Oleh Felix Degei*
Selama ini kita selalu menyaksikan banyak netizen yang saling kritik mengkritik tentang gaya kepemimpinan dan pembangunan di daerah melalui beberapa jejaring sosial seperti facebook, twitter dan whatsapp. Ada banyak kritikan tanpa berdasarkan data dan fakta yang jelas. Lebih kerdil lagi ada beberapa kritikan tanpa solusi. Padahal kritik itu biasa, manusia ada lemahnya asal kritikan tersebut membangun demi kemaslahatan umat manusia.
Berikut ini adalah salah satu contoh saran prospek pembangunan yang lebih baik untuk ketiga kabupaten yang ada di Daerah Basis Suku Mee Pedalaman Papua (Meeuwo) antara lain Kabupaten Paniai, Deiyai dan Dogiyai. Harapan wajah pembangunan yang lebih baik tersebut berasal dari salah seorang intelektual senior dari Suku Mee yakni Ir. Yan Ukago, MT. Ungkapan karena kepedulian yang mendalam tersebut disampaikan melalui akun facebook pribadinya pada tanggal 2 September 2018 lalu.
Intensi saran tersebut dialamatkan langsung kepada ketiga bupati yang sedang dan akan memimpin ketiga kabupaten yang ada di daerah Meeuwo (Paniai, Deiyai dan Dogiyai). Berikut catatan penting dari Sang Arsitek asli Suku Mee yang sedang mengabdi di Kabupaten Yalimo itu.
Untuk Bupati Paniai
Untuk Bupati Paniai terpilih, jangan lupa expose wisata sekeliling Danau Paniai yang indah dan permai itu. Barangkali saran tersebut lahir setelah melihat dan mengamati beberapa kabupaten dan provinsi yang namanya tersohor akibat pengelolahan potensi danaunya dengan baik. Misalnya, Kabupaten Jayapura yang selalu adakan Festival Danau Sentani. Danau Bratan Bedugul di Bali yang selalu ramai dikunjungi turis lokal dan manca negara. Serta, Danau Toba yang telah dilengkapi dengan fasilitas penginapan dan transportasi danau yang memukau perhatian dari banyak wisatawan. Semoga sumbangan ide brilian ini akan menjadi referensi buat bupati terpilih untuk mengembangkan potensi dua danau yang ada di wilayah kerjanya yakni Danau Paniai dan Tage Biru.
Untuk Bupati Deiyai
Siapa saja yang akan jadi Bupati Deiyai nanti sifatnya wajib mengarahkan pembangunan ke arah Distrik Kapiraya dan Bouwo wilayah terluas yang ada di belakang gunung itu. Saran ini barangkali diberikan mengingat akses yang susah dijangkau. Akan tetapi, hal lain yang justru jauh lebih penting yakni guna menjaga tapal batas wilayah demi keberlangsungan fauna dan flora yang ada di wilayah selatan itu. Semoga peningkatan kemudahan dalam akses pelayanan publik dan kejelasan masalah tapal batas ini akan menjadi agenda prioritas bagi siapa saja bupati yang akan terpilih kelak. Mencegah lebih baik dari pada mengobati ataupun menyesal kemudian hari.
Untuk Bupati Dogiyai
Sementara untuk Bupati kabupaten Dogiyai ada tiga hal yang baik untuk diperhatikan. Pertama, hal yang senada dengan Kabupaten Deiyai yakni pembangunan harus diarahkan ke wilayah di belakang gunung, Mapia, Piyaiye, Sukikai selatan dan Kamu Selatan. Kedua, pemerintah harus segera cegah potensi banjir yang ada mengingat Kabupaten Dogiyai berada di dataran lembah hijau. Daerah tersebut sebenarnya sangat cocok untuk lahan pertanian tapi sayangnya selalu dilanda banjir ribuan hektar, tanah jadi basah berair hingga membuat sulit untuk pertanian. Ketiga, pemerintah juga harus memberdayakan potensi unggulan yang dimiliki daerah. Misalnya Noken Anggrek dari Daerah Mapia. Pemerintah bisa belanja ke masyarakat lalu dijual ke luar.
Jika ditelaah dengan saksama isi pesan harapan pembangunan dari salah satu Putra Daerah terbaik dari Meuwoo di atas, sebenarnya ada dua konsep pola pembangunan yang telah digagas. Pertama, pola pembangunan yang harus dimulai dari daerah Terluar, Terdepan dan Terisolasi (3T). Kedua, pola perbedayaan potensi lokal yang ada.
Semoga kedua konsep cemerlang di atas ini akan menjadi referensi tambahan buat para pengambil kebijakan di ketiga kabupaten yang ada di Daerah Meeuwo (Paniai, Deiyai dan Dogiyai) guna mewujudkan moto pembangunan dari setiap kabupaten. Paniai (Awetako Enaa Agapida-Hari Esok yang Lebih Baik); Deiyai (Dou, Gaii, Ekowai-Lihat, Pikir lalu Bertindak) dan Dogiyai (Dogiyai Bahagia).
Untuk mengakhiri ulasan singkat ini penulis ingin mengutip judul buku yang pernah ditulis oleh Seorang Pastor Katolik dari Ordo Dominikan di Peru, Gustavo Gutierrez ‘WE DRINK FROM OUR OWN WELLS.’ Artinya bahwa ‘Kita Minum Air dari Sumur Kita Sendiri. Relevansi dengan tulisan ini adalah kita hendaknya berdayakan apa saja yang kita punya untuk mempertahankan hidup dan kehidupan kita dan sesama.
*Penulis adalah Mahasiswa Pasca Sarjana Asli Tanah Papua yang sedang Kuliah pada Jurusan Master of Education di The University of Adelaide Australia Selatan.
Â