Jayapura,Ratusan perantau Minang di Papua meminta dipulangkan, pasca kerusuhan Wamena yang menelan korban 11 warga Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatera Barat.
Ketua Umum Ikatan Keluarga Minang (IKM), Zulhendri Sikumbang menyampaikan, para perantau menyatakan tidak tahan lagi dengan kondisi yang ada, takut akan keselamatan diri masing-masing.
“Ya, ada sekitar 500 orang. Itu hasil dari koordonasi kami dengan IKM Jayawijaya,” ungkapnya, melalui ponsel di Wamena, Kamis 26 September 2019 seperti dirilis di tagar.id
Seperti diberitakan Tagar sebelumnya, sebanyak 11 perantau asal Pessel menjadi korban kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua.
Dari 11 korban itu, 10 di antaranya dinyatakan meninggal dunia. Sedangkan dua orang lainnya kini dinyatakan kritis dan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) setempat.
Mereka merasa kasihan dengan anak-anak dan perempuan di pengunsian
Selain faktor keamanan, lanjutnya, para perantau menyatakan tidak nyaman lagi. Rumah yang selama ini tempat bernaung kini telah hangus. Harta benda telah tiada. Toko yang dijadikan sebagai tumpuan perekonomian juga sudah tidak ada lagi.
Perantau juga tidak bisa berlama-lama berada di pengungsian. “Sebab, cuaca di sana sangat dingin. Mereka merasa kasihan dengan anak-anak dan perempuan di pengunsian,” ungkapnya.
Saat ini, semua kebutuhan sehari-hari dan keamanan para perantau Minang di Wamena ditanggung Pemkab Jayawijaya. Mereka menyarankan agar perantau mengurungkan niat untuk pulang kampung.
Kendati demikian, perantau kini tengah menunggu hasil koordinasi Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dengan Provinsi Papua.
Sebab, berdasarkan pendataan, terdapat 981 perantau Minang di Papua, dari lima kabupaten kota di Sumatera Barat. Dari angka itu, 500 ada di Wamena.
“Ke lima daerah itu adalah Kabupaten Pesisir Selatan, Bukit Tinggi, Kota Padang, Pariaman, dan Agam. Tetapi perantau yang paling banyak itu dari Pessel,” tuturnya mesuai di kutip di tagar.id.