Melihat Kacamata Retak Pembangunan dan Pemilu di Papua

  • Whatsapp
Fransiskus Kobepa (Foto:Dok Pribadi)

Kacamata retak ini harusnya diperbaiki sebaik mungkin, walaupun kaca yang retak tak mampu diperbaiki paling tidak dapat melihat dan menuntun kearah yang baik sama halnya pembangunan dan Pemilu di Provinsi Papua yang penuh dengan misteri ini perlu dipecahkan dan diperbaiki lagi sehingga dapat menjadi kacamata yang jernih bagi siapa saja yang melihat Papua dari sudut pandang yang berbeda.

Oleh : Fransiskus Kobepa*

Bacaan Lainnya

Pembangunan di Papua memang sangat gencar-gencar di bicarakan di jagat raya ini terutama dengan nilai dana Otonomi Khusus (Otsus) Papua yang tersalurkan begitu besar nilainya, akan tetapi nyatanya pembangunan, kemiskinan dan kemajuan di Tanah Papua belum terlihat begitu nyata, sebut saja dana Otsus nilai besar namun belum maksimal pelaksanaanya di lapangan

Terlihat jelas sekali para pejabat sibuk pencalonannya, baik itu untuk jadi anggota legislatif maupun eksekutif maupun Calon Bupati dan Calon Gubernur dengan partai-partainya maupun pengurus adanya daerah pemekaran baru.

Tak terlihat mereka berpikir sangat elitis tanpa memikirkan persoalan yang dihadapi masyarakat Papua hari ini

Kita telah ketahui bersama bahwa Presiden RI Joko Widodo sudah sering singgah di Papua, belum juga menyatakan hasil yang baik hal ini terlihat dengan harga minyak di pegunungan yang harganya turun ketika itu kini kembali naik terlihat bahwa kebijakan demi kebijakan hanya bernuasa sementara saja.

Tak hanya itu penjualan dan perjudian togel, narkoba dan seks bebas kian merajarela di Bumi Cenderawasih ini entah sampai kapan semua misteri ini bisa berakhir ada banyak sekali fenomena kemajuan dan ketertinggalan yang mengisahkan suka,duka dan tawa tersendiri bagi segenap masyakat yang hidup di Tanah Papua

Masyarakat dan Pembangunan

Sudah saatnya masyarakat Papua menjadi tuan di negeri sendiri membangun sesuai dengan kemauan masyarakat pada umumnya membangun daerahnya dengan berbagai Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimilikinya dan latar belakang pendidikannya untuk menjadi apapun itu.

Entah jadi pengusaha, pedagang dan berproduksi sesuatu ataupun bisa mengikuti pekerjaan turun temurun orang tua menjadi nelayan dan pekebun hal ini sangat perlu sekali dilakukan saat ini untuk meminimalisir dan memproteksi ekonomi orang Papua, yang kini terlihat hampir dikuasai masyarakat non Papua.

Hingga hari ini masayarakat Papua belum juga mersakan secara baik pembangunan apalagi Otsus yang sedang bergulir, bahkan masayarakat di dusun mengangap bahwa Otsus milik para pejabat dan mereka hanyalah masyarakat biasa.

Pembangunan sektor ekonomi, pendidikan dan kesehatan di Papua masih sangat lemah dengan kebijakan – kebijakan dari pemerintah yang seakan membuat masyarakat keliru seperti di beberapa daerah yang mempunyai kasus yang sangat memprihatinkan sebagai berikut :

(1) Kebijakan bahwa setiap orang yang masuk sekolah wajib memenuhi persyaratan seperti surat nikah, kartu keluarga dan lain-lain akan tetapi daerah Papua dengan tingkat kesejahteraan dan terpencil sangat mempersulit seorang anak untuk mendapat pendidikan sebab mengharuskan memiliki berkas lengkap.

(2) Biaya sekolah dan kesehatan harusnya di gratiskan bagi masyarakat Papua khususnya Orang Asli Papua (OAP) sebab dana Otsus begitu besar dan masyarakat Papua yang menjalani pendidikan dan hidup di Papua kini sudah sedikit,bahkan bisa dibilang di beberapa daerah sudah hampir punah.

(3) Tak harus kebijakan nasional disetarakan dengan pelayanan publik di Papua sebab Papua pelayanan publik kesehatan dan pendidikan merupakan sesuatu hal yang serius dan urgen, oleh karena itu siapa saja yang membutuhkan layanan kesehatan maupun pendidikan harus di terima dengan hati yang terbuka tanpa harus diisyaratkan dengan prosedur yang berbelit-belit.

(4) Persoalan mendasar terutama SDM masayarakat Papua di wilayah daerah terpecil yang hingga kini belum bisa menerima segala perkembangan yang terus berkembang masih melekat erat tradisi dan budaya seperti contohnya anak belum memiliki nama tak tahu berapa umurnya dan lainnya, hal ini kadang kala membuat pelayanan kesehatan maupun pendidikan menjadi terkendala hal ini ditemukan hampir seluruh daerah terpencil di Papua

Dari berbagai hal yang dijelaskan diatas masih banyak lagi yang belum tertuang akan tetapi hal ini semoga saja mampu memberikan penyadaran bahwa pembangunan di Papua perlu ditingkatkan dengan berbasis wilayah adat dengan mengutamakan kepentingan masyarakat asli Papua sehingga apa yang diharapkan pembangunan Papua yang lebih baik bisa terwujud dengan baik.

Tak hanya dari situ bias-bias pembangunan yang dirasakan begitu dekat dengan kemajuan yang tiada henti-hentinya, bahkan masyarakat lokal di Papua yang berada di dusun jauh sekalipun sudah mampu berdiri sejajar dengan masyarakat kota lainnya tak hanya itu fasilitas-fasilitas modern pun mampu diakses dengan mudah mulai dari handhpone, internet hingga konsumsi minuman keras namun sayangnya perkembangan yang diterima masyarakat justru menghancurkannya kembali.

Ada setumpuk persoalan tatanan kehidupan yang dahulu hingga kita berubah yakni:

(1) Akibat kesibukan keluarga pada umumnya, orangtua seenaknya memberi uang membuat anak harus jajan untuk makan siang dan malam sehingga kadang kala membuat anak sakit,dan terkena penyakit akibat jajan sembarangan.

(2) Judi togel dan dadu sudah menjadi aktivitas seharian, masyarakat lupa dengan aktivitas bermanfaat lainnya seperti berkebun, berternak dan memancing.

(3) Generasi muda Papua kini kekurangan dorongan dan nasehat yang baik dari orangtua, seakan mereka yang bersekolah beranggapan tak perlu dinasehati dan sok pintar

Hal tersebut perlu perhatian serius dari berbagai kalangan mulai dari kalangan adat, agama dan pemuda yang berada di Tanah Papua.

Masyarakat dan Pemilu

Selain pembangunan, Pemilu pastinya akan ramai di bahas mengenai Pemilihan Bupati, Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Gubernur di telinga masyarakat Papua sudah tak asing yang namanya Pemilu dan Pilkada sebab sudah menjadi agenda yang ditunggu-tunggu

Agenda nasional ini merupakan sesuatu roket kenapa di bilang “roket” sebab apabila ia terbang dan menghantam disekelilingnya akan hancur berkeping-keping sebab bisa saja hal ini menjadi sesuatu hal yang luar biasa.

Akan tetapi hal ini bisa dibilang suatu moment banjir duit, dimana duit itu akan di hamburkan kepada masyarakat untuk memperoleh suara, hal ini sudah menjadi tradisi hampir di seluruh daerah di Indonesia, termasuk Papua.

Pemilu tak harus masyarakat menjadi korban kepentingan politik praktis dengan mengharuskan konflik, perang dan perkelahian yang berakibat fatal bagi siapa saja.

Pemilu di pandangan masyarakat memang sangat beragam ada masyarakat yang mendukung ada masyarakat juga yang menolak dan ada pula masyarakat yang memilih untuk tidak mengikuti campur urusan Pemilu itu karena membahayakan jiwanya.

Ada beberapa hal yang perlu diceramti dalam kacamata retak Pemilu di Papua yang beragam di beberapa daerah pesisir hingga pegunungan sebagai berikut:

(1) Tradisi dan kebiasannya masayarakat Papua beragam sesuai dengan wilayah adat masing-masing oleh sebab itu KPU Provinsi Papua harusnya ada unsur perwakilan wilayah adat

(2) Perang suku dan antar kandidat terjadi dalam Pilkada, akan tetapi hal ini sudah sangat fatal sebab perang bukan solusi menyelesaikan sengketa Pilkada bukan jaman purba lagi sekarang harusnya tradisi adat budaya melalui musyawarah dan mufakat perlu didorong KPU perwakilan adat yang dibentuk tersebut.

(3) Perlu adanya peran multi stake holder dari berbagai unsur seperti agama, pemuda, tokoh adat dan tokoh masyarakat untuk turut mensukseskan Pilkada, bukan dengan banyaknya aparat keamanan berjaga-jaga.

(4) Sistem Noken sudah menjadi bagian dari masyarakat pegunungan, hal ini sangat baik sebab Kepala Suku atau Tokoh Masyarakat akan memilih figur pemimpin sesuai dengan penilaiannnya, sebab akan mampu memberikan timbal balik juga seperti memberikan perhatian khusus masyarakatnya membangun fasilitas masyarakatnya maupun dapat berkomunikasi dengan baik pemimpin pilihannya itu.

Merangkai Kacamata Pecah

Merangkai sebuah retakan kacamata yang pecah memang sangat sulit untuk dilakukan, dibutuhkan kesabaran dan hati-hati akan tetapi untuk kebaikan bersama perlu di paksakan dirangkai menjadi sebuah kacamata yang jernih.

Ada beberapa konsep solusi dari sudut pandang penulis sendiri yang perlu didorong semua  pihak agar bisa menjadi sebuah perubahan yang berarti seperti :

(1) Sudut pandang Pembangunan sendiri perlu adanya perbaikan yang didorong oleh masyarakat sendiri sehingga dengan menggandeng berbagai element yang tergabung dalam multi stake holder forum yang terdiri dari unsur agama, adat, pemuda dan masyarakat untuk menyuarakan berbagai persoalan pelayanan dalam pembangunan pendidikan, kesehatan dan lain-lain melalui berbagai forum yang ada sehingga para pemangku kebijakan dalam hal ini Instansi terkait dapat mengetahui setiap keluhan yang dihadapi masyarakat, sehingga pada kebijakan- kebijakan yang akan dilakukan instansi terkait tersebut akan berbuah hasil atau tepat sasaran.

(2) Sudut pandang Pemilu memang sangat memprihatinkan sekali, sehingga perlu adanya pendekatan secara adat budaya dan istiadat sehingga tradisi perang suku antar kadidat dapat di minimalisir dengan melakukan musyawarah dan mufakat melalui anggota KPU perwakilan wilayah adat tersebut, sebab masayarakat Papua umunya memiliki hati yang hidup, terbuka dan menghargai satu sama lain tanpa harus dibakar dengan emosi, ambisi dan hasutan provokator yang akhirnya konflik dan perang sehingga hal ini penting karena pada umumnya masyarakat Papua lebih menghargai dan menghormati adat, budaya dan tradisi.

Penulis berpendapat bahwa beberapa kaca – kaca retak yang diulas ini bisa menjadikan sebuah bahan tinjauan khusus untuk melihat Papua kedalam dari segi aspek kehidupan, pembagunan maupun Pemilu sehingga harapan – harapan yang ingin di capai sesuai dengan kemauan Pemerintah Daerah, Provinsi maupun pusat dapat menjadikan sebuah bahan pertimbangan-pertimbangan yang baik demi kemajuan Papua lebih baik. *(Penulis adalah Pewarta Warga untuk pelayanan public tinggal di Kota Jayapura)

Artikel ini disadur dari media tifaonline.com ,diterbitkan ulang atas persetujuan penulis https://tifaonline.com/2018/08/18/melihat-kacamata-retak-pembangunan-dan-pemilu-di-papua/

Berikan Komentar Anda
Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email papualives@gmail.com. Terima kasih.

Pos terkait