(Sebuah Refleksi Setelah Mengikuti Misa Pentabisan Uskup Timika 13-15 Mei 2025 dengan Ziarah Hidup Iman Umat)
Oleh Felix Degei
Pendahuluan
Keuskupan Timika Provinsi Papua Tengah baru saja telah melaksananakan sebuah pesta iman terbesar yakni Pesta Pentabisan Uskup barunya. Proses pesta tersebut terlaksana selama tiga hari dengan agenda Selasa 13 Mei 2025, Ibadah Verper Agung; Rabu 14 Mei 2025, Misa Pentabisan Uskup dan Kamis 15 Mei 2025, Misa perdana dari uskup tertabis (pontifikal). Momen tersebut menjadi momen paling bersejarah karena empat alasan mendasar. Pertama, terpilihnya uskup baru setelah 5 tahun 7 bulan mengalami tahta kosong (sede vacante). Kedua, uskup yang diumuman adalah uskup putra asli Papua kedua setelah Uskup Jayapura Mgr. Yanuarius Theofilus Maatopai You, Pr. Ketiga, satu-satunya uskup dari Ordo Santo Agustinus (OSA) yang kebetulan sama dengan ordo dari pemimpin Gereja Katolik Dunia terpilih Paus Leo XIV. Keempat, moto uskup terpilih sungguh memiliki hubungan keterkaitan yang sangat penting dengan uskup Timika sebelumnya. Tulisan ini akan berfokus pada alasan keempat, sehingga hendak bedah moto uskup lama dan baru dari Keuskupan Timika serta mereflesikan hubungan dan tantangan perkembangan gereja kelak untuk Tanah Papua.
Keberadaan Keuskupan Timika di Tanah Papua
Keuskupan Timika adalah salah satu keuskupan sufragan yang ada di Tanah Papua selain Keuskupan Agung Merauke, Keuskupan Jayapura, Keuskupan Manokwari Sorong, Keuskupan Agats Asmat. Keuskupan ini berdiri sejak 19 Desember 2003 silam dengan wilayah pelayanan mencakup seluruh wilayah Provinsi Papua Tengah serta sebagian wilayah Provinsi Papua, yaitu Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten Waropen, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Supiori, dan sebagian Kabupaten Mamberamo Raya (kecuali Distrik Mamberamo Hulu, Mamberamo Tengah, dan Mamberamo Hilir), dengan luas wilayah sebesar 81,811 km². Kini pada usia ke 21 tahun ini keuskupan ini telah memiliki uskup tertabis baru per 14 Mei 2025. Dengan Uskup tertabis bernama Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA.
Apa Hubungan Keuskupan Timika dengan ‘Siapkan Jalan Bagi Tuhan’?
Sejak pendirian, Keuskupan Timika dipimpin oleh almarhum Mgr. John Philip Gaiyabi Saklil, Pr. Ia memiliki moto peziarahan iman selama menjabat sebagai uskup adalah ‘Siapkan Jalan Bagi Tuhan’ (PARATE VIAM DOMINI). Dengan semangat tersebut mendiang melakukan banyak program perlindungan keberpihakan spiritualitas umat dengan ragam program yang membangun (konstruktif) dan keberlajutan (sustainable). Salah satu legasi paling terkenal dalam kalangan umat adalah ‘Gerakan Tungku Api Keluarga/Kehidupan’ (GERTAK). Gerakan tersebut bertujuan untuk membangun dan menjaga semangat keluarga dalam kehidupan sehari-hari dan iman. Tungku api, sebagai simbol kehangatan dan persatuan, digunakan untuk mewakili keluarga yang harmonis dan saling mendukung. Sehingga gerakan ini secara ringkas memiliki 5 makna dan tujuan antara (1) simbol kehangatan dan persatuan; (2) pemberdayaan keluarga; (3) membangun iman; (4) pemberian nama GERTAK; dan (5) membangun semangat umat. Implikasi dari gerakan ini mendiang Uskup Saklil selalu mengajak agar Orang Papua jangan hidup dari hasil jual tanah tetapi hiduplah dari hasil olah tanah karena tanah adalah mama. Namun sayangnya misi yang visioner itu harus terhenti karena meninggalnya Bapak Uskup Mgr. John Philip Gaiyabi Saklil, Pr pada 03 Agustus 2019. Selanjutnya misi dari gerakan inilah yang senantiasa diingat dan dijunjung tinggi oleh segenap Umat Keuskupan Timika karena sungguh pembinaan iman dimulai dari keluarga dan tanah dusun dimana mereka hidup.
Apa itu ‘Akulah Pintu’?
Setelah selama 5 tahun 7 bulan Keuskupan Timika mengalami tahta kosong (sede vacante) akhirnya pada 08 Maret 2025 mendengarkan pengumuman tentang adanya Uskup terpilih baru yakni Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA. Waktu yang kurang dari tiga bulan itu tim keuskupan telah membentuk panitia pentabisan. Sementara bapak uskup terpilih memilih dan menetapkan moto pelayanan sebagai Sang Gembala dengan logo yang lengkap dengan lambang dan artinya masing-masing. Sehingga kini Uskup tertabis menggunakan Moto “Akulah Pintu” (EGO SUM OSTIUM). Semboyang tersebut terinspirasi dari Injil Yohanes 10: 7-15. Uskup Bernardus rupanya tergerak hati dengan ungkapan Yesus Sang Gembala Yang Baik “Aku berkata kepadamu sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu: barang siapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk keluar dab menemukab padang rumput. Menyimak Khotbahnya pada Misa perdana oleh Uskup tertabis (pontifikal), Ia menyeruhkan agar gereja harus membuka diri untuk mendengar setiap permasalahan umat lalu menyuarakannya untuk pemecahan atas setiap problematika. Ajakkan tersebut ditujukan tidak hanya bagi gereja sebagai lembaga tetapi juga setiap diri pribadi masing-masing sebagai gereja mini (Gereja sebagai Tubuh Kristus). Dengan demikian, selanjutnya kita berharap gereja dengan segenap Umat Keuskupan Timika kelak siap menjadi pintu bagi sesama. Sebagai pimpinan keuskupan (Gembala Umat) kita berharap bisa bersama dengan umat untuk sudi dengar setiap suara dan tangisan doa dan air mata dari setiap insan agar akhirnya mereka dapat diantar pada sumber air yang tenang dan pada padang rumput yang hijau agar umat tenang, aman dan hidup berkeadilan. Kita segenap umat berharap agar Bapak Uskup dapat membuat terobosan-terobosan baru dengan semangat keteladanan hidup Santo Agustinus yakni komitmen yang kuat terhadap iman, pencarian kebenaran, kasih sayang, dan pelayanan kepada sesama. Juga dapat meneruskan legasi dari Almarhum Mgr. John Philip Saklil, Pr., khusus Gerakan Tungku Api Kehidupan/Keluarga (GERTAK).
Refleksi Koherensi Moto dari Dua Gembala Berbeda
Jika kita pahami dengan saksama maka moto dari kedua uskup Timika ini memiliki hubungan sangat keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Uskup pertama lalu memikirkan tentang bagaimana menuntun umat agar hidup harmonis dalam keluarga, cintai sesama dan cintai alam dan lingkungan sekitar. Hal ini berkaitan dengan syarat jika ada cinta kasih hadirlah Tuhan. Keluarga yang hidup baik, aman, harmonis disitulah kita tengah sedang mengijinkan Tuhan untuk hadir sebagai penyelenggara hidup kita. Sementara kini uskup baru menawarkan dengan semangat moto agar kita sebagai gereja baik sebagai individu maupun lembaga harus siap mau membuka pintu hati untuk menerima sesama apa adanya. Implikasi yang lain adalah kita harus mau menjadi pintu bagi sesama yang lain untuk menemukan Tuhan. Karena sesungguhnya setiap kita diciptakan segambar dan atau serupa dengan Tuhan Sang Khalik (Imago Dei).
Jika kita melihat secara praktis maka almarhum Uskup John telah mengajak umat agar memantaskan diri untuk Tuhan hadir dan merajai hidup kita. Selanjutnya, supaya kita menjadi corong pintu pembawa berkat, rahmat kedamaian bagi sesama sebagaimana semangat moto bapak uskup Mgr. Bernardus.
Kesimpulan
Almarhum Uskup John dan kini Uskup Bernardus menjadi gembala umat di Keuskupan Timika pada beda jaman oleh beda generasi. Mereka juga berasal dari latar belakang panggilan imamat yang berbeda almarhum dari imam pribumi (Projo/Pr) sementara Mungsinyur Baru dari Imam Ordo Santo Agustinus (OSA). Namun luar biasanya kedua imam tersebut memiliki semangat moto dalam penggembalaan yang saling melengkapi. Moto gagasan Uskup Saklil mengenai semangat bekerja keras untuk sungguh mempersiapkan jalan bagi Tuhan melalui semangat Gerakan Tungku Api Kehidupan/Keluarga (GERTAK) dengan ragam mosi perlindungan dan keberpihakan teradap hak-hak hidup Orang Papua. Selanjutnya moto semangat ajakkan Uskup Baru mengajak segenap umat baik secara individual maupun lembaga dan atau kelompok senantiasa siap membuka pintu hati dan rumah agar untuk sesama banyak umat yang mengenal Kristus.
*Penulis adalah pegiat pendidikan khusus orang asli (indigenous people) tinggal di Nabire Provinsi Papua Tengah).

























