Jayapura,– Teka-teki soal pelatih Persipura akhirnya terjawab sudah Peter Butler pelatih asal Inggris mantan gelandang West Ham United akhirnya membesut tim berjuluk Mutiara Hitam. Pasca pelatih-pelatih asal Amerika Latin Jacksen F Tiago, Alfredo Vera dan Wenderley Junior. Hanya Jacksen yang berhasil membawa Persipura raih scudetto tiga dan selalu runner up selama Indonesia Super League (ISL) sedangkan Alfredo Vera berhasil menyabet Torabica Soccer Champion (TSC) 2016.
Wenderley Yunior hanya membawa Persipura meraih posisi ke enam selama Indonesia Ligue 1 Indonesia 2017 sehingga akhirnya harus meninggalkan Persipura. Dua pelatih Indonesia Listiadi dan Jafri sastra putus di tengah jalan, hanya Major TNI Angkatan Laut Rahmad Darmawan yang berhasil meraih juara Liga Indonesia 2005-2006.
Ketua Umum Persipura, Benhur Tommy Mano, mengungkapkan alasan klubnya memilih pelatih asal Inggris itu untuk menangani Mutiara Hitam musim depan.
“Saya sudah ketemu langsung dengan calon pelatih Persipura Jayapura, beliau adalah Peter Butler, dari Inggris,” ujar Benhur seperti dikutip dari rilis resmi klub Persipura.
“Dia sudah punya pengalaman cukup banyak sebagai pelatih. Dia juga pernah di Indonesia beberapa tahun lalu, sempat menangani Persiba Balikpapan waktu itu.
Bukan hanya kemampuan taktik, kualitasnya dalam hal non-teknis, terutama dalam memahami kultur sepak bola di Indonesia jadi salah satu pertimbangan manajemen Mutiara Hitam. Terutama dalam hal pendekatan personal, Tommy Mano percaya Butler tak sulit beradaptasi.
Persipura Jayapura menjalin kesepakatan dengan Peter Butler. (Persipura Jayapura menjalin kesepakatan dengan Peter Butler. (ANTARA FOTO/Indrayadi TH)
“Beliau sudah cukup mengerti sepak bola Indonesia, bisa berbahasa Indonesia juga sehingga lebih mudah komunikasi [dengan para pemain dan staf pelatih Persipura],” kata Tommy Mano.
Sejauh ini Persipura mengakui baru menjalin kesepakatan secara informal dengan mantan pelatih Terengganu FA tersebut.
“Memang belum tandatangan kontrak, tetapi pembicaraan kita sudah di tahap sepakat, sehingga kontrak tinggal tunggu waktu dan sponsor saja.”
“Tadi coach Peter [Butler] sudah komitmen kepada saya bahwa beliau akan berusaha sebaik mungkin agar bisa membawa Persipura ke posisi terbaik untuk kompetisi musim depan. Beliau juga senang karena bisa menukangi Persipura Jayapura,” terang Tommy Mano.
Peter James Butler, lahir 27 Agustus 1966 di Halifax, Inggris. Ia mengawali kariernya sebagai pemain yang berposisi pada gelandang dan selanjutnya merintis karier kepelatihannya. Sebagai pemain, sudah bermain lebih dari 450 penampilan di Football League dan Premier League . Selanjutnya mengikuti pembinaan, pertama di Inggris dan kemudian di Australia dan Asia Tenggara. Dia bertanggung jawab atas tim nasional Botswana dari tahun 2014 sampai 2017.
Butler bermain sebagai gelandang untuk Huddersfield Town , Cambridge United , Bury , Southend United , West Ham United , Notts County , Grimsby Town , West Bromwich Albion dan Halifax Town .
Kehadiran pelatih Inggris di Persipura jelas membawa perubahan dan gaya permainan dari karakter bermain Amerika latin alias Samba Brasil ke karakter Inggris yang mungkin pula kick and rush. Walau pun jelas sepak bola jaman now sudah berubah tak perlu gaya dan karakter tetapi lebih mengutamakan taktik dan strategi serta kemampuan para pemain yang mampu bermain lebih dari satu posisi.
Memang permainan anak-anak Papua jelas berangkat dari sepak bola jalanan ala patah kaleng dan teknik sepak bola tinggal bagaimana mengasah kemampuan menerapkan strategi dalam bermain, Jacksen berhasil karena mampu memadukan gaya jalanan anak-anak Brasil ke dalam tim Yosim Samba Persipura. “Ada kemiripan antara anak-anak Brasil dalam bermain bola, mereka berlari dan melempar senyum ketika menikmati sepak bola,”katanya seraya menambahkan bermain lah sepak bola saat masih anak-anak agar bisa menikmati gaya bermain sepak bola yang sederhana.
Kawasan Amerika latin adalah penghasil talenta-talenta berbakat dalam sepak bola dari masa ke masa. Sejak 1950 sudah ada Pele, Garincia, Alfredo Stefano hingga era 1970 an ada Zico sampai Maradona dan Lionel Messy. Belum lagi Neymar dan Luiz Soares serta Cavani dan David Luis. Pemain latino dari Amerika Selatan biasanya lebih memiliki skill individu yang tinggi dan insting menyerang yang mumpuni. Bahkan terkesan terlalu individu, mirip gaya anak-anak Papua dalam patah kaleng yang suka goreng alias menggocek tiga sampai empat pemain lawan.
Oleh karena itu tak heran kalau masuknya pelatih Inggris di Persipura akan tercipta dua mahzab utama sepak bola pertama Amerika Latin yang individual dan mempunyai nilai seni tinggi. Tak heran kalau coach Rahmad Darmawan saat menukangi timnas Indonesia memberikan mandat kepada Boaz Solossa sebagai kapten timnas karena itu merupakan penghormatan terhadap seniman sepak bola Indonesia dari Papua. Kedua jelas gaya bermain Eropah begitu khas sepeti kerja sama tim yang solid, lebih monoton dan terkoordinasi.
Perbedaan ini lahir dari produk binaan sepak bola di sana yang diawali melalui awal akademi sepak bola yang ada di negeri- negara Eropah. Pembinaan sepak bola dimulai dari akademi sepak bola yang begitu disiplin di mana setiap anak diarahkan oleh keluarganya untuk menjadi pesepak bola yang hebat. Berbeda dengan latino Amerika kemauan dan bakat sang anaklah yang akan menjadi penentu apakah akan menjadi pemain hebat atau amatiran.
Era sekolah sepak bola anak-anak di Papua khususnya di Jayapura dirintis oleh SSB Emsyik 2008-2009. menurut Benny Pepuho saat itu banyak yang menertawainya dan meremehkan kalau mendirikan sekolah sepak bola percuma karena di Papua banyak pemain-pemain bakat alam sehingga tak perlu sekolah sepak bola. Buktinya sejak itu sekolah sepak bola tumbuh bak jamur di siang bolong. Hampir sebagian anak-anak sekarang produk sekolah sepak bola mulai dari generasi Terens Puhiri sampai Rivelino Ferre pemain terbaik Persipura U19.
Walau demikian pelatih PPLP Papua Gustaf Puy mengaku kalau sepak bola sekarang di Papua masih paduan antara bakat alam dan teknik dasar sepak bola moderen.
Tunggu saja gebrakan Peter Butler pelatih asal Inggris yang malang melintang di Indonesia, Malaysia dan Australia serta terakhir sebagai pelatih timnas Bostswana di Afrika Tengah.
Persipura pernah punya pelatih asal Eropah Timur, Ivan Kolev melatih fisik pemain Persipura termasuk merekrut Bio Pauline, namun akhirnya melatih timnas Indonesia. Padahal Ivan Kolev peletak fisik pemain Persipura sebelum dilatih M Raja Isa hingga ke Jacksen F Tiago.(*)