupun yang swadaya,” kata anggota DPR Papua Barat (DPR-PB), Roby Nauw saat menggelar kunker ke Kabupaten Sorong pekan lalu.
Kata Roby Nauw, peramasalahan menyangkut budidaya tanaman gaharu disampaikan saat dirinya melakukan kegiatan reses. Saat ini, tanaman gaharu sudah mencapai tinggi 20-50 cm dengan usia tanam 3-4 tahun.
Menurut Roby, bibit gaharu didatangkan dari Bengkulu, Sumatera Selatan. Selain di kabupaten Sorong, bibit gaharu juga dibagikan kepada masyarakat di kabupaten Maybrat dengan jumlah mencapai 36 ribu pohon bibit gaharu.
“Saya yang datangkan bibit-bibit tersebut. Pemerintah daerah perlu membina para petani sehingga pada waktunya, mereka bisa hasilkan gaharu. Karena, habitat gaharu di Papua Barat sangat bagus,” ujarnya.
Dikatakan, pola pemanfaatan gaharu yang selama ini dilakukan secara liar dengan mengambil langsung di alam justru mengancam kelesetariannya. Sebab, budidayaan ini tidak sekadar memberikan manfaat ekonomi.
“Upaya ini ikut melestarikan tanaman gaharu dan lingkungan. Diperkiranan, 20 tahun kedepan cadangan gaharu yang ada di dalam itu akan punah akibat diburu secara liar,” tuturnya.
Roby menambahkan, bentuk campur tangan pemerintah seperti, memberikan pembinaan berkelanjutan dan dana stimulan sangat menentukan kelangsungan dari upaya budidaya gaharu yang sedang ditumbuhkan.
“Dana rutin bisa dialokasikan dari APBD kabupaten maupun provinsi. gerakan budidaya ini adalah spontanitas karena memiliki fungsi ganda. Kita akan melakukan suntikan masal pada tanaman saat usi 4-5 mendatang,” imbuhnya.(ars)
Wiyainews.com