Kemarin Sang Legenda itu telah pergi
Awan hitam meluruhkan kabutnya diatas serambi tanah paduka
Doa para pemuda mengitari gerak langkahnya hingga kepusara sunyi
Ia sedang kita hantar bertamasya ke alam Lathifhatul Zat Nya Ilahy Robby
Para pemudaPara aktivis
Para politisi
Para buruh nelayan
Para sahabat sejati di serambi tanah paduka kota ini meneteskan air matanya
Menangisi hiruk pikuk bocah-bocah yang kau tinggalkan pada pinggiran pantai kita
Bersama rimbunan puisi yang belum selesai
wahai sang legenda…tasbih kita belum tuntas mengitari bumi serambi tanah paduka
Liang luka perih hidup kita belum pulih
Hari-hari kita penuh dengan melecut tulang dan nadi
Memikul tanggungjawab hakiki
Tapi kita masih menyempatkan diri merenda kota
Dengan gapura penuh rasa cinta yang kita miliki
Hiruk pikuk pesta pora tak menggemingkan niat kita
Cercaan dan cacian kita jadikan pil pahit yang menyehatkan
Pujian kita tepis kebelakang karna kita bukan pecundang
Semua kenderaan kita siapkan untuk orang
Sebenarnya apa yang kau cari wahai legenda..?
Apakah perjalananmu kali ini juga sebuah misteri
Untuk mencari sesuatu yang kita rindu selama ini
Kau legenda yang penuh teka teki
Kita biasa bicara di dua dimensi
Sebab metafisika adalah rumah lama kita
Kadang kita bercanda disana
Memasuki dunia yang jarang dikunjungi banyak orang
Dan mungkin karna itu kau di juluki macan parlemen
Mendapat gelar legenda dari sahabat-sahabat kita
Kadang aku cukup benci padamu
Sebab semua persoalan kau anggap mainan
Namun kadang aku kagum habis-habisan
Sebab kau bawa kami memasuki dunia impian
Kadang demi orang lain kita sanggup menahan lapar dan kesepian
Dan kadang demi orang lain kita sanggup bertindak menyakitkan
Kita mengagungkan nilai persahabatan dari pada hitung-hitungan
Kadang itupulalah membuat orang salah mengerti
Kita menganggap semua orang seperti kita
Diakhir kantukmu kau ajak kami menjadi tuan kadhi
Untuk dua sahabat sejati kita agar duduk berdampingan membingkai potret kota kita
Demi meraih sila kelima untuk dipersembahkan buat warga kota tercinta
Kami siap menggendongnya dengan cangkul, jala dan beca milik sahabat kita semua
Pamplet cinta telah kita pajangkan
Dan komunitas kita siap untuk pulang kandang
Semua ini karna titahmu wahai legenda
Meski saat ini aku dan rekan-rekan yang masih terjaga
Akan tetap menjaga tidurmu…dan mimpi indahmu
Tidurlah dengan nyenyak ahai legenda
Nikmatilah tamasya panjang yang mengasyikkan itu
Keluh kesahmu tentang komunitas kebenaran yang masih terpinggirkan
Aku haqqul yaqin akan terjawab sebentar lagi
Sebab wasiat pemilik tahta telah kusimpan
di lubuk hati paling dalam anak-anak muda
Mimpi indahmu tentang sahabat kita dipesisir pantai
Adalah nelayan tangguh yang tidak perlu kita ragukan lagi
Sebab mereka juga telah menggenggam wasiat yang sama
sang panglima layar selat malaka lautan lepas milik kita
Tidurlah dengaan nyenyak wahai legenda
Aku akan kabarkan lewat mimpimu
Suatu ketika tidak akan pernah ada
yang akan berjoget diatas tambu moyang kita pemilik tanah paduka
Meski kursi emas milik kita telah diduduki orang-orang dengan telanjang dada
adalah mimpi buruk sejarah yang membawa gemuruh didalam jiwa
Namun kita tak perlu sedih
sebab ombak yang diretas pelangi
akan tetap bertaut dijahit pertapa bumi
Mimpi indahlah diperjalanan panjangmu
doa kami akan selalu mengitari jagad roh alam ini bersamamu
hingga menembus tapal batas cita-cita
yang direnda pendahulu kita dulu
Penulis Adalah Ketua Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia(KAMMI )Daerah Papua