
Bintuni,Bupati Teluk Bintuni Ir. Petrus Kasihiw, MT, Jumat (15/12/2017) meresmikan pemakaian gedung Bedah Sentral dan ICU rumah sakit umum (RSU) Bintuni yang ditandai dengan pengguntingan pita di depan pintu masuk Gedung tersebut.
Bupati Petrus Kasihiw mengungkapkan bahwa orang meninggal itu sudah kehendak Tuhan tetapi sebelum orang atau pasien itu meninggal paling tidak sudah dilakukan pertolongan pada orang tersebut, karena itu merupakan bagian dari tugas kemanusiaan.
Dalam perkembangan kabupaten ini di dalam melengkapi tugas-tugas pelayanan baik di OPD serta dibeberapa unit-unit pelayanan yang langsung bersentuhan dengan kepentingan hajat hidup orang banyak dari waktu ke waktu terus pemerintah daerah benahi.
Bupati Petrus Kasihiw mengatakan, ada sejumlah fasilitas baru di rumah sakit yaitu ruang ICU dan ruang sentral operasi atau bedah termasuk yang terbaik di Papua Barat. Belum lama ini ada tim komisi akreditasi rumah sakit yang datang ke Bintuni untuk memberikan nilai kepada rumah sakit umum Bintuni.
“Rumah sakit ini saya lihat dari hasil presentasi tim akreditasi itu selangkah lagi kita akan menjadi rumah sakit percontohan terbaik di Tanah Papua,” ujarnya.
Direktur RSU Bintuni Dr. Eka W. Sudradji, PhD melaporkan bahwa instalasi Gedung Bedah Sentral dan ICU sudah siap digunakan untuk melayani masyarakat. “Kedua instalasi ini bergabung dengan bangunan seluas 1.200 meter persegi. ICU memiliki kapasitas 5 tempat tidur dan tersedia 5 ventelator ini adalah unit ICU dengan ventelator termegah di Papua Barat.
Kemudian gedung bedah central memiliki 3 ruang bedah dengan 2 ruang bedah mayor dan 1 ruang bedah minor.
Gedung bedah sentral ini merupakan satu-satunya di Papua Barat yang menggunakan sistem filtrasi udara atau hepa filter dan biasanya yang menggunakan hepa filter merupakan rumah sakit yang berkapasitas internasional seperti yang ada di tanah Jawa.
“Tenaga yang sudah dipersiapkan yaitu 2 tenaga dokter bedah, 2 tenaga dokter kebidanan, 1 tenaga dokter anastesi yang siap melayani masyarakat. Tim ICU sudah dilatih baik di Yogya maupun di Denpasar masing-masing 3 bulan dan bersertifikasi perawat ICU nasional.
Untuk tenaga bedah sentral saat ini sudah berjumlah sekitar 15 orang dengan harapan pada tahun depan kita akan merekrut lagi sekitar 5 orang perawat sehingga 3 ruang operasi bisa berjalan secara simultan selama 24 jam,” imbuhnya.
Kepala Dinas Kesehatan Teluk Bintuni Ekber Fakdawer SH MM berharap kedepan RSU Bintuni dikembangkan untuk mengangkat kapasitas anak-anak Papua yang saat ini bekerja di rumah sakit tersebut. “Sebab kalau bukan kami anak Papua siapa lagi yang akan dilatih dan siap bekerja di rumah sakit ini.
Dikesempatan itu ada pemberian bantuan 4 unit Puskesmas keliling air semua ini bersumber dari dana alokasi khusus (DAK) tahun 2017. “Kami mohon dukungan Bupati agar kami bisa mengadakan 1 unit mobil jenasah khusus yang mengantar jemput antar kota. Begitu pun ambulancenya itu memerlukan 1 atau 2 unit untuk kendaraan operasional lapangan dobol gardan,” tandasnya.
Daniel MD