Beranda Daerah Sejarah To Pua

Sejarah To Pua

994
0
Gereja Torea (Foto:Radio HMS)

Torea merupakan 1 dari 142 kampung yang terletak di kabupaten fakfak provinsi papua barat, kampung torea juga masuk dalam wilayah adminstrasi Distrik Pariwari.Dari data yang yang berhasil di dapatkan dari RPJM kampung torea 2016-2021 jumlah penduduk kampung Torea sebayak 800 jiwa dari jumlah kk sebanyak 235, secara mayoritas masyarakat kampung Torea memeluk Agama Katolik. Sebanyak 755 jiwa di kampung Torea memeluk agama Katolik , Islam 32 umat dan Kristen Protestan sebanyak 13 jemaat.
Menurut kondisi Geografi kampung, Torea berada di bagian Barat kabupaten Fakfak dengan jarak tempu sekitar 1,5 Km yang di capai melalui Darat dan Laut. Luas wilayah Kampung Torea sebesar 950 Ha dengan struktur kemiringan lahan 25-40 persen, 109 Ha perbukitan dan kampung ini sendiri berada di atas ketinggian permukaan Laut 500 Mdpl.

Pertama Kali Agama Katolik Masuk Papua Orang Torea Jadi Objek Orang Sekru BerceritaTorea juga berbatasan langsung dengan wilayah-wilayah tetangan, di antaranya sebelah Utara kampung terletak kelurahan Dulanpokpok, bagian Selatan lautan Pulau Panjang, bagian Timur kampung Sekban serta di Barat terletak kampung Sekru.
Gereja bias di artikan bagi orang banyak adalah gedung bahkan ada juga yang mengatakan orang-orang yang percaya akan Yesus Kristus, sebagai Tuhan dan Penyelamatan. Dalam arti ke dua ini meliputi orang-orang yang percaya akan Yesus Kristus yang di percayai, seperti nyata dalam sabda Yesus sendiri:” dimana dua atau tiga orang berkumpul atas nama-Ku, di situ aku ada di tengah-tengah mereka.’’ (Mat 18:20) gereja menjadi lengkap karena terdapat anggota yaitu jemaat dan Yesus Kristus sendiri sebagai kepala tubuh-Nya(kol 1:18)

Gereja katolik dalam dua arti tersebut, benih-benihnya telah di taburkan, tumbuh dan berkembang di bumi Papua lewat kota pala Fakfak. Menurut catatan Prefektur Aspotolik Batavia, Kedatangan Pastor Cornelis Le Cocq d’Armanville, SJ di Pantai Kapur Fakfak (kampung Sekru) sebelah Barat kampung Torea adalah menjadi awal agama Katolik di kampung Torea, kabupaten Fakfak serta terlebih khusus di bumi Papua ( Missie Di Nieuw Guinea). Pada tanggal 22 Mei 1894 Misionaris Serikat (SJ), Pater Le Cocq tiba di kampung Sekru, kemudian Pater di sambut oleh warga kampung yang bernama Dunari Samai dan Umar Halantan Serkanasa yang telah memeluk agama Islam. Pada masa itu orang di kampung Sekru sudah memeluk agama Islam lantaran pengaruhnya orang pendatang dari Tidore dan Ternate serta pedagang-pedagang Arab yang mencari rempah-rempah, Kampung Sekru juga menjadi gudang pala dan pintu masuk para pedagang. Walaupun sudah memeluk Agama Islam mereka menerima Pater dengan baik bahkan disanalah pater di berikan tumpangan menginap di rumah Dunaris Samai.

Pada saat Pater di rumah Dunaris Samai, Dialah yang mengatakan kepada Pater Cornelis Le Cocq d’Armanville, SJ bahwa di sebelah timur kampung sekru, ada saudara-saudaraNya yang masih belum memiliki kepercayaan (kafir). Kurang lebih 10 hari lamanya Pater berada di sekitaran kapaur, Pater berhasil membaptis 73 orang anak.
Dari 73 orang 4 di antara mereka yang di baptis adalah, Kodia Homba-Homba setelah di baptis menjadi Markus Homba-Homba, Moses Sembilan Homba-Homba, Agustinus Turimondop dan Ngah Nga Made (Herman). Tahun 1938 orang katolik mulai berpinda dan menetap di kampung Torea yang sekarang menjadikan Stasi St Petrus, Kampung Kapartutin, Dulanpokpok dan sekitarnya. Pada saat itu, tempat tinggal orang katolik adalah ‘’Temare Huhur’’ (Mondokendik). Setelah 10 hari Pater di Fakfak, pada Bulan Juni 1894 beliau kembali berlayar menggunjungi Bomfia di Seram, Kasewui dan akirnya di Langgur (kei).

Setelah pater Le Cocq pergi meningalkan kampung sekru menjelankan misi perutusaannya, mereka umat Katolik yang baru saja di baptis oleh Pater, tinggal dan mempertahankan ajaran yang mereka terima, bahkan ada dari mereka yang berpindah ajaran (Agama). Hal ini di sebabkan karena tidak ada imam untuk melayani mereka.
Berkembanya umat katolik di Torea, seperti dikutip dari catatan sejarah Agama katolik di Stasi Santo Petru Torea yang di tulis oleh mantan ketua dewan stasi Jimmy Piter Irenius Simon Letsoin, yang juga merupakan sekertaris kampung Torea saat ini, dalam catatannya bahwa pada tahun 1974 dibawah pimpinan Laurens sius homba-homba dan juga di bawah bimbingan pater Philipus Morse memilih dua orang tua agama, yaitu Pius Homba-Homba (kampung Torea) dan Victor Ginuni (kampung Dulapokpok). Disinilsh orang-orang katolik dari Generasi Ke Generasi mulai berkembang sampai saat ini. Mulainya berkembang pada saat itu, dilihat dari mereka melakukan ibadah secara kekeluargaan di sertai denga mereka mendirikan tempat ibadah di depan SD YPPK Torea.

Dengan lajunya perkembangan umat Katolik di kawasan ini, dengan sendirinya semangat dan inisiatif mereka untuk membangun sebuah gedung Gereja yang baik, maka pada tahun 1976 di bawah kordinator seorang pensiunan guru Bapak Petrus Hindom mebentu panitia pembangunan gedung Gereja dengan di susunlah panitia pembangunan di antaranya; ketua Lourensius Homba Homba, sekertaris Andrianus Homba Homba dan bendaharaWilhelmus Anggiluli. Tepat pada bulan april 1978 peletakan batu pertama di mulai oleh umat di bawah bimbingan Pater Nesyen, OSA.

Seiring waktu berjalan pada tahun 1984 panitia pertama di bubarkan dan di bentuk panitia kedua yang di komandai oleh Pater Pit Tep, OSA dan juga umat yang membentuk panitia antara lain; ketua Patrisius Homba Homba, Sekertaris Anton Kilmas, Bendahara Thomas Lefteuw. Berkat semangat umat pada tanggal 6 April 1986, Uskup KMS Mgr. Petrus Vaan Dieepen OSA memberkati dan meresmikan dan di beri nama Gereja Katolik Santo Petrus Torea. Di wilayah Stasi Santo Petrus Torea berdirilah sebuah Biara Susteran Tarekat Maria
AMediatrix dan SD YPPK Torea.