
JAYAPURA – Sejak zaman dulu orang asli Papua hidup berburuh, meramu, dan berkebun jadi jauh sebelum orang asli Papua mengenal beras, pangan lokal semisal petatas (ubi jalar) sagu dan keladi menjadi konsumsi sehari-hari sebelum adanya beras masyarakat miskin (Raskin). Hal itu diungkapkan John NR Gobai, ketua Poksus Adat DPR Papua dirinya menilai ketergantungan masyarakat Papua kepada pemerintah Pusat bantuan Raskin membuat bergesernya pangan lokal.
” Kecanduan Raskin menggeser Pangan Lokal Kehadiran beras miskin (Raskin) atau kini “berganti kulit” dengan sebutan beras sejahtera (rastra) membuat masyarakat mulai melupakan pangan lokal.”ungkap John NR Gobai ketua Poksus Adat DPR Papua keterangan tertulis diterima papualives.com, Sabtu [26/03/2022] pagi.
Gobai juga menjelaskan kondisi masyarakat di kampung kini mulai enggan menanam dan mengkonsumsi ubi, keladi, gumbuli, dan sagu. Menurutnya Raskin kini hadir menjadi candu sehingga menyebabkan ketergantungan masyarakat menyingkirkan pangan lokal.
“Meramu berburu dan berkebun yang menjadi tradisi hidup masyarakat asli Papua selama ini, perlahan ditinggalkan. Raskin ini membuat masyarakat malas lagi berkebun, menokok sagu dan lainnya.
Pola hidup masyarakat di kampung mulai mengalami pergeseran.”jelasnya.
Mantan Ketua Dewan Adat Meepago itu menyampaikan pemerintah provinsi dan kabupaten segera menyelamatkan keberlangsungan pangan lokal. Terutama bagi masyarakat harus disadarkan untuk dibangunkan dari tidurnya agar mereka tidak terus terlena dengan raskin.
” Kalau pemerintah pusat menjadikan Kabupaten Merauke sebagai lumbung pangan nasional untuk tanaman padi, kenapa pemerintah provinsi dan kabupaten tidak berinisiatif memprogramkan lumbung pangan lokal di Papua berhektar hektar atau ratusan hektar.”bebernya.
Diakhir keterangannya, Gobai berharap perlu ada inovasi SKPD terkait dan masyarakat melalui Dana Kampung. Dengan budidaya Pangan lokal jadikan Lumbung Pangan Lokal di Kamung Kampung.” harapnya kutip media ini.
Legislator Poksus adat, menerangkan juga perlu ada satu daerah jadikan dulu percontohan pengembangan lumbung pangan lokal terlebih dahulu, misalnya; ubi dan keladi di wilayah pegunungan dan Sagu di daerah pesisir pantai.