Jayapura, Persipura baru saja melakoni paga akhir Liga 1 Gojek Traveloka di Stadion Mandala, Minggu (12/11/2017) dengan skor imbang 2-2.
Walau Boaz dan kawan-kawan tertinggal 0-2, namun akhirnya menyamakan kedudukan jelang laga berakhir, sehingga Persipura mampu meraih satu point. Hasil ini tak berpengaruh karena klasemen Persipura tetap pada urutan ke lima.
Ini mungkin prestasi yang berbeda saat musim lalu di mana Persipura selalu berada di antara runner up dan juara Indonesia Super League tiga kali berturut-turut.
Berbeda saat Torabica Super League (TSL) 2016, putaran pertama berjalan terseok-seok hingga akhirnya juara saat ditukangi Alfredo Vera pelatih asal Argentina.
Kelebihan Alfredo Vera adalah berani menerapkan srtategi menyerang dengan materi pemain pas-pasan alias minim. Tak ada bintang di Persipura terkecuali pemain-pemain senior Persipura plus pemain eks PON dan beberapa pemain asing.
Meski pemain terbatas, Alfredo Vera mampu maksimal pemain yang ada sehingga berhasil menjadi Champion TSC 2016 lalu. Namun ketika memasuki Liga 1 Gojek Traveloka, Alfredo Vera digantikan. Petaka pun tiba-tiba menghantui tim berjuluk Mutiara Hitam. Kalah telak di Makassar dan tumbang pula di Madura United.
Begitupula permaian kandang di Lapangan Mandala, sudah tak segarang dulu lagi. Bayangkan Madura United kalahkan Boaz dan kawan-kawan di Stadion Mandala. Bahkan beberapa pertandingan selalu berakhir imbang baik melawan Persib Bandung maupun terakhir meladeni Beto dan Bio Pauline dari Sriwijaya FC dengan skor imbang 2-2.
Persipura meskipun mematok skema 4-3-3 saat bertanding selalu meraih hasil positif karena bermain sesuai karakter Boaz dan kawan-kawan. Menyerang bersama dan bertahan pula sama karena ada keseimbangan antara lini depan, tengah dan belakang.
Strategi semakin mengawatirkan ketika pelatih Wenderley memakai strategi 4-5-1, pola ini saat bertanding melawan Perseru Serui ternyata Boaz dan kawan-kawan tumbang di Stadion Maroa Serui, 3-2.
Sebaliknya pola yang sama pula (4-5-1) dipakai melawan PS TNI, memasang banyak pemain gelandang. Hasilnya jelang akhir babak kedua, Persipura kalah 2-1, walau telah unggul 1-0.
Tim asuhan Wenderley pelatih asal Brasil ini lebih banyak kecolongan gol dan pertandingan tandang dan kandang tak ada bedanya. Tak ada jaminan merebut point sempurna termasuk satu point, bahkan kalah telak.
Jacksen F Tiago selama menukangi tim Persipura selalu memakai strategi dan pola 4-3-3 jika lawan dianggap mampu dikalahkan. Sebaliknya lawan kuat dan berimbang dengan Persipura, maka pelatih Jacksen F Tiago akan memakai pola 4-4-2, andalkan umpan silang ke gawang lawan.
Sekarang tinggal menejemen mencari pelatih baru dengan karakter berbeda pula. Pasalnya musim depan, semua tim bersaing merebut scudetto sehingga meningkatkan kualitas tim dan pelatih terbaik.
Jika pemain Persipura pas-pasan maka pilihan akan jatuh pada pelatih dengan gaya dan taktik mirip Alfredo vera. Atau gaya pelatih Atletico Madrid Diego Simeno yang selalu bermain pressure dan andalkan umpan lambung serta serangan balik cepat.
Sedangkan style Jacksen F Tiago jelas butuh pemain dengan skill rata-rata bagus dan bermain cepat. Untuk pelatih model Jacksen F Tiago berarti butuh pemain muda dengan bermain cepat plus pemain-pemain senior. Tinggal sekarang menejemen memilih pelatih yang tepat dan segera ikat pemain senior serta Persipura U19 yang dianggap pantas masuk skuad senior.(*)
goalpapua.wordpress.com