Kokonao berasal dari kata Kaokandau. Bila dipisahkan, Kaoka artinya Perempuan, dan Ndau artinya dibunuh. Pernah ada sekelompok perempuaan yang sedang mencari dihilirang sungai pernah dibunuh. Darisitulah istilah tempat ini digunakan.
Kokonao salah kota tua, kota bersejarah yang orang lupakan dari kemajuaan. Enta orang Amugme atau orang lainya. Kota ini ketika peranng Dunia ke II pernah jadi pangkalan militer Jepang. Dan kota tua ini juga jadi kota pendidikan Yayasan Katolik yang terkenal saat jaman Belanda.
Pada daerah ketinggiannya di huni oleh suku Amugme sedangkan pada daerah pesisiran Pantai dan hiliran sungga seperti sungai atukai dapat dijumpai suku Kamoro atau Mumukai we.
Orang Kamoro memang tidak terlalu penting dan terlibat penuh dalam kehidupan kemajuaan era kini. Tak Jarang orang luar menyehut mereka “orang nomaden, malas, dan lain-lain”. Persepsi ini seutuhanya saya mengatakankan bahwa hal ini salah
Orang Kamoro memiliki pandangan hidup menutut budayanya ,dari nama suku Kamoro artinya Orang yang Hidup. Mungkin orang lain adalah orang nomor 2. Dan itulah kamoro, orang nomor satu.
Seperti hal biasanya mereka hidup dengan Karaka di sepanjang pesisiran yang ditumbuhi pohon mani-mani dan kayu laoukannya yang berisi ulat ulat kayu (tabelo) yang kandungam gizinya tinggi jadi makanan tradisi. Mereka sangat terkenal dengan budaya ukir. Pengukir sejati biasa disebut Maramowe.
Untuk dapatkan status Maramowe tidaklah sembarang dalam setiap klen memiliki simbol simbol khusus yang tak bisa saling intervensi. Ada istilah orang depan (kareni Kwotiwe), orang tengah (kareni waikuwe), dan oranng belakang (kareni ep3we).
Kokonao tahun 1927 dijelajah oleh misionaris Hati Kudus (MSC) dari belanda. Yang terkenal dan namanya masih disebut sebut hangat dibibir umat katolik seseorang Pater Le Cocq D’Armandville. Itulah Pastor yang memiliki jasa besar memang tidak bertahan lama dalam pengabdianya ia mendirikan Gereja Katolik, sekolah berpola Asrama, rumah sakit. Tapu ia meninggal ditengah laut araguru.
Banyak pengajar asal dari Key yang masuk bertahan dan memajukan pendidikan disana. Selain itu dulu perempuan perepuaan diselitar kokonao pun mengeyam pendidikan, Sekolah Kepandaiaan Putri (SKP) kurikulumya Memasak dan menjahit. Waktu itu, sejumlah perempuan-perempuan dari Kokonao memiliki kemajuasn sangat luar biasa.
Kokonau Yang Dilupakan
Ketika kami tiba di bandara Apuriyu dapat dirasakan nama Kokota Tua. Rupanya daerah Perubahan dan administramisi pemerintahan itulah yg bayak mendapatksm perhatiasn setius dari Pemerintahan Mimika danPerusahann.
Tak heran bila orang Kamoro di Kokonao tak tahu apa itu Tembagapura. Mereka seperti orang asing yang hidup di negerinya sendiri. Tidak pernah trersentuh dr kemajuaan. Belum ada orang orang yang memiliki mata untuk mendorong kamajuan agar sedikit dirasakan orang Kamoro di Kokonao.
Memang di Kokonao ada jejak jejak Gereja katolik yang sementara giat memajukan pendidikan. Itu masih terasa. Hal ini jarang didukung oleh pemerintah mimika sendiri. Seakan pendidikan di Kokonao milik Gereja.
Pemerintah hadir ditengah kehidupan itu dengan jalan hanya memberikan bantuan-bantuan , perumahan, dan air bersih tetapi sumber daya manusia tidak diperhatikan. Ada fasilitas-fasilitas umum yang pemerintahan bangun tinggal lapuk- lapuk dimakan rayap. Dan juga bantuan-bantuan tak beberapa, tidak digunakan.
Mereka yang dilupakan dari kemajuaan pemerintah dan perusahan PT. FREEPORT. Ungkapan salam, selamat jalan selalu kental dengan sapaan “NIMAO”
Natan Tebai