Beranda News Yohanes Auri dan legenda-legenda Persipura

Yohanes Auri dan legenda-legenda Persipura

3780

johanes-auri

Johanes Auri dan Wiel Corver, pelatih asal Belanda

Jayapura, Kesuksesan Persipura mulai terangkat ketika pertama kali menjuarai Soeharto Cup 1976. Puncak prestasi di Piala Soeharto ke III, Hengky Heipon dan kawan-kawan mempermalukan Persija Jakarta di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta.

Bob demikian panggilan akrab Johanes Auri pensiunan karyawan PT Pertamina gantung sepatu sejak 1987, jebolan Perseman Manokwari ini langsung membela Persipura usai memperkuat Perseman Manokwari dalam laga Acub Zainal Cup 1974.

Selanjutnya Auri bersama Timo Kapisa striker Persipura yang meninggal di Biak pada 9 Juli 2007, mendiang Hengky Heipon dan almarhum Tinus Heipon, Nico Patime, Piter Aitamuna (alm), Edi Sabenan dan Jules Matui (dua rekan Johanes Auri pensiunan Pertamina) membawa Persipura mengalahkan Persija pada 19 April 1976. Persipura mengandaskan tim Macan Kemayoran dengan skor 4-3 masing-masing skor dipersembahkan Niko Patipeme, Jakobus Mobilala, Pieter Aitamuna dan Timo Kapisa striker mungil Persipura. Sedangkan tiga gol balasan Persipura dilesakan oleh Iswadi Idris dua gol dan Risdianto satu gol.

Kemenangan Persipura di Soeharto Cup III membuat Black Brother pertama kali menulis lagu Persipura Mutiara Hitam. Timo Kapisa, Johanes Auri dan kawan-kawannya selalu gemilang menerjang lawan dan selalu menang. “Persipura Mutiara Hitam.”

Mutiara Hitam sendiri sebenarnya julukan bagi Pele bintang Brasil di Piala Dunia 1958. Legenda Brasil inilah yang mendapat julukan Mutiara Hitam.

21b

Bertemu Presiden Soeharto di Bina Graha : Duduk depan Marinus Matui, Fred Imbiri, Hengki Mauri, Barnabas Jouwe, Festus Yom dan jacob Egana. Berdiri : Timo Kapisa, Jaokbus Makanwai, Hengki Heipon, Peter Aitamuna, Niko Patipeme, Jimmy Pieter, John Pulalo, gento Rumbino, jafet Sibi, Tinus Heipon.(Foto Ist)

Nama ini muncul ketika tim Persipura hendak melawan klub Hitachi asal Jepang di Gelora Bung Karno, Senayan. Sebelum bermain, Acub Zainal Gubernur Irian Jaya ketika itu membawa Hengky Heipon dan kawan-kawan berkunjung ke Bina Graha, menemui Presiden RI ke II di ruang kerja jenderal besar Soeharto.

Saat itu Presiden Soeharto menyebut tim Persipura dengan nama “Pele-pele Indonesia.” Saat itulah nama Pele dan Mutiara Hitam diperkenalkan Black Brother dalam lagu berjudul Persipura Mutiara Hitam ketika mereka berhasil menjuarai Soeharto Cup ke III.

Saigon, Vietnam Selatan

37116652_196641184361094_4554490059205640192_n

(Foto koleksi Marsely Tambayong-Facebook)

Persipura mulai dikenal saat Hengky Heipon dan kawan-kawan mewakili Indonesia ke Saigon Vietnam Selatan (sekarang Ho Chi Minh City), Vietnam, pada 1974. Saat itu Persipura mengikuti turnamen kemerdekaan (piala Kemerdekaan) di Saigon, Persipura berhasil juara kedua. Mestinya Persipura mampu juara tetapi tekanan tuan rumah begitu kuat sehingga hanya meraih posisi runner up saja. Ketika itu penjaga gawang Persema Malang, Suharsoyo ikut membela Persipura atas permintaan Acub Zainal. Penjaga gawang Persipura ketika itu Jimmy Piter dan John Pulalo.

Saat itu perang Vietnam berkecamuk, namun Vietnam menggelar Quoc Khanh Cup atau Vietnam National Day Tournament, kompetisi invitasi yang bergulir sejak 1961 sampai 1974. Kompetisi yang selalu digelar di Saigon ini tidak diadakan pada 1963, 1964, 1968, dan 1969.

37160841_196640234361189_5764032173510230016_n.jpg ruly nere

Foto koleksi Rully Nere-facebook.com37225853_1555830157856218_3209534171588329472_n.jpg nere persipura

Koleksi Rully Nere, facebook.com

Tim nasional Indonesia berpartisipasi pada 1961, 1962 (runner up), dan 1970. Pada kompetisi tahun 1973, Indonesia diwakili oleh Persija Jakarta yang pulang membawa trofi setelah mengalahkan Malaysia 3-2.

Pada kompetisi terakhir tahun 1974, Indonesia diwakili oleh Persipura Jayapura. Rombongan tim dipimpin oleh Gubernur Irian Jaya Brigjen TNI (Purn.)

Acub memberangkatkan Persipura tanpa restu Menteri Dalam Negeri Amirmahmud. Persipura transit di Singapura sebelum ke Saigon untuk mengikuti turnamen yang digelar pada 1-10 November 1974. Acub Zainal juga yang membawa Persipura melawan timnas PNG dalam laga persahabatan Persipura menang 9-0 di Port Moresby jelang kemerdekaan PNG, 16 September 1975.

“Saya nekat dan ngawur. Waktu saya memimpin Irian, bola adalah alat untuk kebanggaan Irian. Suatu saat kita mau bawa ke Bangkok, saya minta izin pada Pak Menteri Amir Machmud. Jawabannya: ‘Ada apa nih, si Acub? Masak gubernur bawa (tim) bola ke Bangkok?’” kenang Acub dalam biografinya, Acub Zainal: I Love the Army.

“Buat saya ini pertama kali membawa nama bangsa. Zonder (tanpa) izin dari Yang Mulia Menteri, saya berangkat. Saya berhenti dulu di Singapura satu malam, menyesuaikan diri,” kata Acub.

Di Singapura, Acub bertemu dengan Jenderal TNI Surono Reksodimedjo, wakil panglima ABRI. Surono meminta kepada Acub agar Persipura mengalah. Bukan untuk uang melainkan atas nama solidaritas sesama bangsa Asia Tenggara yang tengah dilanda perang.

“Keadaan Vietnam sedang gawat. Pak Soerono minta kalau bisa kesebelasan yang saya bawa jangan sampai menang. Berikan kesempatan pada mereka (Vietnam) untuk bergembira. Saya dapat perintah begitu,” ungkap Acub.

Persipura datang dengan tim terbaik asuhan pelatih asal Singapura, Choi Song On eks pelatih timnas Indonesia, dengan kiper Suharsoyo yang diboyong dari Persema Malang. Persipura tak pernah kalah di babak penyisihan grup. Menang 3-1 melawan timnas Khmer (kini Kamboja) dan imbang 1-1 melawan timnas Thailand. Persipura jadi juara Grup B.

Di semifinal pada 9 November 1974, Persipura mengalahkan timnas Taiwan 2-0. Di laga final, Persipura melawan tuan rumah timnas Vietnam Selatan pada 10 November. Acub teringat permintaan Surono agar tidak juara.

“Di final akhirnya saya kalahkan. Kita cuma jadi juara dua, bukan juara pertama,” tandas mantan Panglima Kodam XVII Cendrawasih Irian Jaya itu.

Persipura harus rela menjadi runner up setelah kalah 0-2 dari Vietnam Selatan. Persipura urung menyamai Persija Jakarta yang menjuarai turnamen itu setahun sebelumnya. Inilah harga dari solidaritas antarbangsa Asia Tenggara.
Bangkok dan Kuala Lumpur

Persipura setelah memenangkan Seoahrto Cup ke III, 1976 juga mewakili Indonesia. Waktu itu Persipura diperkuat beberapa pemain timna Indonesia Marsely Tambayong dan Suharsoyo. Pemain muda Persipura saat itu Rully Nere ikut bermain di Bangkok dan Malaysia.

Persipura plus dikirim ke Merdeka Games 1977 di Kuala Lumpur. Selanjutnya mewakili Indonesia pada King’s Cup 1977 di Bangkok Thailand.(*)

sumber: goalpapua.com