Oleh : Beni CF Bame
Papua julukan dari samudra indo-Australia dengan restorasi sumber daya alam (SDA) yang miripnya sama karena, apa yang ada di austalia sebagaian juga ada di papua.Banyak peneliti Geologi yang menjelaskan pulau papua terbentuk karena ada dua samudra yang bergerak aktif. Antaranya samudra indo-Australia dan samudra Pasifik. Maka batuan, mineral, emas, besi, nikel, minya, gas bumi, flora dan fauna yang membentangi sepanjang pulau papua sebagian besar dari Austalia.
Jadi, Pulau papua juga memiliki jumlah penduduk orang asli papua berdasarkan data BPJS tahun 2010 (1.760.577 Jiwa) dan prediksi 2020 mendatang penduduk orang asli papua berkisar antara, (2.112.681 atau1.84 Persen/Tahun). tetapi kekayaan alam yang membentangi papua hanya sebagai objek rakyat papua dimana semua kekayaan ini di miliki oleh kaum pemodal.Misalnya, PT.
Freepor Indonesia asal Amerikan serikat yang beroperasi di sampai hari ini, LNJ Tanggu atau perusahan minya dan gas bumi di Papua Barat yang di kuasa oleh Negara Inggris serta perusahan kelapa sawit lainnya yang hari beroperasi mengelilingi papua.
Seyogyanya, perusahan asing yang beroperasi di indonesia khususnya papua sangat di lema karena pemerintah Republik Indonesia menutupi ruang gerak perusahan melalui peraturan Mentri, kebijakan Presiden bahkan UU MSDM maka jaminan perusahan bagi masyarakat setempat papua semakin kurang.
Hal ini yang membuat masyarakat papua sampai saat ini belum mendapatkan peringkat terbaik kesejateraan, keseriusan, Pemerintah RI untuk membangun papua, bahkan rakyat kecil mengakui pemerintah pusat gagal membangun papua.
Papua tidak hanya di kenal di kalangan mata dunia nasional, melainkan dunia internasional juga mengetahui papua, dari perspektif SDA sudah di gencar bahkan menjadi topik utama yang di bahas oleh kancamata dunia internasional. Sepanjang orang papua masih hidup betapa rasa sakitnya melihat kekayaan mereka yang sedang di gugurkan penguasa tanpa mengizinkan orang setempat.
Ketika ada tindakan yang dilakukan oleh pewaris setempat, namun ada manusia yang berdiri dengan senja untuk menghalangi, akhirnya proses eksploitasi terus menerus berjalan tanpa ada batasan. Manusiapun di eksploitasi bersama kekayaannya, bagimana dengan kehidupan orang papua di hari esok. Konstalasi politik, ekonomi, budaya, semakin tertindas tanpa ada jalur perdamaian, pembedayaan ekonomi, pelestarian budaya, semua hampir hilang sering waktu. Semestinya kekayaan yang banyak ini cukup membuat masyarakat papua sejahtera di atas kekayaannya sendiri. Sejauh ini semua keyaan alam di papua di bawah ke pusat Republik Indonesia akhirnya membagikan sepersen untuk papua. Makanya masyarakat papua sejauh ini masih merasa Pemerintah Pusat belum maksimal membangun manusia papua.
Oleh karena itu, papua juga memiliki daerah yang unik selevel dunia internasional contohnya, Kabupaten Raja Empat di Provinsi Papua Barat hari ini sebagai pulau wisata yang lebih indah. Maka banyak wisatawan yang berkunjungi setiap minggu, bulan, bahkan tahun selalu ada turis. Tak kala saingnya, Kabupaten Tambrauw, sebagai kabupaten konserfasi yang di hiasi oleh Penyu Belimbing di pasir panjang distrik kuwor mendapatkan perhatian khusus pemerintah Republik Indonesia.
Dengan demikian, jalan terbaik untuk pemerintah pusat membangun rakyat papua harus mengambil pendekat secara budaya, penyelesaian pelangaran hak asasi manusia (HAM) berat masa lalu, perusahan asing yang beroperasi di papua harus di beri akses.
Penulis Adalah Ketua PMKRI Cabang Jayapura Periode 2017 – 2019