Oleh : Agus Zonggonau
Sejarah membuktikan bahwa, setelah Soeharto menjadi Karteker Presiden RI, dalam waktu 29 hari, telah menerbitkan surat perjanjian Kontrak kepada PT Freeport Indonesia McMoRan , tanggal 7 April 1967, dengan UU. Nomor 1 Tahun 1967. Tadinya sulit, tetapi ternyata sudah tidak sulit lagi dan tidak ada masalah, untuk membuat aturan sebagai secara Yuridisnya, maka mudah untuk segera merekayasa dan mengambil alih, sebelum mereka mengerti dan memahami kemerdekaan tahun 1969. Selanjutnya mulai melakukan kegiatan Explorasi dan exploitasi. Maka, pada Tahun 1973, meresmikan Kota Tembagapura dan dibaptis menjadi kota terindah di Belantara Papua. Sebelumnya kota ini berasal dari sebuah kampung yang bernama KAMPUNG WAA (KAMPUNG TALAS)
Penulis akan memberikan sedikit cerita sejarah kepada kita semua, agar mengetahui tentang kebenaran sejarah KAMPUNG WAA. Silahkan, dan boleh juga teman-teman menceritakan versi saudara-saudara dari 7 suku, sesuai keinginan dan kebenaran yang lain atau protes tentang tulisan ini. Sehingga dapat dibuktikan dan diselesaikan hak patennya Kota ini dan merubah nama sesuai kebenaran. Hak paten adalah hak yang dapat diselesaikan oleh public atau pemerintah secara hukum sesuai dengan bukti dan fakta kebenaran sejarah. Maka, penulis dapat diperlihatkan data pada peta Paniai Meer di lampiran tulisan ini. Saya cerita versi Suku Moni marga Djoenggonaoe. Menurutnya, mengatakan bahwa Pulau Papua, terbagi dalam 9 kelompok manusia oleh wigamba Wagamba Ke IV Menebondomayame. Yaitu : 1. AUPANI/KAPANI, 2. AEYANI, 3. ZEONI, 4. ZANDONI, 5. IGINDENI, 6. WAGINDENI, 7. SONI, 8. HONDONI DAN 9. DUPANI. Wilayahnya adalah seluruh wilayah Bumi Cenderawasih atau pulau Papua. Tetapi di mana terjadi proses penukaran kulit kerang atau uang tradisional Papua yang disebut juga HEGENAGAI atau AUPANI. Dan tidak terlepas dari keseluruhan wilayah tersebut di atas sebagai kekuasaan Wigamba Wagamba (Raja). Kerajaannya yang berasal dari Kerajaan Mbumbu Mbamba dan rajanya pertama adalah Wigamba Wagamba Mbugumbamba.
Kampung Waa adalah sebuah Kampung yang sangat unik, karena di belantara hutan subtropik yang dapat menghasilkan makanan berupa talas. Orang Papua menyebutnya keladi. Sejauh itu perlu memahami betapa hebatnya, kita boleh tanam talas tidak dengan menggunakan tehnis agronomisnya. Jika ditanam pada jaman itu, namun hasil yang didapatkan sangat memuaskan. Talas ini umbinya sangat besar berdiameter 10-20cm. sampai sekarangpun masih mengalami juga seperti itu, tetap dapat memuaskannya.
Sejarah pertama Forbes Wilson masuk di Kampung WAA, dalam buku yang ditulis oleh Forbes Wilson (1981), dalam Jean Jacques Dozy (1999), mereka datang ke kampung WAA tetapi sudah terpasan tongkat-tongkat tabu larangan yang dipasang oleh orang Moni, sehingga mereka meninggalkan pindah cari tempat yang bagus. Forbes Willson, Jean Jacques Dozy dan Alnold Mampioper, serta Thom Beanal menulis tentang Tembagapura dan sekitarnya, namun tidak pernah menyinggung tentang Kampung WAA dan Suku Moni. Maka kali ini, saya mau menceritakan sedikit, biar kita semua mengetahui dan dapat memahami betapa pentingnya tempat ini, berapa lama kita menempati dan menurunkan generasinya. Saya akan menjelaskan, agar kita mencari solusi yang terbaik sesuai dengan sejarah perjalanan suku semua manusia di Papua dan dari mana asalnya mereka semua berada di tempat ini. Misteri (Rahasia) adalah sebuah ungkapan kata yang tidak perlu orang mengetahui. Raja tidak mungkin menjual masyarakat sukunya dan diam, di mana batas mereka sesuai dengan batas alam yang diberikan. Kami akan merespons setelah datang tentang tulisan ini, jika ada yang protes.
Maka, Kampung WAA adalah sebuah kampung yang sejak nenek Moyang oleh keturunan Wagaholo Djoenggonaoe bukan (Waholo=Bruijn) membuat talas dari remasan tubuhnya. Oleh karena itu, suku Ugindoni/Damal/Amungme mengatakan (Moni) artinya kelompok yang berasal dari talas. Itu bukan kepada suku Moni pada umumnya, tetapi khusus kepada mereka yang pernah menikmati dari hasil remasan tubuh ayahnya. Karena mereka sangat mengenal peristiwa kejadian tentang talas di Kampung Waa di masa lalu. maka mereka menyampaikan kepada orang asing bahwa, hati-hati tabu-tabu yang di pasang oleh orang Moni.
Forbes Wilson (1981) pege 220. Once residents of Wa and two nearby villages took on members of the Moni tribe, which lives to the west. Monis usually acquit themselves well in tribel battles, but this is time they were nearly out because the Wa warriors had come up a surprise (suatu ketika penduduk wa dan dua desa terdekat mengambil anggota suku Moni yang tinggal/berada di barat. Monis biasanya membebaskan diri mereka dengan baik dalam pertempuran suku tetapi kali ini mereka hampir musnah karena para pejuang Wa telah datang). Penulis tanya kepada penulisan buku THE CONQUEST OF COPPER MOUNTAIN BY FORBES WILSON ini tanda bahwa membawa fakta sejarah ke tempat lain, keinginan merekayasa sejarah suku Moni. Suku Moni adalah pelindung semua suku di Pegunungan memegang swuaka politik tradisional Papua. Sejak nenek moyang hingga hari ini, perang dengan suku Moni di masa Pemerintah Indonesia tahun 2006 di Nabire dan tahun 2015 di Timika. Selain itu fakta tidak ada, forbes Wilson banyak rekayasa di atas bumi Papua demi Emas Wigamba Wagamba. Dia mengatakan pendatang itu siapa…? Kali ini mereka hampir musnah karena para pejuang WAA telah datang.. ? bagaimana mempertanggungjawabkan kalimat ini..?
Waktu semakin berlalu, cerita ini belum sampai kepada keseluruhan masyarakat Papua pada umumnya dan khususnya suku-suku tetangga, dan lebih khusus suku-suku pegunungan yang berdomisili di pegunungan, biar mereka semua mengenal atau mengetahui, dan hari ini melalui tulisan menyampaikan, agar diketahui oleh semua public baik Papua Gunung, Papua Pesisir maupun non Papua bahkan sampai keseluruhan bangsa di dunia. Jadi, kita semua boleh mendengarkan ceritanya. Pulau Papua atau bumi Papua ini bukan kosong atau hampa, setelah diciptakan, siapa yang pemiliknya dan menjadi besar kapasitasnya di atas bumi Papua ini, sesuai dengan wasiat yang diturunkan dalam waktu ke waktu secara tradisional oleh moyangnya. Mari kita mendengarkan apa yang penulis menulis tentang cerita ini.
Wagaholo adalah Wigamba wagamba ke VIII (terlampir susunan keturunan wigamba wagamba) di bawah ini. Beliau adalah seorang moyang generasi ke delapan atau keturunan ke delapan, segera datang dari utara, disuruh oleh ayahnya untuk menjaga pegunungan-pegunungan, seperti pegunungan yang ternama Puyapigu dan Mbaigelapigu. Puyapigu artinya gunung salju yang pergi atau berangkat dan Mbaigelapigu artinya gunung dilarang sentuh oleh siapapun. Sekarang orang mengatakan Grestberg dan Erstberg sesuai sebutan penemu. Kampungnya disebut KAMPUNG WAA ATAU KOTA TEMBAGAPURA, sejak dahulu tempatnya ini sebagai tempat istana WAGAHOLO. Beliau datang membawa dua orang anak, Aebotigi atau Tigiwi, dan Tigadota. Ke dua orang ini, dapat melakukan atau mengakses semua pekerjaan, apabila disuruh oleh ayahnya. Pada saat itulah memberi nama gunung Puyapigu dan Mbaigelapigu. Puyapigu artinya Gunung salju yang pergi, Mbaigelapigu artinya gunung yang dilarang tersentuh atau disentuh)
Kemudian suatu saat, kehabisan makanan dan mereka sedang membangun lahan baru untuk membuka kebun. Kelaparannya yang tidak mampu di atasi. Sulit untuk mencari makanan, semua dibendung oleh batuan pegunungan. Maka, beliau (Wagaholo) pergi bersujud kepada Emoka (ALLAH) tubuhnya diremas untuk memperoleh makanan untuk kebutuhan setiap harinya. Berhari-hari memperoleh makanan berupa talas dari remasan tubuhnya, kemudian memberi makan kepada ke dua anaknya. Dan kemudian batang atau pucuk yang didapati dari remasan, di tanamkan di lahan baru yang sedang mereka kerjakan. Tempat itu yang sekarang di sebut KAMPUNG WAA atau kota terindah Tembagapura. WA dalam bahasa Moni adalah talas dan A = saya implikasinya saya adalah talas atau talas adalah saya. Kampong Waa atau Kota Tembagapura adalah tempat pemakaman Wigamba wagamba (Raja) ke VIII yaitu WAGAHOLO.
Pada hari terakhirnya, untuk penyelesaian pekerjaan yang belum habis, beliau pulang mendahuluinya, menyiapkan kebutuhan untuk semalam itu, dan dipersiapkan sisa benih yang masih kurang. Tetapi belum habis mengeluarkan talas berikutnya, beliau mendapat gangguan yang datang tiba-tiba, karena ada yang mengintip ayahnya yang sedang proses peremasannya. Ternyata sudah selesai dua buahnya, namun untuk mengeluarkan talas yang ke tiga, sebahagian sudah keluar, tetapi mengalami kecapaian sesak nafas, karena anak-anaknya, ada yang datang mengintip kejadian itu. maka, tidak keluar masih tertahan seluruhnya dalam tubuhnya. Akibatnya terhalang konsentrasi keseluruhan kegiatan untuk mendapatkan talas, maka ayahnya memanggilnya dan berkata : kamu sudah bersalah terhadap diriku, tujuan bapakmu dan buat kamu. Maka, segera bunuh gantung Wagaholo dengan tali (holo). Setelah meninggal boleh dibelah-belah menjadi 5 bagian. Isi tubuh dan kepala tanam di tengah-tengah lahan dan ke dua sayap dan kaki tanam di setiap sudat lahan. Kemudian beliau berpesan bahwa, Boleh pergi ke mana saja, tetapi jangan melupakan bekas tubuh kakimu ini, apa yang kamu pegang dan kerjakan, tidak boleh dilepaskan karena kamu ada di celah tanganku (Kupa kaipa go ponde dogona, ki hau wame, aga ondo balo dunapa kago, ki hauwame aga ti jaginde ne duginde ne noa kago, aga go ane taga gaga ge dio.). Lalu disampaikannya, boleh masuk ke lahan setelah tiga hari. Berbicara selesai, dilaksanakan sesuai dengan apa yang dijanjikannya oleh ayahnya.
Namun, karena emosional yang mendorong tidak menepati janjinya. Pergi ke lahan itu, sebelum jatuh tempo pada hari ke tiga yaitu pada hari yang ke dua. Mereka sedang memandang kesuburan tamanan yang luar biasa itu. Karena mata melihat kelahan, kemudian tidak disengaja menginjakan kaki pada sebatang kayu kering, cukup keras bunyi patahannya, yang mengejutkan talas-talas. Dan akhirnya talas yang berjenis-jenis dalam lahan itu seluruhnya menghilang terbang sekecap. Namun, mereka juga tidak mendiam tetapi berjuang berhasil menangkap dua batang talas. Masing-masing bernama “ Tigiboge dan Kawane, yang masih terbawa-bawa oleh marga Djoenggonaoe sampai hari ini. Karena itu, saudara suku Ugindoni (Amungme) mengatakan Moni kepada marga Djoenggonaoe. Mo (dalam bahasa Ugindoni Talas), ni adalah kelompok artinya kelompok marga yang berasal dari Talas. Moni dalam bahasa Moni ada dua kosakata Mo dan ni. Mo= Molia (menyusui) ni = kelompok. Artinya seperti seorang ibu yang menyusui anaknya. Arti lain sayang sesama manusia Papua di Papua.
Oleh karena itu, dalam alkitab (Yesaya 45. 5-8) : Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain, kecuali Aku tidak ada Allah.Aku telah mempersenjatai engkau, sekalipun engkau tidak mengenal Aku. Supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain, yang menjadikan terang dan menciptakan gelap; yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah Tuhan yang membuat semuanya ini. Hai langit, teteskanlah keadilan dari atas, dan kebaikan awan-awan mencurahkannya ! Baiklah bumi membukakan diri dan bertunaskan keselamatan, dan baiklah ditumbuhkannya keadilan ! Akulah Tuhan yang menciptakan semuanya ini.
Selanjutnya, akibatnya itu mereka pergi menyesal. Menetap di tempat itu, namun jika tidak bergerak perdagangan ekspansi kulit kerang atau kulit bia uang Papua tidak akan berjalan, sehingga meninggalkan tempat itu, ekspansi ke wilayah yang lain ke bagian barat dari Waa yaitu Domondoga, Dandoga, Bumindoga hingga tiba di Paniai sekarang ini. Emoka(Allah) menganugerahi Aebotigi tiga orang anak : Nanani, Domosaomba dan Wasaomba. Beliau berkuasa di wilayah ini. Setelah beliau meninggal kekuasaan wigamba wagamba di pegang oleh wigamba wagamba (Raja) NANANI.
Selanjutnya beliau berkuasa di wilayah Domondoga, Dandoga, dan bumidnoga, hingga pesisir pantai selatan. Menjelajahi dan memberi nama-nama tempat. Sekarang orang mudah untuk menggunakannya seperti : Timika, Mimika, Amuka, Iwaka, Omauka, Munika, Inaboeka, Otouwka, Kokonau, Minaziwi, Mokumuga, Wa, Dasiga, Mbaigelapa dan sebagainya. Dan semua ini mengandung pengertian, bukan asal memberi nama. Silahkan anda mengartikan sendiri dalam bahasa sukunya masing-masing mencari kebenarannya? Dan akhirnya data sebenarnya lihat tulisan surat kepada PT Freeport McMoRan di Jakarta. Di mana ada kekurangan dan di mana ada kelebihan. Sekarang kami mau bersuara kepada kita semua sesuai dengan hak warisan Tuhan kepada wigamba wagamba Papua.
Bumi itu, suatu ruang yang diciptakan memang hamba atau kosong….kan tidak, ada pemiliknya. Semua makluk yang hidup itu, beradaptasi pada suatu wilayah tertentu dan menikmati semua yang ada disekitarnya, karena Tuhan menyiapkannya. Pulau Papua itu sebenarnya untuk siapa. Pasti untuk hidup manusia dan berkonsentrasi menikmati semuanya yang diciptakan olehNya. Kalau demikian Kampung WAA atau Tembagapura dan Timika, untuk siapa dan siapa yang akan berbicara…? Sejak nenek moyang berada di bumi ini ada tatakramanya, sehingga pulau Papua sudah terbagi-bagi rata atas suku-suku. Batas sampai di mana wilayahnya suku Moni? SILAKAN ANDA MENJAWAB PERTANYAAN INI ? jawaban saya adalah bumi Papua milik kita bersama tidak pandang siapa-siapa tapi siapa yang akan buka suara dan berkuasa….? Secara adat benar tidak mungkin wilayah orang lain berbicara oleh orang wilayah lain. Mungkin PT FREEPORT INDONESIA McMoRan yang bisa mengkleim, karena tidak ada kejelasan penuntutannya karena masih belum mengerti.
Wigamba Wagamba Ke X NANANI, memberikan hukuman pertama kepada sebagian manusia di situ. Karena dengan adanya suatu kejahatan terhadap beliau dan dia tidak mau dengar, maka beliau perintahkan kepada tentaranya yaitu SEGE, untuk gunung-gunung itu segera terbelah-belah membawa pergi dengan manusia-manusianya ke pantai selatan. Yang sekarang disebut suku Kamoro. Nanani artinya kelompok manusia yang terbagi-bagi atau bubar. Maka beliau pergi jejaki akibat longsoran atau belahan gunung sampai ke Kokonau. Karena itu, seluruh wilayah Timika berasal dalam bahasa Moni. Menurut wigamba wagamba suku Moni, mengatakan manusia Kamoro adalah mereka yang teranyut oleh longsoran yang berasal dari suku Moni. Gunung-gunung seperti Numiai pigu, musiogo pigu, Awi pigu, Igitegela pigu, Zuambiga pigu sebagian terpecah-belah bawa pergi menutup di lembah selatan Timika. Akan ada terjadi suatu peristiwa untuk pengenapan sejarah tetapi kami semua tidak tahu itu kapan…?
Setelah longsor beliau pergi menjejaki orang yang masih hidup. Maka selesai mengikuti perjalanannya longsor yang sampai ke pesisir selatan, lalu beliau mempelajari kondisi alam, sungai dan manusianya. Di sinilah mulai memberikan nama-nama tempat dan sungai-sungainya. Orang awam tidak mengenal huruf dan kata, jauh lebih tinggi memori ingatannya, jika ada yang menyampaikan sesuatu tentang nama tempat sungai dan gunung, mereka pasti cepat ingat. Maka semua nama yang terdapat dibagian selatan ini, dalam bahasa Moni, karena manusianyapun dianyut oleh longsoran tersebut. Yang dapat kami terjemahkan di sini lihat di bawah ini sebagai sample :
Timika, timi=pandang hutan ka=disini (banyak pandang hutan di sini)
Mimika, mimi=datang-datang ka=disini/tempat (datang-datang terus ke sini)
Mumuka, mumu=bunyi ka=disini/tempat (disini bunyi banjir)
Aika, ai=rumah saya ka= disini/tempat (rumah saya di sini )
Inaboeka= senang,boe=kali, ka=disini (kalinya tenang di sini)
Otomona, oto=kesusahan mona=timbunan/tumbuhan (tumbuhan kesusahan di sini)
Otoauka, oto= kesusahan au=berat ka=di sini (kesusahan berat disini)
Iwaka, Iwa=tulang belulang ka=di sini (tulang belulang kami di sini)
Omouka, omau=batu gunung di sini=ka (batuan gunung di sini)
Munika, muni = genang ka= disini ( tergenang air di sini)
Minaziwi,mina =putri, ziwi=pusat, (pusat perempuan di sini)
Kokonau, koko=balik, kembali, belok, nau = jalan, batas au = induk ( batas induk balik dari sini / kembali dari sini).
Mokumuga, mo=tenang kumuga=beristerahat (manusia tenang disini)
Mbaigelapa, mbai = dilarang gela=batu, pa= tempat ( batu yang dilarang sentuh di sini)
Way Of Life, Keturunan Wigamba Wagamba Wagaholo, hanya belum ada kesempatan yang baik, untuk kembali menuntut ganti rugi lokasi WAA, Grestberg dan Erstberg selama 53 tahun beroperasi, dan sampai seluruh daerah Timika atau Mimika, berdasarkan nama tempat, nama sungai, menurut masing-masing bahasa. Sekarang tuntutan Wigamba wagamba (Raja) XVI adalah Upeti atau warisan Wigamba wagamba atas tanah dan emas dan tambang leluhurnya. Siapapun tidak memberikan respons terhadap tuntutan ini akan terjadilah adalah “ suatu tanda heran yang satu kepada tanda heran yang lain sesuai perbuatannya” dan kemudian akan membayar kembali kepemilikan dua batang talas yang pernah ditangkap, yang masih dipegang oleh Wigamba wagamba sekarang. Sekarang siapa itu Wigamba Wagamba…..? Siapa yang menulis tulisan ini dialah Rajanya Papua. Boleh dapat dibuktikan di hadapan Pengadilan.
Setelah Tuhan Allah menciptakan langit dan bumi, segala sesuatu itu, dan semuanya berpasangan. Maka ada dua raja yaitu Raja di Surga dan Raja di bumi. Raja Surga adalah Yesus Kristus dan Raja di bumi adalah raja-raja yang ada di Bumi dan di suluruh dunia. Mereka semua diberi kuasa oleh Yang Maha Kuasa. Siapa yang menerima dia, dia diberkati dan siapa yang menolak dia dapat dikutuk. Oleh karena itu sudah beberapa kali Djoenggonaoe mentuntut sebagai hak pemilik tapi selalu diabaikan, maka pernah melakukan aksi :
1. Pertama, oleh Dr. Willem Memuni Djoenggonaoe pada saat di DPRGR RI tahun 1968, pernah protes atas perjanjian kontrak pertama dengan PT Freeport McMoRan tahun 1967. Tertanggal 7 April 1967. No. 82/Ek/Kep/1967 berdasarkan Undang Undang No. 1 Tahun 1967.
2. Ke dua, oleh Louis. Mekia Djoenggonoe tahun 1978, kepada Forbes Wilson di Tembagapura, namun mengatakan pulang koordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Nabire ternyata tidak memberikan respons sampai saat ini.
3. Ke tiga, Drs. Benecditus Inadegame Djoenggonoe, ketika beliau ketua Bappeda Kabupaten Nabire dan membentuk sebuah Yayasan bernama Madonna tahun 1987 dihujangi dengan kata-kata yang disampaikan oleh Drs. Jakob Pattipi pada saat itu ketua Bappeda Provinsi Papua dan Gubernur Papua Drs. Isak Hindom, mengatakan : Erstberg dan Grestberg tanah, hutan dan gunung tak bertuan, adalah milik pemerintah dan Negara, bukanlah Suku Moni pergi menanam sebatang pohon pisang digunung sana itu, suatu ketika kalau susah akan pergi memanen. Sangat menyakitkan hati dengan kata-kata itu, dan menyampaikan oleh beliau kepada penulis saat saya menulis sebuah buku yang berjudul Eksistensi dan pengaruh kepemimpinan suku Moni di Papua.
4. Ke empat, demo yang paling dasyat di Kota Tembagapura yang di bawah pimpinan Fidelis Djoenggonoe, di Kampung Waa Tembagapura. Tutup Freeport selama 7 hari kerja dan kali Wabu kering dan jernih kembali di bawah kekerasan Rezim Presiden Soeharto dan akhirnya mendapat 10.000 orang Papua mengenakan kesarjanaannya dari 1 persen. Kemudian selanjutnya dapat dinikmati oleh ke dua Suku yaitu Amungme dan Kamoro.
5. Ke lima ini wigamba wagamba ke XVI sedang merintis untuk menuju ke sana melalui tulisan, data dan fakta. Agar semua orang Papua dan seluruh bangsa Indonesia, dan seluruh bangsa di dunia untuk mengenalnya. Bahwa yang menuntut sekarang ini adalah wigamba wagamba (Raja) XVI Agus Bulibega Zonggonao, SP., M.Si yang sedang memberikan informasi dan menuntutnya, sebagai orang yang berpendidikan dan berpengalaman sesuai perkembangan zaman kerena melihat, mendengar dan mengalami sendiri dan lengkap dengan atribut Raja sebagai alat bukti dari nenek moyang hingga sampai modern. maka “kepada Tuhan kita percaya ; yang bukan Tuhan harus membawa data” in God we trust. All others bring data, untuk di protes. Karena dalam bukunya Jean Jacqous Dozy mengatakan bahwa “benda yang mengandung metasomatis ini, masyarakat pribumi telah mengenalnya, namun mereka belum memberi nama dan meninggalkan tempat ini, karena suhu udara dingin yang menyerpa tubuh mereka, karena meraka mengenakan (wearing) koteka, sehingga meninggalkan tempat itu pergi”.
Seluruh wilayah suku Moni adalah bagian AUPANI, dari pulau Papua, barat dari Kabupaten Agats dan timur dari Kabupaten Kaimana, wilayah kekuasaan Wigamba Wagamba NANANI. Sebab, tahun 1996 Thom Beanal dan Welly Mandowen KALAH PERKARA, pulang dari Pengadilan Tinggi Internasional Lusiana di Amerika tuntutan dari 1 % MINTA 10 %. Mengatakan bahwa, ”Kami di Pengadilan sudah susah berbicara lagi TENTANG KAMI (AMUNGME) karena jauh lebih kebanyakan menyebutkan nama marga Djoenggonaoe dari pada AMUNGME kata Thom Beanal” menyampaikan kepada Sabinus Kobogau salah satu Hotel di Biak. Karena Thom Beanal, Welly Mandowen adalah kelompok yang menentang Fidelis Zonggonau, boleh tanya Thom Beanal dan Welly Mandowen sebelum mereka meninggalkan dunia. Kami sudah lama 53 tahun Freeport ambil Emas kepunyaan Wigamba wagamba (Raja) Papua tidak menuntut, karena banyak orang yang masih belum mengerti dan bersekolah. Sekarang keturunan Wigamba Wagamba sudah cukup ratusan orang sudah sarjana dan untuk segera menuntut. Hari ini, boleh kamu lakukan benci, cemburu, iri hati, sakit hati, dengkih, marah, tidak senang, dll. Tetapi inilah yang terbaik kulakukan untuk masyarakat dan bangsaku Papua. Dan akan boleh Kamu lakukan pengakuannya setelah tahun-tahun ini berakhir.
Sehingga saya menyampaikan silsilah keturunan Wigamba Wagamba Papua lihat lampiran di bawah ini. Perlu diketahui bahwa Pesan yang disampaikan oleh Tuarek Narkime sebelum beliau meninggal dunia kepada Fidelis Zonggonau bahwa untuk berbicara tentang Freeport adalah kali Weabu itu yang tenang sehingga bisa menghanyutkan tidak bisa oleh sungai-sungai yang deras ini silakan kamu urus katanya kepada penulis pada tahun 2001. Di Timika sebuah illustrasi.
Demikian sedikit singkat tentang sejarah Kota Tembagapura ini dibuat, oleh karena itu saya perlu minta informasi, data dan fakta sejarah dari saudara-saudara dalam proses pembuatan hak paten dari kehakiman agar tidak tumpang tindih pengurusaan hak saudara-saudara,dan hak warisan wigamba wagamba (Raja).
KEPERPUSTAKAAN :
Arnold Mampioper, 2000. Amungme Manusia Utama dari Nemangkawi Pegunungan Carstenz PT Freeport Indonesia.
Beijlmeer H.J.T. 1938, Naar de Achterhoek der Aarde, Amsterdam
Bruijn, J.V. de 1978. Het Verdwenen Volk.
Bernard van nunen 1972, The Community of Kugapa,Buletin Irian Jaya.
Drooglever. D. J. 2010, Tindakan Pilihan Bebas Orang Papua dan Penentuan Nasib Sendiri Penerbit Kanisius Yogyakarta.
Eechoud, J.P.K.van 1940. Ethnographische gegevans omtrent de bevolking on en bij de Wisselmeren.
Forbes Wilson 1981, The Conquest of Copper Mountain New York Atheneum
Gresberg 1999. Penambangan Tembaga dan Emas di Pegunungan Irian Jaya pada endapan yang paling terpencil di Dunia, penerbit PT Jayakarta Agung Offset, Jakarta
Zonggonau. M.L 2001. Moni Wigiya Dole. Silsilah Asal Usul Suku Moni. Laporan Biasa.
Zonggonao A. 2001. Perspektif Kepemimpinan Suku Moni belum diterbitkan.
![](http://www.papualives.com/wp-content/uploads/2020/09/1.jpg)
Pembagian bumi Papua oleh Raja ke IV WIGAMBA WAGAMBA MENEBONDOMAYAME :
- AUPANI/KAPANI, 2. AEYANI, 3. ZEONI, 4. ZANDONI, 5. IGINDENI, 6. WAGINDENI,
- SONI, 8. HONDONI DAN 9. DUPANI.
![](http://www.papualives.com/wp-content/uploads/2020/09/4.jpg)
![](http://www.papualives.com/wp-content/uploads/2020/09/tambang.jpg)
![](http://www.papualives.com/wp-content/uploads/2020/09/skema.jpg)
![](http://www.papualives.com/wp-content/uploads/2020/09/peta-paniai-mee.jpg)
Anthonius Emobagakigi Djoenggonaoe tanggal 5 September – 5 Nopember 1939
di bawah pimpinan Wigamba wagamba Igoemaboei dari Kugapa Kabupaten Paniai
Provinsi Papua.