(Refleksi Harapan bagi Papua dan Dunia dalam Bingkai Minggu Panggilan Sedunia)
Pendahuluan
Dalam penanggalan Liturgi Gereja Katolik Roma, Minggu 11 Mei 2025 ini adalah Hari Minggu Pekan IV setelah Hari Raya Paskah. Selain itu, gereja juga merayakan Hari Minggu Panggilan Sedunia. Seluruh Bacaan Firman Tuhan membahas tentang tugas dan tanggungjawab Tuhan sebagai Sang Gembala Yang Baik. Misalnya, dalam Kitab Wahyu, 7:9.14b-17., tentang penglihatan Rasul Yohanes āia melihat sekumpulan orang yang telah dibaptis dengan Darah Anak Domba. Bereka berkumpul dalam kemuliaan dan ikut ambil bagian dalam kemuliaan Sang Gembala Yang Baik. Mereka akan dituntun menuju mata air kehidupanā. Sementara Injil Yohanes, 10: 27-30 tentang peneguhan iman tentang jaminan atas kesetiaan domba-domba mengikuti Sang Gembala yakni kehidupan kekal selama-lamanya karena Kristus dan Tuhan adalah satu. Yesus menegaskan bahwa ādomba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku; Aku mengenal mereka, dan mereka mengikuti aku.
Selanjutnya bagi Gereja Katolik Roma sedunia baru saja mendengarkan pengumuman hasil pemilihan Paus (konklaf). Sesuai pengumuman yang dibacakan oleh Kardinal Protodiakon Dominique Mamberti dari Balkon Kapel Sistina Vatikan menyebut jika kita punya Paus baru (Habemus Papam) pada Kamis 08 Mei 2025. Bagi umat Katolik Roma, Paus adalah Gembala Umat sedunia yang terdiri dari 1.3 juta jiwa. Bertepatan dengan Hari Minggu Panggilan Sedunia, tulisan ini bertajuk refleksi pribadi sekaligus doa agar Bapak Paus menjalankan amanat tugas mulia (gembala umat) ini sebagaimana Yesus lakukan.
Siapa Paus Leo XIV?
Dalam beberapa hari terakhir ini hampir semua media dalam berbagai bahasa menulis tentang Paus Leo XIV. Paus Leo XIV lahir di Chicago, Illinois Amerika Serikat pada 14 September 1955 dengan nama Robert Francis Prevost. Ia ditabiskan sebagai Imam Agustinian pada 19 Juni 1982. Selanjutnya sebagai Uskup, ia ditabiskan pada 12 Desember 2014, kemudian sebagai Kardinal Diakon selama 3 tahun mulai 2023 hingga 2025. Sejak Kamis 08 Mei 2025 setelah pengumuman hasil konklaf, ia resmi menjadi Paus ke-267 sekaligus sebagai pemegang kedaulatan negara Kota Vatikan. Ia adalah Paus pertama yang berasal dari Ordo Santo Agustinus (OSA).
Apa Moto dan Semangat Panggilan Tuhan?
Paus Leo XIV memiliki sebuah moto yang sungguh mencerminkan tradisi Agustinian yang berbunyi āDalam yang Satu, kita adalah satu (In Illo Uno Unum). Secara Biblis semboyang ini tersurat dalam Kitab Mazmur 127 āmeskipun kita Orang Kristen banyak, di dalam satu Kristus kita adalah satuā. Sementara nama Leo dalam Alkitab dari Bahasa Latin yang berarti āSingaā. Sehingga dengan nama Leo berarti pribadi yang berani, kuat dan memiliki jiwa pemimpin. Ada beberapa tokoh dalam Alkitab yang tersohor namanya karena keberanian seperti Raja Daud.
Harapan bagi Tanah Papua
Perluh diketahui bahwa Paus Leo XIV pernah menginjakkan kaki di Tanah Papua tepatnya di Kota Sorong Papua Barat Daya pada tahun 2003. Ketika itu, ia menjabat sebagai Superior General Ordo Fratrum Sancti Augustini atau yang lazim disebut Ordo Santo Agustinus (OSA). Ia datang dalam rangka menghadiri acara syukuran 50 tahun pelayanan ordonya di Papua. Menurut pengakuan Pastor Markus Malar, OSA, yang pernah bertemu langsung sebagaimana dilansir pada Kompas. Com (10/05/2025) mengakui bahwa Paus terpilih ini adalah pribadi yang cerdas, sederhana dan rendah hati. Konon ia mengunjungi saat tiga tahun setelah nama Irian Jaya jadi Papua dan dua tahun setelah Undang-Undang Otonomi Khusus (UU Otsus) diterapkan di Tanah Papua. Kita berharap ia ketika itu telah dengar informasi yang komprehensif tentang Papua dengan segala permasalahannya. Meskipun dalam konteks tantangan pelayanan Misionaris Ordo Santo Agustinus di Tanah Papua selama stengah abad saat itu. Bertepatan dengan hari minggu Panggilan sedunia ini, segenap Orang Asli Papua berharap jika Ia telah mengenal dan mendengar suara tangisan dan jeritan dari Orang Papua saat itu. Kini sebagai Sang Gembala bagi Umat Katolik sedunia, kita berdoa agar ia menjadi pribadi yang mampu mengantarkan kita kepada sumber air yang tenang juga pada padang rumput yang hijau. Kita mengimankan bahwa keunikan tentang Papua dengan segala permasalahannya kiranya Bapa Suci dapat membawa dalam doa dan perjuangan pada kanca internasional guna menjamin perdamaian dunia.
Harapan bagi Dunia
Harapan bagi dunia kita berkaca pada fakta yang telah membuktikan jika Paus Leo I selama kepemimpinannya ia berani menghadapi ancaman dari Bangsa Hun dari Konfederasi Suku Hun Asia Tengah. Paus dengan nama Leo terkenal dalam melawan ajaran Martin Luther tentang indulgensi. Misalnya Paus Leo IV pada Abad ke- 9 berhasil membangun kembali Roma setelah memenangkan pertempuran dengan Ostia melawan Bangsa Seracen. Sementara Paus Leo X terkenal karena menyalahgunakan indulgensi kepausan sedemikian rupa hingga Martin Luther menerbitkan 95 tesisnya. Hal ini mengawali reformasi Protestan. Namun Paus Leo XIV rupanya dengan semboyangnya ini, ia ingin tetap merawat persatuan dalam keberagaman. Hal tersebut sangat jelas dengan sebutan motonya āDalam Satu, Kita adalah Satuā artinya kita boleh Kristen dengan berbeda aliran namun kita semua adalah pengikut Kristus yang sama. Dengan demikian selanjutnya Paus Leo XIV ini diharapkan dapat melanjutkan legasi dari Paus Leo XIII yakni Ensilik āRerum Novarumā yang mengagas tentang Ajaran Sosial Gereja (ASG) untuk masalah sosial dan hak-hak buruh serta kritik terhadap kapitalisme dan sosialisme. Akhirnya harapan baru adalah Paus Leo XIV juga akan meneruskan Ensilik āLaudato Siā dari Mendiang Paus Fransiskus yang sungguh menaruh perhatian pada merawat bumi sebagai rumah kita bersama melalui pertobatan ekologis.
Kesimpulan
Setiap pemimpin Gereja Katolik Roma memiliki nama dengan semangat misi yang hendak dijalankannya. Patut kita bersyukur bahwa terpilihnya Paus Leo XIV sungguh menjadi panggilan khusus dari Tuhan untuk mewujudkan misi ilahinya yakni memastikan bahwa ādalam satu, kita adalah satuā. Kita berharap kelak Paus Leo XIV ini akan menjadi figur yang sungguh mengenal suara dari domba-dombanya. Agar ia mengambil langkah-langkah yang nyata untuk kelangsungan secara khusus Orang Papua dan pada umumnya 1.3 juta Umat Katolik Roma sedunia. Smoga.
*Penulis adalah pegiat pendidikan khusus orang asli (Indigenous education) tinggal di Nabire Provinsi Papua Tengah.


























