
Jangan Diam
Oleh: Sisilia Nabar
Fajar menyingsing membangunkan setiap insan
Kicauan burung membujuk sanubari
Jangan diam menatap diksi
Ribuan pilihan kata membuatmu goyah dan jatuh
Perlahan kau menutup mata namun tidak tertidur
Fajar menyingsing membungkam penyesalan
Kicauan burung melantunkan amarah
Jangan diam meratap tangis
Ribuan pilihan kata menuntunmu pada pencipta
Perlahan kau membuka mata namun semua telah tertidur
Pujian Mereka
Oleh: Sisilia Nabar
Seindah mata memandang itulah pujian mereka
Sedingin tubuh dirasuk itulah perasaan mereka
Semerdu telinga diremuk itulah pujian mereka
Seharum bunga melati itulah pujian mereka
Pujian itu datang dari orang-orang yang mencintai
Pujian itu datang dari orang – orang yang ingin menyakiti
Pujian itu dilantunkan dari orang-orang terbuang
Pujian itu dilantunkan dari pelosok negeri ini
Dipuji tetapi membangunkan hasrat memiliki
Dipuji tetapi merancang sejuta strategi
Diberi tetapi ingin memiliki segalanya
Diberi tetapi tujuan belum tercapai
Papua….
Diamnya
Oleh: Sisilia Nabar
Kejanggalan ini telah kurasakan setahun yang lalu
Saat diamnya membekukan perasaanku
Iya. Diamnya membuatku bodoh melunakan hatinya
Mungkin Aku orang kesekian yang harus tunduk pada diam
Diamnya menumbuhkan tawar hati
Tak Ada lagi kenyamanan saat Diamnya mendiamkan imajinasiku
Meski aku didiamkan, mengakhiri bukan pilihan yang harus kugapai
Sembari dalam diam. diam-diam aku masuk dalam diamnya
Aku putuskan untuk menjelajah diamnya
Besar harapan tak membuatku berhasil menaklukan diamnya
Hal yang tak bisa aku tolak sebagai seorang penjelajah
Menemukan kenyataan bahwa aku didiamkan seribu diksi
Karena sejuta pilihan kata telah ditata untuk Dia
Kecewa. tentu saja iya..
Apakah harus diakhiri?
Mengapa tidak!
Diamnya melumpuhkan imajinasiku
Diamnya membuat separuh waktuku berlalu sia-sia
Diamnya berhasil kujelajah
Diamnya akhirnya tak menjadi diamku
Afo “Bapak”
Oleh:Sisilia nabar
Senyumnya memberi ketegaran dalam keluh kesahku
Ketegarannya memberiku ruang untuk bernafas
Harapannya membuatku mampu melangkah kedepan
Ketegasannya melumpuhkan kerisauanku
Tak pernah Lelah Memperjuangkan yang telah rapuh
Tak perna letih menuntunku pada pencipta
Bagai mata air dia selalu memberi kesegaran
Bagai angin yang selalu memberi kesejukan
Meski Hati telah memberi luka,
Tak perna Lelah tangannya menggapaiku
Meski dicela
Tak perna bibirnya mengucilkanku
Entahlah…
Mengapa ia menjelma menjadi kuat
Dan Mengatakan aku baik-baik saja
Afo.
Yogyakarta
Oleh: Sisilia Nabar
Pagi membangun aku
itu masih mengikutiku
Jauh dari kehidupan yang nyaman telah kuciptakan jauh sebelumnya
Ini Impian dan juga harapan yang berbeda
Impian ini akan menciptakan kerinduan yang tak pernah ada sebelumnya
Saat memikirkan Siapakah yang harus ku kunjungi
Yogyakarta menjerit dalam pikiranku
Saat pergi jauh adalah harapan yang harus kugapai
Yogyakarta alasannya
Ini tekadku
Angin membisik buangkanlah kerisauanmu
Saat itulah aku yakin
Yogyakarta akan mempertemukan aku dengan kehidupan yang baru
Sendiri
Kususuri lorong-lorong, mencari keajaiban cinta
Adakah seseorang yang tulus pada satu cinta?
Adakah seseorang yang haus akan kenyamanan
Saat langkahku terhenti aku tahu langit tak perna berdusta
Takdir tak mengirim Siapapun. suasana rindu datang menjengukku
Aku merindukan seseorang yang pernah kucintai setiap waktu
Aku ingin bersampan bersamanya, aku akan menceritakan
Lihatlah senja, ia akan sendu saat melihatku sedih
Lihatlah aku yang masih menempatkanmu di tempati ternyaman dalam hatiku.
Hmmm. Mana mungkin aku dapat bersampan bersamanya