Beranda Advertorial Lima Hal yang Tidak Dimiliki oleh Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence)

Lima Hal yang Tidak Dimiliki oleh Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence)

3351
Felix Degei, S. Pd., M. Ed pegiat pendidikan khusus orang asli (Foto: dok pribadinya)

(Catatan Penting Mempertahankan Eksistensi Manusia sebagai Ciptaan Tuhan Paling Mulia)

Oleh Felix Degei, S. Pd., M. Ed*

Pendahuluan

Memasuki abad ke 21 (the 21st century) banyak perkembangan fenomenal yang bermunculan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Perubahan yang terjadi secara besar-besaran dalam kurung waktu yang relatif singkat pertama (revolusi 1.0) itu sesungguhnya bermula pada tahun 1784 sejak segala aktivitas manusia mulai menggunakan mesin uap atas jasa penemuan James Watt. Kemudian revolusi industri 2.0 ditandai dengan penggunaan mesin produksi massal bertenaga listrik/minyak mulai tahun 1870. Selanjutnya penggunaan teknologi informasi dan mesin otomasi mulai dikenal bertanda revolusi industri 3.0 tahun 1969. Kini kita berada pada era semua aktivitas manusia terintegrasi dengan internet (internet of things) bertanda revolusi industri 4.0 sudah dimulai sejak tahun 2011. Salah satu temuan canggih yang ada pada era ini adalah adanya peran manusia yang diambil kendali oleh robotik juga ragam bentuk kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Kondisi demikian tentu akan memperkecil peluang manusia untuk berkompetisi dalam mendapatkan kesempatan bekerja secara manual. Selain itu, dalam mengerjakan sesuatu manusia tidak lagi menggunakan daya, karya dan karsanya untuk menghasilkan sesuatu yang estetik dan filosofis. Oleh sebab itu, tulisan mengenai pengetahuan yang benar tentang kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) sangat dibutuhkan saat ini. Apalagi penjelasan mengenai lima yang tidak dimiliki oleh kecerdasan buatan (Artifical Intelligence) Harapannya agar manusia sebagai ciptaan Tuhan yang Paling mulia tetap berada pada kodratnya. Sehingga pengembangan diri manusia kini bisa berpusat pada lima hal yang tidak dimiliki oleh kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) di atas.

Apa itu Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence)

Konsep kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) atau biasa singkat AI dikemukakan berberbeda oleh beda ahli. Menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein pada laman Deppublish Store memberi makna kecerdasan buatan (artificial intelligence) adalah kemampuan suatu sistem dalam mentafsirkan data eksternal dengan benar, belajar dari data tersebut, dan menggunakan pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan dan tugas tertentu melalui adaptasi yang fleksibel. Sementara John McCarthy (2024) menyatakan AI adalah kegiatan atau teknologi memodelkan suatu proses berpikir manusia dan mendesain suatu mesin agar meniru perilaku manusia. Dengan mamahami dua pengertian di atas dapat dipahami bahwa AI adalah kecerdasan yang ditambahkan kepada suatu sistem komputer yang bisa diatur dalam konteks ilmiah sehingga ia berlaku sebagaimana manusia.

Bagaimana Cara Kerja Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence)?

Secara umum, AI bekerja dengan cara menggabungkan kumpulan data dengan kapasitas besar (big data) dengan ilmu komputer. Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) akan menyerap sejumlah data pelatihan berlabel yang cukup besar lalu menganalisisnya guna mengidentifikasi pengenalan pola. Dalam sistem kerjanya, AI memerlukan dasar perangkat keras dan lunak untuk menulis dan melatih algoritma pembelajaran mesin (machine learning). Model belajar pemrograman AI mengacu keterampilan kognitif yaitu pembelajaran, penalaran, dan koreksi diri. Pada Laman Gotap id (2024) Harun Arrasyid menulis setidaknya ada lima langka AI bekerja: (1) Input: Data dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam sistem AI, yang bisa dalam bentuk teks, gambar, atau ucapan;  (2) Pengolahan: Sistem AI mengolah data dan memutuskan apa yang harus dilakukan dengannya, menggunakan algoritma untuk menganalisis dan mengidentifikasi pola;  (3) Hasil: Berdasarkan pengolahan, sistem AI menghasilkan keluaran yang dapat digunakan untuk membuat keputusan;  (4) Penyesuaian: Jika hasilnya tidak sesuai dengan yang diinginkan, sistem AI belajar dari kesalahan dan mungkin mengulangi proses dengan cara yang berbeda. Aturan algoritma mungkin perlu disesuaikan untuk cocok dengan set data; dan  (5) Penilaian: Setelah AI menyelesaikan tugas yang diberikan, langkah terakhir adalah penilaian, di mana teknologi menganalisis data, membuat kesimpulan, dan memberikan umpan balik yang diperlukan sebelum menjalankan algoritma lagi.

Langkah-langkah ini menunjukkan bagaimana sistem AI bekerja dengan menggabungkan set data besar dengan algoritma cerdas untuk belajar dari pola dan fitur dalam data, memungkinkan mereka untuk melakukan tugas dan membuat keputusan. Dengan proses yang sudah dikomputasi ini akan menyelesaikan permasalahan kompleks hanya dalam sesaat sesuai sekumpulan instruksi atau langkah-langkah yang dituliskan secara sistematis dan digunakan untuk menyelesaikan masalah atau persoalan logika dan matematika dengan bantuan komputer (Sismoro, 2005, 29).

Data dari laman resmi Sekertariat Kabinet Republik Indonesia (10/03/2024) bertajuk “Kerja Sama Internasional untuk Mendukung Pemanfaatan dan Pengembangan AI di Indonesia” mengkonfirmasi jika Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta adalah pasar yang besar untuk industri teknologi baru, termasuk AI. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Datareportal tahun 2023, per awal tahun 2023 dilaporkan terdapat (i) 212 juta pengguna internet di Indonesia (dengan penetrasi internet sebesar 77 persen); (ii) 167 juta pengguna media sosial (setara dengan 60 persen dari total populasi); dan (iii) 353 juta sambungan seluler aktif (setara dengan 128 persen dari total penduduk). Survei yang dilakukan Ipsos terhadap 22.816 populasi dewasa Indonesia pada rentang periode Mei-Juni 2023 juga menemukan bahwa 75 persen responden bersemangat dengan kehadiran produk dan layanan AI dan 78 persen responden percaya bahwa produk dan layanan AI memiliki lebih banyak kelebihan dibandingkan kekurangannya. Pemanfaatan teknologi AI diyakini akan meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan mendorong inovasi. (https://setkab.go.id).
Ragam kerja yang dikerjakan AI dengan jasa model jaringan neutral Generative Pre-Trained (GPT) seperti sistem yang dapat menulis naskah tertulis secara otomat (jasper), sistem yang menyediakan alat-alat canggih untuk text-to-speech, pembuatan media sintetis, dan otomatisasi suara (uberduck), sistem untuk mengecek kesalahan tata bahasa (grammarly), sistem untuk membuat konten video otomat (synthesia), sistem untuk mencari ragam topik dan ide konten (answer the public) dan lain sebagainya.

Lima Ketrampilan yang Tidak Dimiliki oleh Kecerdasan Buatan

Di sisi lain banyak kemudahan yang disediakan oleh jasa layanan AI namun di lain pihak ada hal yang tidak dapat dilakukannya. Ragam hal yang tidak bisa dilakukan oleh AI ini dipahami sebagai hal kodrat manusia sebagai mahkluk Tuhan yang paling mulia. Berbagai sumber mengkonfirmasi jika masih banyak ketrampilan yang tidak dapat dilakukan oleh AI.
Misalnya, Primakarya University (26/05/2023), merilis setidaknya ada lima ketrampilan manusia yang tidak dapat dilakukan ataupun digantikan oleh AI, antara lain:  (1) Kecerdasan emosional: kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain hanya dapat dilakukan oleh manusia dengan dikendalikan oleh perasaan bersumber pada hati dan pikiran bersumber pada otak;  (2) Kreativitas: kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dengan cara menghubungkan beberapa hal yang sudah ada dan menjadikan sesuatu hal yang baru.  (3) Ketrampilan komunikasi: proses pertukaran dan pemahaman informasi antara dua pihak atau lebih;  (4) Ketrampilan manajemen dan kepimpinan: kemampuan seseorang dalam mengelola dan memimpin orang lain; dan  (5) Etika dan moralitas: kemampuan seseorang untuk berperilaku sesuai dengan norma atau kaidah moral yang berlaku sementara moral berkaitan dengan hal baik buruk, benar dan salah atas hal yang dilakukan seseorang.

Kesimpulan

Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dipahami sebagai sistem yang telah dikomputasi sehingga dapat bertindak selayaknya manusia. Kemampuan yang telah direncanakan secara matang agar berurutan dan tersusun rapih, serta sering digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah dengan memberikan petunjuk tindakan atau biasa disebut dengan algoritma. Pembuatan kecerdasan buatan melalui lima tahapan: pengimputan data, pengolahan data, hasil, penyesuaian dan penilaian. Meski demikian, manusia pada hakekatnya adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang paling mulia diantara aneka ciptaan lainnya termasuk kecerdasan buatan.

Mahkluk yang bisa merasakan apa yang dirasakan oleh sesama (beremosional); mahkluk yang bisa menciptakan sesuatu karya seni yang baru (berkreativitas); mahkluk yang bisa komunikasi dengan sesama (berkomunikasi); mahkluk yang bisa mengelola tata kehidupan juga memimpin diri sendiri dan orang lain (management dan leadership) dan mahkluk yang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk serta dapat berlaku sesuai dengan ragam norma yang berlaku di masyarakat. Dengan demikian kini tugas manusia agar tidak kalah dengan sistem kerja AI adalah meningkatkan kapasitas dan kemampuan pada kelima hal yang tidak dimiliki oleh AI di atas. Smoga!

Penulis adalah pegiat pendidikan khusus orang asli (indigenous studies) yang tinggal di Nabire, ibu kota Provinsi Papua Tengah.