
Jayapura,02/04/2016,PAPUALIVES.COM – Penghuni asrama Tunas Harapan, Padangbulan, Kota Jayapura menyesalkan komitmen Keuskupan Jayapura yang menggusur asrama yang akan dijadikan pusat pastoral.
Pembina Asrama Tunas Harapan, Aleks Giyai kepada Jubi di Padangbulan, Jumat (1/4/2016) mengatakan selama ini tidak ada proses kaderisasi terhadap pihaknya oleh keuskupan dan yayasan Katolik.Maka dari itu, pihaknya meminta keuskupan agar memberikan waktu hingga tiga tahun ke depan hingga mahasiswa angkatan 2015 selesai menyelesaikan studinya.
“Selama tiga tahun, kami tidak akan pernah merekrut penghuni baru di asrama. Setelah masa tiga tahun selesai, kami akan menyerahkan asrama ini kepada pihak Keuskupan,” katanya.
Jika Keuskupan tidak mengindahkan permintaan pihaknya maka mereka berkomitmen untuk tidak keluar dari asrama milik keuskupan itu.
Mahasiswa STIKOM Muhammadiyah Jayapura ini menilai Keuskupan Jayapura gagal membangun SDM pemuda katolik di Papua.
“Dan juga pihak Keuskupan sudah menutup beberapa asrama selama ini. Seperti Asrama Putra SMA Taruna Bakti Waena. Dua Asrama Katolik di Wamena. Dan sekarang terjadi pengusiran terhadap para mahasiswa Katolik di asrama Tunas Harapan. Sehingga, kami menilai ini terjadi diskriminasi dan marginalisasi terhadap kami anak-anak pribumi Papua oleh tubuh pemimpin agama Katolik sendiri,” katanya.
Uskup Keuskupan Jayapura, Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM mengatakan keuskupan sudah memberitahukan melalui Pater Neles Tebai, Pr. bahwa keuskupan berencana merobohkan bangunan-bangunan tua di kompleks asrama tersebut sejak pertengahan tahun 2015.
“Bahkan, beberapa tahun yang lalu lagi. Ini untuk keuskupan mau bangun pusat pastoral keuskupan Jayapura,” katanya dalam pertemuan bersama penghuni asrama Tunas Harapan di Dok II Jayapura, Rabu (30/3/2016). (Abeth You)
TabloidJubi/Admin