Oleh : Jhon NR Gobai
JAYAPURA – Nilai nilai budaya orang Mee yg dikenal adalah Maa (hargai, hormati), ipaa (sayang, peduli) dan enaimo (bersama, kebersamaan). Orang juga memahami bahwa orang orang yang berjasa dalam hidup pribadi dan keluarga perlu dihormati.
Dalam budaya Mee, diketahui bahwa orang yang membantu kita saat sekolah, menaruh maskawin, membantu saat kita berkekurangan dan membantu keluarga saat konflik dengan keluarga lain. Dalam kasus membantu atau mengangkat kita agar menjadi sukses kadang diungkapkan dengan ungkapan, *Bitu agiya kamakiyawita mee ki adaku teetai*
Ini merupakan nilai-nilai hidup di dalam suku Me yang biasanya diajarkan oleh orang tua Suku Mee.
Di dalam bahasa Mee.
Bitu Agiya artinya noken anggrek. Kimakiyawita artinya menaruh padamu, mee ki artinya orang itu, adaku tetai artinya artinya jangan lupa.
Ungkapan dari nilai hidup ini adalah karena noken anggrek dalam budaya hanya dapat digunakan atau dipakai oleh kaum tonawi artinya orang yang mempunyai posisi atau orang yang terpandang dan tokoh mempunyai harta, bukan asal dipakai oleh siapa saja.
Ungkapan di atas itu menunjukkan bahwa pada orang yang membantu kita untuk mendapat posisi tertentu atau menjadi orang yang terpandang janganlah kita melupakan jasanya.
Di bawah tahun 2017, saya tinggal di Nabire dan juga dipaniai sibuk dengan urusan-urusan masyarakat adat di dalam rangka upaya pembelaan hak-hak masyarakat adat baik terkait dengan penambangan emas rakyat ditigewo dan juga kasus kelapa sawit di Wami Kabupaten Nabire dan juga kasus-kasus kekerasan yang terjadi di sekitar Paniai yang kita semua ketahui bersama yaitu kasus paniai berdarah Desember 2014.
Dalam tiga kasus inilah 3 kali saya bertemu dengan Bapa LE, ketika kita bicara soal tambang rakyat di degeuwo dan kasus sawit ketika masyarakat yerisiam, nabire menggugat SK Gubernur Papua tentang Ijin Sawit di Wami Nabire.
Saya tidak kenal dekat Bapa LE, namun mungkin karena kerja kerja saya diatas,beliau punya perhatian kepada saya.
Akhirnya melalui seleksi oleh panitia seleksi dan berakhir dengan keputusan dari Gubernur Papua Lukas Enembe dan wakil gubernur Papua Klemen Tinal maka kami 14 OAP pada tanggal 13 Desember 2017 pertama kali memakai jas dan diambil sumpah sebagai anggota DPR Papua.
Kemudian untuk periode kedua beliau berdua juga memutuskan untuk kami 14 OAP yang diambil sumpah pada tanggal 13 Desember 2017, karena baru bekerja 1 tahun 10 bulan, walaupun demikian tetap melalui seleksi dan agak lambat, pada tanggal 13 April 2021, kami diambil sumpah dan genap bekerja 3 tahun 8 bulan.
Jasa dari bapak berdua ini tak mungkin saya lupakan Karena sesuai dengan keputusan beliau berdua lah saya bersama teman teman hari ini menjadi Anggota DPRP artinya beliau berdualah yang mengenakan noken Anggrek untuk saya hingga hari ini, amanah yang diberikan ini akan terus saya jaga dan bekerja sesuai dengan harapan dan visi dan misi Bapak Lukas Enembe dan Klemen Tinal.
Selamat Jalan Bapak Lukas Enembe, Pemimpin besar yang bijaksana dan rendah hati, selamat bertemu dengan Abang Klemen Tinal, bapa berdua sudah meninggalkan LEGACY yang besar bagi Pembangunan di Tanah Papua.
Penulis adalah Anggota DPR Provinsi Papua