Oleh : Maksimus Sirmbu Syufi
“Hidup itu terlalu misterius. Lebih baik berhenti menebak=nebak dan mulai lakukan hal yang tepat” -/was-was.com**
Tulisan ini merupakan luapan isi hati, ketika saya dilanda kebingungan, saat kehidupan memaksa saya untuk memilih satu di antara dua hal yang menurut saya adalah tujuan hidup saya.
Saya berhenti untuk mengikuti salah satu, bukan karena gagal atau tidak sanggup, namun saya lebih menghargai pilihan dan panggilan hidup.
Cinta dan Membiara memiliki karakteristik yang berbeda, meskipun tujuannya sama yaitu mencapai kebahagiaan. Singkat penjelasan! Membiara melarang cinta dan sebaliknya. Penentuan hidup yang ditekan oleh kedua belah pihak, membuat hidup menjadi pilihan yang membelit.
Cinta atau Membiara? Cinta memberi tawaran kebahagiaan dan Membiara pun memberi tawaran untuk bahagia.
Cinta yangdimaksud ialah memilih untuk hidup bersama seorang pasangan (menikah), dan Membiara yang dimaksud ialah memilih untuk hidup tanpa seorang kekasih atau hidup menyendiri dan hidup tanpa hal duniawi atau hidup membiara. Menjadi seorang pemimpin dalam gereja atau pemimpin dalam rumah tangga (kepala keluarga), adalah sebuah panggilan dan pilihan yang wajar dalam hidup.
Kita bebas tentukan ke mana harus saya pergi, namun kita sangat sulit, bahkan tidak bisa menerka, apa panggilan dan pilihan hidup saya sebenarnya.Cinta menuntut ketulusan hati dan biara menuntut ketulusan iman. Dua hal ini memiliki tujuan yang sama, yaitu kebahagiaan. Mungkin sangat sulit untuk memilih satu di antara mereka (cinta dan biara). Namun kehidupan menuntut, agar kita sanggup memilih satu di antara mereka. Pilihan hidup ini sanggup untuk mengusap air mata, karena akan kehilangan salah satu sosok yang membahagiakan pula, entah cinta atau biara.
Motivasi hidup yang dipetik dari sebuah permenungan dan kepekaan atas pilihan, itulah yang akan menjadi visi utama dalam kehidupan singkat ini.
Pilihan yang akan memunculkan ketidakpastian dalam perjalanan hidup. Puing-puing kecemasan bertebaran sembari menolak hidup saya ke dalam jurang kebingungan. Kebingungan mulai terlihat, kecemasan menutup wajah, keraguan terpampang dalam berpikir dan langkah terantuk pada tembok kebimbangan. Ke mana saya harus pergi?.
Tentang Jasmaniah dan Rohaniah
Banyak tawaran hidup dengan variasi yang menggoda. Tawaran yang mungkin akan membelit saya dalam kefanahan dan kepuasan duniawi. Kenapsuan atau keinginan duniawi yang menggoyahkan iman, membuat saya tersesat dengan pilihan hidup saya. Kian lama saya berjalan dalam kesesatan tanpa ragu. Tidak pernah terlintas di pikiran, bahwa hidup saya sudah tepat pada posisi atau tidak?. Keunggulan dan kemewahan dunia, telah menutup mata batin saya.
Dunia ini penuh dengan pura-pura, melirik dengan penuh motivasi yang tak berperikemanusiaan. Pelbagai cara baru terus menanti, dunia telah kehilangan moralitas iman. Materi dunia seakan penuh dengan ketenangan ilahi. Kehidupan pun tidak pernah menemukan ruang kebahagiaan. Manakah dunia yang tepat untuk dipilih?.
Masih ada dunia yang menawarkan hidup dalam keperawanan, kemiskinan dan ketaatan. Dunia yang dimaksud ialah “Membiara”.Keperawanan artinya tidak menikah, Kemiskinan artinya tidak memiliki kekayaan dan Ketaatan artinya taat kepada Allah sendiri melalui pemimpin.
Sebagai manusia yang lemah, mungkin saya tidak mampu menerima tiga ciri khas itu. Perlu diketahui bahwa ini tentang pilihan hidup dan panggilan. Tidak semua orang dapat menerima tiga hal itu, termasuk saya sendiri yang kini terjerat dalam kebingungan. Pilihan dan panggilan hidup, jelas tidaklah semudah yang kita bayangkan. Hal ini mungkin saja, akan bertentangan dengan kemauan dalam penentuan hidup. Sesuatu yang diharapkan mungkin saja tidak terwujud, karena hidup adalah tentang pilihan dan panggilan.
Nah! di situlah permasalahan utama yang sudah dan kini sedang saya alami. Keinginan yang saya maksud, mungkin tidak searah dengan pilihan dan panggilan hidup saya sebenarnya. Keraguan yang saya curigai adalah akhir hidup yang jauh dari terkaan saya. Itulah alasan, mengapa saya sulit membuka benang kusut ini. Kita sulit menerka, siapa kita hari ini, siapa kita esok dan siapa kita kemarin. Hidup memang sulit untuk ditebak, karena setiap berjalannya waktu, kitapun ikut berubah di dalamnya.
Muncul pertanyaan yang akan membuat saya ragu dengan pilihan ini. Apakah saya sanggup menjalani dan meninggalkan antara kedua jalan hidup ini?.
Saya sangat yakin bahwa, kata “sanggup” atau mungkin “tidak sanggup” hanya sebatas ucapan emosi, yang realitanya tidak bersumber dari lubuk hati yang paling dalam.
Jelas! ucapan akan berbeda dengan perasaan. Saya berada dalam kebimbangan dan keraguan, luapan hati tak tertahankan, pilihan sangat mendesak, penentuan mulai memuncak. Hati saya tidak pernah berhenti berdebat dua pilihan ini. Pertanyaan terus dipertanyakan, pilihan selalu disalahkan dan realistis dalam hidup dipersalahkan. Siapa yang sebenarnya salah dalam masalah ini?. Jelas tidak ada yang salah, karena ini tentang pilihan dan panggilan hidup.
Ketika pilihan dan panggilan mengingatkan saya, Akhirnya saya sadar bahwa, saya berada pada posisi yang salah, Kini saya keluar dari kesesatan itu, dan berani memilih jalan hidup tanpa kaku. Saya sadar bahwa, kehidupan ini tidak dapat saya tebak. Pilihannya adalah berhenti cemas, ragu dan bimbang, mulailah hidup dengan penuh syukur.
“Love the life you live”
“Live the life you love”
“Cintai hidup yang anda jalani”
“Jalani hidup yang anda cintai “
(Bob Marley**musisi Reggae)
Penulis adalah Alumni SMA Katolik Villanova Manokwari,Papua Barat