![](https://www.papualives.com/wp-content/uploads/2024/06/Screenshot_20240629_093235_WhatsApp.jpg)
NABIRE – Terkait dengan adanya pemberitaan salah satu media lokal bahwa ketua KPU Nabire akan melapor Sekretaris KPU Nabire Ke Polda Papua karena dugaan terkait diskriminatif gender, Sekretaris KPU Nabire, Saverius Tebai kepada media ini juga mengklarifikasi dirinya merasa kesal dalam pemberitaan media yang berupa tudingan, mestinya media pemberitaannya harus netral dan berimbang. Hal itu disampaikan dalam keterangan persnya Sabtu [29/06/2024] via Whatshap kepada media ini.
Sekretaris KPU Nabire, menyayangkan kebenaran pemberitaan media yang tidak netral. Dirinya menilai judul pemberitaan tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya terjadi, yang ada itu hanya untuk mencari pembenaran sepihak saja.
” Kejadian penganiayaan oleh ibu Ketua KPU Nabire kepada Sekretaris tersebut terjadi sekitar jam 12.35 saat sedang persiapan pelantikan petugas pemutahiran data pemilih (Pantarlih), Senin tanggal 24 Juni 2024. Jadi ada upaya mengalihkan isu sekretaris kpu Nabire memukul ibu KPU Nabire itu tidak benar. Tidak mungkin saya pukul. Saya tahu hukum dan dampak yang akan timbul ketika adu fisik. Kejadian itu disaksikan oleh staf di ruang kerja Kasubag.”jelas Tebai kutip media ini.
Tebai juga menceritakan, Saat itu dirinya berada di ruangan Kasubag saat sedang berkoordinasi, kemudian tiba-tiba ketua KPU Nabire masuk tanpa permisi dan berkata-kata. Dirinya mempersilahkan duduk untuk berdiskusi, namun tidak diindahkan kemudian ketua KPU Nabire mengayunkan tangannya mengenai pipi kanan secara tiba-tiba dan dirinya tidak melihatnya saat aksinya itu.
” Saya spontan berdiri dan sama sekali tidak melakukan perlawanan, karena menyadari bahwa dunia hari ini bukan adu fisik tetapi adu nalar, kemudian tidak mungkin lelaki lawan seorang wanita yang lemah secara fisik. Selain aturan adat melarang akan hal itu juga saya orang hukum tahu persis terhadap dampak hukumnya, Sehingga saya menerima pukulan yang diayunkan kepada saya tanpa perlawanan apa-apa.” Ungkap Alumni S2 Hukum di Universitas Jagakarsa Jakarta selatan itu.
Lanjutnya, Dirinya berdiri pindah ruangan ke arah ruang CCTV agar peristiwa itu terekam karena aksi bertubi-tubi supaya nampak jelas di CCTV terhadap upaya pemukulan oleh ketua KPU Nabire. Tebai menyampaikan kondisi saat itu ada pula staf yang membendung untuk berhenti dari aksinya. Jangan kemudian mencari pembenaran melalui media dengan mengalihkan ke kasus gender.
” Tidak lama kemudian saya lakukan visum di RSUD Nabire diantar SPKT Polres Nabire. Kali ini saya bertahan pada keadaan ini, namun terhadap siapapun dia lakukan staf saya di kantor tindakan ini, maka bukti visum akan saya proses hukum sebagai efek jerah. Pernah juga terjadi penendangan pintu hotel sambil memaki-maki oleh yang bersangkutan, ketika itu ada acara di salah satu hotel di Nabire.”bebernya.