
Oleh Paskalis Keagop
Ikan gabus Danau Sentani terancam punah karena dilahap gabus toraja dan lohan. Kedua ikan asing ini adalah predator kejam.KALAU dulu ikan gabus asli Danau Sentani mudah diperoleh di pasar-pasar tradisional ataupun dijajakan masyarakat di kota Sentani. Sekarang, ikan ini semakin sulit diperoleh, karena nyaris punah di habitatnya sendiri.
Siapa sangka ikan gabus yang merupakan endemik asli Danau Sentani, saat ini terancam punah di habitatnya sendiri, karena ekosistem tempatnya berkembangbiak tidak aman baginya. Sejumlah hal telah menjadi penyebab ikan gabus, khahabey (dalam bahasa Sentani) terancam punah.
Untuk menyelamatkannya Habel Taime, Ahli Kesehatan Lingkungan PT. Freeport Indonesia menggagas terbentuknya Komunitas Facebook Jayapura, Phuyaka Institute di Obhe Helebhey Sentani, karena ikan gabus Danau asli Danau Sentani nyaris punah karena air danaunya yang sudah tercemar oleh berbagai limbah yang masuk ke Danau Sentani.
Hal ini, disebabkan oleh :
1) PERILAKU MANUSIA YANG HIDUP DI SEKITAR DANAU SENTANI SIBUK DENGAN PEMBANGUNAN DAN TIDAK LAGI MEMPERHATIKAN KESEIMBANGAN ALAM. AKIBATNYA, SEMUA LIMBA CAIR LANGSUNG DIALIRKAN KE SUNGAI-SUNGAI YANG BERMUARA DI DANAU SENTANI.
2) REGULASI TIDAK CUKUP KUAT UNTUK MENCEGAH TINDAKAN MERUSAK LINGKUNGAN.
3) BANYAK INDUSTRI RUMAH TANGGA YANG MEMBUANG LIMBAHNYA LANGSUNG KE SUNGAI DAN MENCEMARI AIR DANAU SENTANI.
4)SEBAGIAN BESAR RUMAH SAKIT, SEPERTI RUMAH SAKIT YOWARI SENTANI DAN RUMAH SAKIT DIAN HARAPAN WAENA ‘BELUM’ MEMILIKI INDEK PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) SEBELUM DIBUANG KE SALURAN YANG AKHIRNYA BERMUARA KE DANAU SENTANI.
5) MATRIAL DARI SUNGAI SEPERTI PENDULANGAN EMAS TRADISIONAL DI BUMI PERKEMAHAN WAENA YANG MENGGUNAKAN MERKURI, BERBAGAI PENGGALIAN GOLONGAN C DI SEPANJANG PINGGIRAN DANAU SENTANI DAN PENGGUSURAN TANAH PELEBARAN SEPANJANG JALAN RAYA SENTANI KE WAENA YANG DIBUANG MASUK KE DANAU SENTANI.
6) SAMPAH RUMAH TANGGA SEBAGIAN BESAR DIBUANG KE KALI HANYUT MASUK KE DANAU SENTANI.
Selain pencemaran air danau yang berkontribusi terhadap kehidupan khahabey, ada juga sebab lain yang lebih berbahaya adalah masuknya ikan-ikan eksotik atau ikan-ikan asing ke Danau Sentani tanpa memperhatikan perkembangannya yang sangat pesat. Kedua jenis ikan asing di Danau Sentani yang jadi pemangsa, predator bagi ikan gabus Danau Sentani adalah ikan gabus toraja (gastor) dan ikan lohan – warna kuning, yang setiap saat memangsa khahabey. Akibatnya, populasi khahabey semakin berkurang karena telur dan larvanya pun dijadikan makanan kedua ikan predator ini.
Alfred Ibo yang sehari-harinya sebagai nelayan di Danau Sentani menceriterakan pengalamannya bahwa ketika menyelam untuk menyumpit ikan gabus, ia sering menemukan ikan gabus toraja sedang memakan telur ataupun larva khahabey. Ia menyebut gastor sebagai predator yang sangat ganas. Karena bukan saja memangsa ikan gabus kecil tapi juga telur dan larva pun dilahapnya.
Karena itu, jika kondisi ini tidak diatasi, khahabey bisa punah karena dimakan gastor dan lohan. Khahabey merupakan ikan asli yang sudah ratusan atau bahkan ribuan tahun menjadi salah satu sumber protein bagi penduduk asli yang mendiami pesisir dan pulau-pulau di Danau Sentani. Sehingga, ikan gabus Danau Sentani sangat sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat Sentani.
“Bisa dilihat dalam setiap pesta atau acara makan-makan di masyarakat Sentani, pasti lauk utama yang disajikan adalah ikan gabus yang dibuat dalam berbagai rupa, seperti saus ataupun kuah”, kata Alfred Ibo.
Kondisi ekosistem Danau Sentani kini mengalami kerusakan berat akibat tekanan pembangunan yang berpengaruh terhadap biota di dalamnya. Berbagai hasil penelitian menyebutkan, Danau Sentani telah tercamar oleh berbagai limbah dari permukiman penduduk, rumah sakit, bengkel-bengkel motor, meuble-meuble, rumah-rumah makan, restoran, hotel-hotel dan pusat-pusat perbelanjaan.
Limbah cair umumnya menjadi salah satu material yang memberi sumbangan terbesar terhadap rusaknya ekosistem Danau Sentani yang didalamnya hidup berbagai spesies endemik, seperti khahabey, yang memiliki kaitan erat dengan kehidupan masyarakat asli Suku Sentani.
Nasib khahabey kini dalam ancaman serius menuju kepunahan akibat konsumsi manusia dalam jumlah besar tanpa budidaya dan menjadi makanan ikan-ikan asing: ikan gabus toraja dan ikan lohan, yang juga hidup dan berkembang sangat pesat di dalam Danau Sentani semakin memperlancar kepunahan ikan gabus endemik Danau Sentani.
Karena itu, perlu ada upaya penyelamatan ikan gabus dan ekosistemnya. Sebab saat ini, nelayan Danau Sentani mengalami kesulitan mendapatkan khahabey atau ikan gabus asli Danau Sentani. Setiap saat jumlah tangkapan mereka terus menurun, tidak seperti di waktu 10 sampai 20 tahun sebelumnya yang jumlah tangkapannya sangat banyak.
Tidak seperti sekarang, justru ikan lohan dan gabus toraja yang sangat banyak. Keluhan para nelayan Danau Sentani ini tidak bisa dipandang remeh. Semua pihak mulai sekarang harus berpikir dan bertindak cepat sebelum ikan gabus Danau Sentani hilang dari rumahnya sendiri dan hanya akan ada ceritera bahwa dulu pernah ada ikan gabus asli di Danau Sentani, seperti ikan gergaji Danau Sentani yang kini hanya bisa ditemukan dalam literatur-literatur di perpustakaan dan museum.
Walau kondisinya semakin miris, Aktivis Lingkungan Hidup, Lyndon Pangkali tetap optimis untuk menyelamatkan khahabey. Ikan gabus masih akan ada di Danau Sentani yang didalamnya pun hidup biota lain yang juga mendapatkan asupan nutrisi dari lingkungan di luar dan di dalam danau.
Karena itu, agar khahabey dan ikan-ikan endemik lainnya dapat lestari dan menjadi sumber makanan dengan kandungan gizi yang baik bagi penduduk di sekitarnya, maka yang harus dilakukan adalah melakukan pengkajian-pengkajian terhadap Danau Sentani, khususnya oleh anak-anak asli Sentani dan juga oleh pihak lain yang peduli dengan lingkungan hidup, serta menegakkan peraturan daerah yang terkait dengan lingkungan hidup, termasuk penegakkan aturan-aturan adat.
“Dengan menegakkan aturan-aturan, maka pembangunan yang tidak disertai dengan IPAL maupun AMDAL dapat dihentikan sehingga tidak merusak lingkungan yang pada akhirnya bermuara pada rusaknya ekosistem dan biota yang hidup di dalam Danau Sentani”, ujar Lyndon Pangkali yang cukup lama bergelut di bidang lingkungan hidup.
Artikel diterbitkan ulang oleh media PapuaLives