Beranda Birokrasi Pendidikan Nasional, Secercah Harapan Kedepan

Pendidikan Nasional, Secercah Harapan Kedepan

1651
Potret Anak Sekolah di Papua (Foto:Dok.PapuaLives)

Oleh : DR.H.Mukayat,M.Sc,M.Si,M.Pd

DEPARTEMEN Pendidikan dan Kebudayaan dalam bulan-bulan kedepan memiliki hajatan untuk melaksanakan evaluasi yang melibatkan pelajar SD, SMP, dan SMA. Hajatan tersebut bersifat rutin dan berlangsung setiap tahunnya, serta membutuhkan dana miliaran rupiah. Ujian Nasional sebelumnya adalah digunakan untuk tolok ukur (benchmarking) dan dasar (basic) untuk menentukan kelulusan peserta didik dalam proses pendidikan (KBM). Melalui berbagai protes dan keberatan para orang tua peserta didik, maka Ujian Nasional 2015 adalah kembali seperti kebijakan sebelumnya, bahwa kelulusan peserta didik sangatlah ditentukan oleh sekolah dan pelaku pendidikan.

Model Ujian Nasional 2015 yang kembali kepada era tahun 90-an, yang
keberhasilan belajar peserta didik ditentukan oleh sekolah tanpa campur tangan pemerintah pusat, akan memberikan angin segar kepada daerah, tenaga pengajar, serta peserta didik. Momen UN 2015 dapat ditinjau dari aspek kinerja (Performance), aspek integritas(Integrated), aspek kualitas (Quality) dan aspek kejujuran (Honesty).
Dengan UN 2015, adalah cikal bakal untuk menilai hasil belajar peserta
didik dan melibatkan peran dan kinerja guru sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pendidikan. Hasil keberhasilan dalam evaluasi sangatlah ditentukan oleh kreatifitas dan kerja keras tenaga pendidik dalam mengelola pembelajaran. Dengan UN 2015, kualitas tenaga pendidik disetiap sekolah dapat dipantau dan direkam. Asumsi penulis apabila disuatu sekolah tenaga pendidiknya memiliki kualitas dan kinerja yang baik akan berkorelasi positif dengan prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik. Guru yang memiliki dedikasi dan integritas yang baik akan melahirkan peserta-peserta didik yang memiliki pengetahuan dan kemampuan yang lebih. UN 2015 pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan akan mampu merekam, memantau, dan mengevaluasi sekolah-sekolah mana yang memiliki guru yang berkualitas dan baik, serta mampu memberikan perlakuan dan terapi yang tepat. Pemerintah Daerah mampu memetakan sekolah yang memiliki kualitas dan kinerja yang bagus, sedang, dan rendah. Capaian UN 2015 dapat memberikan gambaran mutu dan kinerja personel masing-masing sekolah. Pemerintah daerah memiliki data untuk perbaikan dan keseragaman kualitas pendidikan di daerah, terutama Kabupaten Nabire.

Dengan UN 2015, diharapkan nilai kejujuran bangsa dapat menjadi acuan dan target dari proses pembelajaran. Bukan rahasia lagi, Ujian Nasional sebelumnya terjadinya praktek-praktek kebohongan, ketidakjujuran dan kecurangan terjadi dimana-mana. Ketidakjujuran yang berjalan secara masif dan akhirnya melahirkan hasil-hasil pembelajaran dan prestasi yang semu. Untuk menjaga nama baik daerah, jabatan dan sekolah tidak segan-segan kecurangan dan ketidakjujuran menjadi komoditas yang lumrah. Guru-guru yang baik harus melecehkan diri dalam kumbang ketidakjujuran dan kecurangan dan siswa akhirnya terbiasa dengan proses ketidakjujuran dalam proses pembelajaran. UN 2015 saatnya guru sebagai “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” menunjukan integritas diri sebagai manusia dan guru yang memiliki keluhuran dan kebaikan dan dapat menjadi contoh bagi peserta didik dan masyarakat. “Di Gugu dan Di Tiru” adalah parameter yang berat dan harus diwujudkan oleh seorang guru, walaupun negara belum mampu membuat guru menjadi insan yang sejahtera (Prosperity Human). Keberhasilan dan kelulusan peserta didik yang ditentukan oleh sekolah dapat mengurangi dampak-dampak ketidakjujuran yang melibatkan guru dan murid.
Dengan UN 2015, sebagai embrio Pemerintah Daerah yang diwakili oleh
Dinas Pendidikan, dapat merekam, memantau dan mengevaluasi keberhasilan dan kinerja suatu sekolah. Keberhasilan suatu sekolah sangatlah ditentukan bagaimana peran Kepala Sekolah, Kualitas tenaga pendidik dan keterlibatan siswa sebagai peserta didik. Dinas Pendidikan dapat melakukan pemetaan dan klasifikasi sekolah-sekolah yang memiliki standar yang baik, sedang, dan kurang baik dari tingkat SD sampai SMA. Dinas Pendidikan dapat juga melakukan publish kualitas masing-masing sekolah yang bertujuan memberikan informasi yang akurat terhadap masyarakat, secara internal dapat memacu persaingan antar sekolah untuk menjadi sekolah yang terbaik. Sehingga Dinas Pendidikan mampu untuk memberikan perlakuan yang tepat kepada  sekolah yang memiliki kualitas yang rendah, berkaitan dengan prasarana, tenaga pendidikan dan proses pembelajaran.

Dengan UN 2015, sebagai langkah awal Pemerintah Daerah melalui Dinas
Pendidikan memberikan indeks peringkat masing-masing sekolah melalui hasil Ujian Nasional dan kegiatan-kegiatan lain yang membawa nama baik sekolah. Pemerintah Daerah akan memiliki resep dan perlakuan yang berbeda untuk masing-masing sekolah dan tidak dengan perlakuan yang sama rata. Pada prinsipnya setiap manusia yang bekerja  membutuhkan apresiasi, baik berupa  kata-kata verbal (pujian) atau benda fisik (hadiah). Penerapan  Reward and Punishment Management perlu untuk diterapkan pada sekolah-sekolah yang menjadi binaannya Dinas Pendidikan. Dinas Pendidikan memberikan Reward kepada sekolah-sekolah dari SD sampai SMA yang memiliki integritas, kualitas, dan indeks yang baik, dan memberikan perhatian khusus terhadap sekolah yang bermutu rendah. Sekolah melalui pimpinannya juga dapat menerapkan Reward and Punishment Management, dengan cara memberi perlakuan yang berbeda sebagai motivasi tenaga pendidik yang lain untuk menjadi tenaga yang berkualitas dan berprestasi. Hadiah tidak selalu berupa benda yang berharga, pujian yang tulus saja adalah merupakan hadiah yang tidak ternilai bagi seorang pendidik yang berhasil. Manusia adalah makluk yang pada dasarnya suka untuk dipuji dan dilambungkan, dengan nilai-nilai yang positif dan yang membanggakan.

Secara Nasional, Mendikbud hanya memberikan target Indeks Integritas
berdasarkan aspek kejujuran saja. Penulis mengerti karena kronisnya bangsa ini terhadap aspek kejujuran yang merupakan barang yang sangat mahal dan langka. Dengan kata lain sulitnya mencari orang jujur di Republik ini, korupsi menjadi suatu budaya, yang karena manusia sudah tidak lagi melihat aspek kejujuran sebagai barang yang penting dan sakral, tetapi mereka berpendapat kejujuran itu hanya miliknya malaikat (Angel). Semoga saudara tidak berpendapat demikian. Penulis lebih menekankan Indeks Integritas (IT) berkaitan dengan prestasi yang dicapai oleh suatu sekolah dengan melakukan pengawasan yang ketat. Pengawasan yang meliputi integritas tenaga pendidik dan peserta didik. Ketidakjujuran dalam pengerjaan soal dapat dilihat dengan mudah menggunakan perhitungan standar deviasi dan kecenderungan data, apabila sekolah melakukan kecurangan secara masif dan seragam. Sekolah yang melakukan ketidakjujuran secara masif memiliki data kecenderungan yang mengelompok dibanding sekolah yang jujur dalam pelaksanaan ujian.

Dengan Ujian Nasional yang berbasis kelulusan sekolah, dapat memberi
kan guru dan peserta didik keleluasaan untuk mempersiapkan diri dalam pelaksanaan Ujian. Guru tidak perlu lagi melecehkan diri dari hal-hal yang tidak patut dan siswa tidak tertekan dan tetap menjaga motivasi untuk terus belajar, tidak sekedar hanya lulus tetapi hasil UN 2015 dapat digunakan sebagai nilai pembanding bagi peserta didik yang masuk PT melalui jalur undangan. Hasil UN akan memberikan keakuratan suatu sekolah dalam memberi penilaian peserta didik dalam proses belajar mengajar. Sekolah yang terlalu mengobral nilai, maka nilai UN memiliki keakuratan yang tidak baik, sebaliknya sekolah yang memberikan nilai sesuai kondisi real akan memiliki keakuratan yang baik dengan UN. Selain karena berdasarkan peminat, peserta jalur undangan akan diterima berdasarkan keakuratan antara nilai selama proses belajar dan nilai UN.
Paling tidak dengan UN berbasis kelulusan sekolah, akan memberikan
peran Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan bersungguh-sungguh untuk menata pendidikan di Kabupaten Nabire menjadi pendidikan yang bermutu dan berkarakter.Secara perlahan tapi pasti Pemerintah Daerah harus mengarahkan dan mendorong sekolah –sekolah dari tingkat SD sampai SMA menjadi sekolah yang memiliki kualitas yang diharapkan masyarakat banyak. Pemerintah dapat memetakan sekolah dalam kategori tertentu.Sehingga kualitas secara seragam di daerah dapat diwujudkan. Pemerintah daerah dapat menerapkan manajemen Reward dan Punishment sebagai motivasi sekolah, guru, dan peserta didik dalam mencapai pendidikan yang berkualitas, memiliki daya saing yang tinggi, dan berkarakter sebagai masyarakat Papua. Berlakulah evaluasi secara berantai (chain evaluation) , guru dievalusi oleh Kepala sekolah dan Sekolah dievalusi pemerintah Daerah, dan Pemerintah Daerah dievalusi secara Propilnsi dan akhirnya secara Nasional dimana Indeks Integritas pendidikan berada.

Yang perlu digaris bawahi adalah sekolah menyiapkan peserta didik sebaik
mungkin, sehingga ajang kelulusan 100% dapat dipertanggungkan jawabkan secara moral dan ilmu. Sehingga masyarakat dapat memahami bahwa dengan 100% yang memilki arti, sekolah memiliki peserta didik yang mumpuni dan berkualitas yang baik. Semoga budaya kelulusan 100% dapat dipertanggungjawabkan dan akan memberikan dampak yang baik dalam masyarakat. UN 2015 sebagai awal untuk peningkatan kualitas guru dalam KBM, kejujuran siswa dalam memperoleh nilai, kemauan keras Pemerintah Daerah untuk mewujudkan pendidikan bermutu dan berkarakter. Hanya pendidikan yang baik yang mampu melahirkan insan-insan manusia yang berperilaku baik dan bermanfaat untuk masyarakat. Sehingga kejujuran dan kebaikan akan melekat pada citra pendidikan Nasional Indonesia. Bagi saudara yang berperan sebagai pendidik teruslah bekerja…bekerja..bekerja.dan tingkatkan kualitas dan inovasi. Walau negara belum membuat anda sejahtera paling tidak, tiket surga (Paradise) ada pada tangan saudara bila dilakukan dengan jujur dan keiklasan yang tinggi. Selamat berjuang para pendidik…andalah sebenarnya sebagai “Pahlawan Dengan Tanda Jasa” karena ditangan saudara generasi masa depan tercipta dan terukir. Semoga pendidikan di Kabupaten Nabire menjadi impian setiap masyarakat dan tak kalah dengan yang ada di daerah lain. Bravo UN 2015 awal dr Honesty and Performance.

Penulis Adalah Guru SMA Negeri 1 Nabire- Papua