( Disitu Ada Titik Terang)
SEMANGAT baru dan wajah baru terlihat terpancar dari para pemburu berita yang berhimpun dalam wadah lokal yang selanjutnya diberikan nama PERHIMPUNAN WARTAWAN NABIRE disinggkat PEWARNA.
Kurang lebih 18 media baik Online, Surat Kabar, Media Elektronik dan Media Visual, tentunya media-media itu berbada-beda pula oranganisasi kewartanan secara Nasional. Ada pula wartawan yang berkelompok ada pula yang sendiri-sendiri dari tiap media dan tiap organisasi kewartawanan secara Nasional.
Tentunya bahwa dalam menjalankan peran jurnalistiknya kekerasan fisik hingga kekerasan verbal sering menjadi langganan. Wajar saja bahwa itu resiko yang harus diambil sebagai insan pers dimana atas mengabarkan sebuah berita pastilah bahwa yang senang kami di sanjung, dan bagi yang tidak senang kami dipelintir, dipojokkan hingga kekerasan fisik pun kami harus terima. Entalah hanya bisa memilih untuk memaafkan.
Tak disangkal juga bahwa, Pers menjadi pena sebuah sekenario kepentingan sesat sehingga indepensinya ada dibawa titik nadir sehingga warna pilar demokrasinya kadang tak kunjung dijumpai dalam pewartaan.
Disisi lain Jurnalis dalam tugas seharianya berperan sebagai mitra dari berbagai fihak. Bercirikan Plat Merah adalah Jurnalis yang menjalankan kontrak kerja sama dengan aparatur pemerintah, Plat Hitam adalah Jurnalis yang menjalan kontrak kerja sama dengan kelembagaan non pemerintah dan Plat Kuning adalah jurnalis yang tidak ada ikatan dengan kedua pihak.
Selain itu tidak asing lagi khalakyak umum mendengarkan kalimat “Kami mengabarkan anda yang memutuskan” karena pers bukan intitusi menjastifikasi siapa yang benar dan siapa yang salah. Kalaupun ada peran pers sebagai polisi kontrol dan sosial kontrol.
Dua peran ini senjata para kuli tintah dalam memperoleh data demi pemenuhan unsur berita. Tapi apa yang kami alami ? mari kita bertanya kepada rumput yang sedang bergoyang.
Lika liku dalam perjalan masing-masing jurnalis dalam mengelolah kebabasan pers mengisahkkan varian persoalan yang sulit diuraikan satu per satu dalam sambutan hangat ku ini. Hal itu memacu kami untuk membentuk wadah lokal yang diberikan nama PEWARNA. Tentunya bahwa wadah ini tidak bertentangan dengan organisasi kewartawanan secara Nasional.
Semangat kami adalah semangat kebersamaan, lapar kami adalah lapar bersama, satu dahaga wajib untuk dirasakan oleh semua sebagai pemburu berita. Selain itu untuk menjaga sebuah keberagaman demokrasi dalam kehidupan di teluk cenderawasih (Nabire) khususnya dan umumnya di wilayah Papua Tengah (dalam konteks otsus menyebut wilayah Adat Meepago).
Pada dasarnya kami jurnalis dari berbagai suku, berbagai media, kami dari berbagai organisasi Kewartawan secara Nasional, serta kami ada dan bekerja sebagai pemburu berita di Nabire yang disebut sebagai Indonesia kecil, dimana dihuni oleh 74 kerunan suku dari Sabang sampai Merauke. Kami bersatu untuk membentuk sebuah oraganisasi kewartanan lokal.
Sekali lagi tentunya tidak bertentangan dengan organisasi kewartawan Nasional. Kami bersatu untuk mewujudkan sebuah mimpi. Mimpi kami adalah menghapus perbedaan dan membangun pilar demokrasi yang berimbang di Negeri ini.
Air mata sempat saya tetaskan usai pembahasan dan penetapan AD/ART dan menetapkan kepengurusan karena selain menjadi GARDA TERDEPAN dalam memberikan informasi terkait pandemic Covid-19. Saat- saat itulah kita maanfaatkan kelonggaran waktu untuk curhat dari hati ke hati untuk membentuk wadah ini. Pepata kuno jawa dikenal dengan istila Mina padi (sekali tanam dua kali panen).
Karena itu bagi rakyat korona merumahkan dan mempersatukan tiap keluarga di belahan dunia ini. Konon kulih tinta di Nabire Korona merumahkan dan mempersatuhkan dalam sebuah wadah lokal yang disebut PEWARNA. Sehingga tersisa satu kata Korona mempersatukan kami.
Khusunya kepada teman-teman ku peristiwa ini adalah sebuah catatan sejarah yang bole diingat dan bole di riwayatkan lupakan jangan. Sekali lagi lupakan jangan.Titik.
Marilah Konco-konco ku, kita bersatu dan bekerjasama yang baik antar anggota dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan fungsi, sebagai polisi kontrol dan sosial kontrol terhadap semua program-program dan kebijakan aparatur Negara, khususnya di Kabupaten Nabire dan umumnya di wilayah Papua Tengah.
Apa yang menjadi kebijakan Aparatur Negara, dan kebijakan tersebut sampai tidak di masyarakat dana tau menguntungka tidak bagi masyarakat? Begitu juga kebijakan yang dikeluarkan Aparatur sesuai tidak dengan kebutuhan masyarakatnya adalah amanah yang wajib kita embani bersama.
Di sinilah fungsi PEWARNA menggerakan anggotanya untuk berkiprah di jurnalistik sebagaimana diatur dalam undang-undang Pers No 40 Tahun 1999, untuk itu harus dipertajam bidang jurnalistik, jangan berbicara tentang hal yang lain selain dunia jurnalistik.
Dan anggota PEWARNA adalah benar-benar insan junalis profesi. PEWARNA ingin mengembalikan insan pers sebagai pers yang sebenarnya, dan anggota yang tergabung dalam organisasi PEWARNA dapat memberikan peranannya sebagai jurnalis untuk mempublikasikan karya-karya jurnalistiknya secara berimbang.
Insan pers terhadap kebijakan Aparatur Negara dinilai sangat berharga untuk modal pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat di Kabupaten Nabire dan umumnya di kawasan Papua Tengah.
Insan pers adalah kekuatan pilar keempat yang dapat membangun bangsa dan menyuarakan kepentingan rakyat. Peran pers sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan pemberitaan pembangunan yang bersinergi dengan Aparatur Negara.
Untuk itu, saya mengajak insan pers di Nabire dan umumnya di Papua Tengah agar senantiasa memupuk kesadaran dan komitmen wartawan Indonesia berperan serta dalam pembangunan bangsa dan negara, sekaligus meningkatkan ketaatan wartawan pada kode etik jurnalistik, demi citra, kredibilitas dan integritas wartawan dan sinergi wartawan dengan Aparatur Negara, Aparatur sipil, lembaga kemasyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Selain itu kami bukan pawang demokrasi dan kami juga bukan malaikat sederhana titipan Sang Khalik sehingga saran dan masukan dari khalak umum kami sangat membutuhkan.
Inilah organisasi lokal yang kami sudah terbentuk atas perkarsa bersama, dan rakyat sedang menunggu program.
Mari kita jalankan program-program yang kita canangkan bersama saat ini dan nanti, sepanjang program itu tidak menyalahi aturan. Marilah konco-konco ku kami bersatu menjaga marwah Pers dan organisasi secara konsisten. Kita bersatu maka kita bisa !
Penulis adalah Emanuel You, Ketua Umum PEWARNA