Beranda News Perjuangan dan Pengorbanan Delanius Bahabol Mengenyam Pendidikan Saat Kerusuhan Wamena

Perjuangan dan Pengorbanan Delanius Bahabol Mengenyam Pendidikan Saat Kerusuhan Wamena

755
0
Delanius Bahabol ketika berjalan selama 3 malam hari menuju distrik Lolat Kabupaten Yahukimo. (Foto:Isimewa)

Wamena, Delanius Bahabol bersama rekan-rekannya ketika harus berjalan selama 3 malam hari menuju distrik Lolat Kabupaten Yahukimo. Mereka mengungsi akibat kerusuhan Wamena pada 23 september lalu. Perjuangan dan Pengorbanan Delanius Bahabol Mengenyam Pendidikan Saat Kerusuhan Wamena. Rela Berjalan Kaki 3 Hari 4 Malam, Mama Rela Berikan Uang Hasil Jualan Sayuran Demi Anaknya Sekolah.

Seperti apa perjuangan Delanius Bahabol dan rekan-rekannya yang bergabung dalam Rumah Belajar Wamena paska kerusuhan Wamena pada 23 September lalu untuk mengenyam pendidikan.

Namanya Delanius Bahabol, umurnya baru 16 Tahun, Ia bersekolah di SMA Negeri 1 Wamena. Saat kerusuhan di Wamena dirinya sedang belajar di sekolah yang kurang lebih baru 3 bulan tempatnya mengenyam pendidikan. Saat kerusuhan di Wamena yang mengakibatkan lebih dari 26 orang dan ratusan orang luka-luka, Delanius pria asal kampung Bunde distrik Lolat Kabupaten Yahukimo ini sedang belajar. Pasa saat belajar itulah sekelompok orang melempari sekolahnya dengan batu dan akhirnya anak-anak di SMA Negeri Wamena itupun berhamburan guna menyelamatkan diri.

Tetapi Delanius Bahabol tidak langsung pulang ke asrama Rumah Belajar Wamena karena dirinya sempat melihat salah satu guruya terkena batu akibat lemparan sekelompok orang itu. Melihat gurunya terkena lemparan dirinyapun mengantarkan sang guru keruang guru sembari mengamankan guru dari amukan masa.

Setelah selesai mengamankan gurunya Iapun kembali ke Rumah Belajar Wamena guna mengambil beberapa pakaian dan mengamankan diri di Asrama anak-anak distrik Lolat yang ada di Wamena.

“Kami bermalam disitu kaka, baru besoknya kami mengungsi ke Tangma situ (jarak Tangma dengan Wamena kurang lebih 3 jam berjalan kaki), ada dua hari disitu kami kembali ke Wamena dengan teman saya namanya Solce, kami mau liat kakak Indri dan keluarga (Indri adalah salah satu relawan di Rumah Belajar Wamena),”ungkap Delanius ketika ditemui di Kota Jayapura.

Setelah bertemu salah satu relawan tersebut, Delanius mengaku cukup lega karena kakak yang sehari-hari bersama mereka ternyata dalam keadaan selamat namun memang saat itu situasi Wamena sangat mencekam dan akhirnya Delanius dan Solce memutuskan bermalam di rumah kakak Indri.

Keesokan harinya Delanius dan Solce mendapatkan kabar rekannya yang ada di Wamena bahwa Mama (panggilan ibu di Papua) mengkawatirkannya dirinya dan memintanya kembali ke kampung karena keadaan Wamena yang tidak kondusif.

“Akhirnya kita pulang sama-sama kaka, kita jalan 3 hari 4 malam lewat bukit dan kali, pas malam kita tidur di honei yang ada di hutan, kami di kasi kak Indri uang buat beli makan dan makanan itu sudah kami makan selama di jalan,”katanya.

Setelah berjalan selama 3 malam 4 hari akhirnya Delanius bersama rekan lainnyapun tiba di distrik Lolat dan dapat bertemu keluarganya. Beberapa hari di kampung Delanius mengaku mendapatkan kabar dari SMS yang Ia terima bahwa Wamena sudah kembali berangsur kondusif dan dirinya bertekad kembali untuk melanjutkan pendidikannya.

“Sa naik gunung dulu baru dapat signal dan ada SMS katanya Wamena sudah kembali normal, baru sa ajak teman-teman jalan ke Wamena tapi trada yang mau, karena semua takut,”tambahnya.

Karena tidak ada yang mau ke Wamena, Ia sempat ingin kembali dengan berjalan kaki sendirian karena Ia tidak ingin ketinggalan untuk bersekolah. Mama Delanius juga sempat melarang Delanius kembali ke Wamena karena keadaan Wamena yang belum kondusif.

Namun Delanius terus memaksa karena tidak ingin tertinggal pelajaran disekolahnya, akhirnya mamanya pun luluh dan mengijinkan Delanius kembali ke Waeman dengan catatan menggunakan pesawat kecil yang saat itu bertepatan masuk ke Distrik Lolat.

“Itu uang simpanan mama selama ini dan ditambah hasil kebun jualan sayur kaka, mama kasih buat beli tiket ke Wamena,”katanya.

Namuan bertepatan saat Ia ingin kembali ke Wamena pada Sabtu (12/10/2019) situasi Wamena kembali memanas akibat terjadinya penikaman terhadap Deri Datu Padang (30) pekerja bangunan di kawasan Distrik Wouma dan situasi Wamena pun kembali mencekam dan sempat terjadi aksi massa.

Mendapatkan informasi tersebut Delanius pun akhirnya membatalkan keberangkatannya ke Wamena dan memilik pergi ke ibu Kota Kabupaten Yahukimo yakni di distrik Dekai.

“Akhirnya sa ikut pesawat yang ke Distrik Dekai saja, karena jika Mama tau Wamena kaco lagi pasti dia tra akan kasih sa pergi makanya sa ke Dekai,”katanya.

Akhirnya tiba di Dekai, Delaniuspun harus menumpang di rumah temannya sesama anak-anak dari Distrik Lolat. Dengan satu tas noken, satu buah HP dan satu stel pakaian di badan Ia bertahan bersama rekannya selama dua hari.

“Dua hari disana Kaka-kaka Rumah Belajar Wamena suruh sa ke Jayapura dulu di rumah kaka Relawan Rumah Belajar lainnya,”Ungkapnya.

Setibanya di Wamena Delanius yang bercita-cita menjadi Wartawan inipun mengaku masih semangat dan tidak akan menyerah dalam menyelesaikan pendidikannya. Bahkan dirinya berniat untuk mencari tempat sekolah sementara di Jayapura agar tidak tertinggal pelajaran dan dapat melanjutkan pendidikan guna meraih cita-citanya.

“Sa mau sekolah dimana saja kaka, penting sa selesaikan pendidikan saya dan sa mau raih cita-cita saya,”Pungkasnya.