Beranda Daerah Terkait Persoalan Papua , Pendiri AMPTPI surati Medagri

Terkait Persoalan Papua , Pendiri AMPTPI surati Medagri

3272
0
Agus Zonggonao (Foto:Dok.Pribadinya)

SURAT TERBUKA

Kepada Yth.
Bapak Menteri Dalam Negeri (Mendagri) RI.
Di –
J a k a r t a.

Agus Zonggonao selaku Pendiri AMPTPI menjadi Aktor-Aktor memprakarsai pergerakan mahasiswa melawan Negara.

Salam Sejahtera.
Pertama-tama kami menaikkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat, dorongan dan anugerahnya, kami menyampaikan pernyataan artiket sebagai surat terbuka kepada Mendagri RI.

Yang terhormat Bapak Mendagri di Jakarta, dengan kecil hati, kami datang kehadapan Bapak Mendagri melalui surat pernyataan terbuka ini. Untuk menyampaikan sedikit isi hati kami masyarakat Papua kepada Bapak. Yang selama ini, masyarakat Bapak mengonotasikan kepada kami sebagai manusia kecil, manusia kotor, manusia bau yang sama dengan hewan Seperti Monyet. Ini semua adalah dihadapan mereka, Pejabat Indonesia, TNI dan POLRI. Tetapi kalau dihadapan Tuhan lain bukan seperti itu. Walaupun Kami disebut seperti itu, tapi kami tahu diri. Karena setiap yang kecil maupun besar memiliki lima macam panca indra berarti memiliki kemampuan akal dan budi. Siapa saja memiliki Panca Indra, Yang Maha Kuasa memberi akal-budi untuk berbuat, bertindak untuk melindungi dirinya sebagai manusia.

Bapak Menteri yang kami hormati , AMPTPI (Asosiasi Mahasiwa Pegunungan Tengah Papua Indonesia), bahkan Dunia. Bukanlah baru di mulai tetapi, Awalnya IMPT (Ikatan Mahasiswa Pegunungan Tengah) itu dirikan sejak tanggal 29 Maret 1998 di Fakultas Pertanian Universitas Negeri Cenderawasih di Manokwari. Berinspirasi oleh Agus Zonggonao, SP,. M.Si. dan Hans Magal, SP. Dengan Motto : Satu Tungku Dalam Satu Honai.

Latar belakang pendirian Organisasi Kemahasiswaan ini adalah hanya satu tujuan dan maksud yang baik dan dengan air mata adalah untuk mencari tempat berlindung mendapatkan biaya pendidikan. Karena kita melihat anak-anak kami dari mahasiswa Pegunungan Tengah yang betapa sulit menderita dan mencari biaya kuliah dan biaya mempertahankan hidupnya. Hasil pembentukkan organisasi AMPTPI ini pernah kirim surat pembentukkan organisasi mahasiswa ini kepada menteri dalam Negeri oleh penulis sendiri melalui Kantor Pos.

Papua merupakan kelompok (komunitas) manusia yang memiliki bahasa, memiliki wilayah, memilik sumber daya manusia, dan sumber daya alam sebagai asset untuk mendorong komunitasnya menjadi sebuah bangsa. Bukanlah manusia Papua pergi minta potong sebahagian atau seluruh salah satu pulau dari Pulau-pulau di Indonesia untuk memberikan kepada bangsa Papua, untuk menurunkan generasinya. Tidak, perlu di mengerti dan di fahami bahwa, kami (Papua) adalah korban Politik karena sumber daya alam kita. Sejak tahun 1926, Belanda mendapat informasi kekayaan alam di atas Bumi Papua dari masyarakat pribumi dengan ekspedisi Belanda Dr. Beijlmeer.

Tatkala yang menjadi penasaran telisuri informasi ini adalah Jean Jacques Dozy tahun 1935. Tahun 1939 Dr. Vieter de Bruijn bersama Ir. Soekarno. Sejak tahun 1900-an, Papua dijadikan sebagai daerah atau tempat pengasingan orang Indonesia yang melawan Belanda. Banyak informasi yang ada pada orang Papua, tetapi menyatakan ini, mereka sangat sulit karena nyawa kami terancam. Militer Indonesia bertindak terselubung bersembunyi dibalik NKRI dan menghilangkan nyawa-nyawa orang Papua sepertinya benar-benar tidak berharga dipandangan mereka terlaksana Rasisme di praktekan di Papua. Siapa mau menyangkal siapa, dan siapa yang menyangkal ada sangsinya. Pada awal perjuangan sudah banyak teman-teman menulis berbagai artikel memberi kesadaran kepada masyarakat bangsa Indonesia, namun Indonesia mengabaikan hal ini. Hal ini dianggap merupakan kebodohan mereka (Papua).

Bapak Mendagri yang kami hormati, Bapak yang Mulia Sri Paus Fransiskus mengatakan “bahkan menyebut rasisme sebagai dosa terhadap kemanusiaan. Rasisme merupakan penyakit social yang tidak saja mendiskriminasi manusia secara fisik, lebih dari membunuh inti kemanusiaan itu sendiri yakni marbatnya”. Maka sejatinya adalah sudah memakan waktu yang panjang. Perlu kita menyadari bahwa Papua dikooptasi oleh NKRI, sejak penentuan pendapat Rakyat dengan kekerasan militer Indonesia 1969. Maka Papua masih menuntut untuk mengembalikan hak kesulungannya bumi mereka, namun ungkapan yang menurunkan dan membunuh karakter manusia Papua seperti yang di sampaikan melalui media oleh Kapolda Papua bahwa Mahasiswa Papua banyak Asrama Jadikan tempat Pergerakan Melawan Negara. Maka minta untuk menklarifikasikan kalimat itu melalui Pak Mendagri agar tidak terjadi PMP(Papua Makan Papua)

Saya sebagai salah satu suku dari 385 suku di papua, memilik suatu budaya melindungi masyarakat yang dikatakan Kobegaga Maya(swaka tradisional) dengan Ideologi Migani. Artinya mempertahankan kebenaran kejujuran, keadilan dan membelah yang lemah. Maka kami masyarakat Bangsa Papua, menurut adatnya itu ada dua hal yang penting membawa akibat : pembohongan dan pencurian. Hal itu buat kami itu Pamali (bahasa Papuanya). Tidak sadar bahwa, Indonesia masuk ke Papua. Kita mulai dibelajarkan dalam kondisi yang lemah, kesusahan hidup bersama dengan Indonesia. Dahulu kita bicara nama Papua, atau membawa sesuatu atribut atau benda-benda yang tertuliskan atau tergambar bintang kejora, tinggal menunggu kapan meninggalkan bepergiannya kepada tercintanya yaitu menuju kepada yang Maha Kuasa.

Mahasiswa Uncen (Putra/I Papua) yang sedang dibina dalam kelompok music budaya dengan nama Mambesak Group, di bawah pimpinan Arnol Ap di tangkap dan di siksa dan di bunuh dan di isi dalam karung Goni, lalu buang di tengah lautan tahun 1978, tetapi Tuhan membawanya sampai di buang di Abe Pantai. Sebelumnya Verry Awom tahun 1971, beliau menyerahkan diri sendiri di Manokwari di bawa ke Holandia Benen Abepura. Kemudian mereka militer Indonesia di bawa dengan pesawat Angkatan Udara ke Jakarta dibuang hidup-hidup di tengah lautan. Mayat Tuhan membawanya sampai di buang di Pantai Biak Utara. Orang Papua tidak akan mungkin besar di atas tanahnya sendiri menjadi orang terdidik yang membawa mereka ke depan yang baik. Karena langkah-langkahnya mereka sedang intip. Kami pergi opname ke rumah sakit identic dengan pergi mati. Bukan pergi untuk menyelamatkan diri dari kesakitan.

Bapak Mendagri Yang Terhormat, hati Bapak tulus dan mulia sebagai seorang intektual Indonesia yang mampu dalam keamanan dan kepemerintahan, kami berikan apresiasi yang besar, yang sama dengan dahulu dipikirkan oleh Ir. Soekarno. Tahun 1963, beliau tugaskan Brigjen Rukman sebagai Pangdam XVII Cenderawasih ke Papua, pada saat upaca melepaskan beliau, Ir. Soekarno mengatakan begini “sekali-kali jangan korek manusia-manusia berwarna kulit hitam yang ada di timur Indonesia ini, karena mereka adalah Bunga bangsaku Indonesia, itu adalah jantung hatiku dan bangsaku Indonesia. Karena mereka namaku besar. tidak boleh korek mereka karena ada mereka nilai bangsa akan besar yaitu Indonesia katanya. Salah satu tentara purnawirawan Papua mengatakan kepada penulis, orang ini tentara Belanda berpindah ke militer Indonesia setelah integrasi yang sekarang masih hidup di Nabire. Jabatan kepala suku Moni.

Perlu menyampaikan kepada Pemerintah bahwa, Pemerintah RI selalu mengatakan kepada kami bangsa Papua, sama dengan kata-kata sejak tahun 1960-an Subandrio yang mengungkapkan tentang kosakata Kesehjateraan. Cara membangun Papua dengan kesejahteraan itu mungkin tidak sampai pada cita-cita kuasai Papua, mungkin sangat sulit juga sampai kapanpun tidak akan tercapai, karena kami diintervensi semuanya oleh Militer Indonesia TNI/POLRI. Oleh karena itu, “bukanlah Kesejahteraan akan menyelamatkan manusia bangsa Papua tetapi kemerdekaan Papua itu, merupakan bagian dari kesejahteraan untuk menyelamatkan manusia bangsa Papua”. Sebagai warga Negara Indonesia berhak atas kebebasan berserikat berkumpul dan berpendapat menyampaikan hak pendapat kami kepada pemerintah sesuai dengan UUD 1945 (pasal 28 E ayat 3) Indonesia perlu menyadari bagimana keadaan Papua, berapa banyak jumlah Papua yang cerdas dan berapa orang Papua yang keras. Tetapi tidak ada arti bagi kami karena kedua-dua hidup dimoncong senjata. Seperti hidup dalam penjara penyikasaan manusia. Saya mau tanya kepada pemerintah dan pemimpin-pemimpin Indoenesia yang lain. Siapa yang mampu datang membawa air untuk memadamkan api yang masih menyalah-nyalah di Papua.

Tahun 2001 diberikan OTSUS untuk memastikan dan mematikan api yang menyalahnya keras itu, tetapi selama 21 tahun, apinya sudah susah di padamkan dan masih membara terus menerus sampai kapanpun tidak akan habis. Sekarang Indonesia pasang api baru lagi pada tungku yang sama. Tungku yang lama pontongan kayu sudah tidak berguna dan habis. Ganti jenis kayu api baru atau sambung dengan kayu api yang sama. Sambung kembali Tanya kepada pemilik pohon, saya mau tebang pohon yang mana, tebangnya mengarah ke mana. Sehingga pasang api menyalahnya memuaskan dan akhirnya makanan yang diakses ditungku itu, masak sesungguhnya dan dinikmati oleh orang banyak, kalau masak makanan memberikan selera yang kurang memuaskan akan berpengaruh kepada orang yang menikmati hidangan itu. Maka Pemerintah Indonesia harus tanya kepada pemilik tungku Api. Siapa yang Pemilik tungku Api dan Siapa yang mengakses memasak di tungku api ?

Identic cerita di atasnya dari sekarang harus memastikan dengan cerdas untuk semua orang di Papua. 21 tahun tidak mudah tetapi manfaatnya bagi orang Papua sudah sulit. Pada masa Belanda masyarakat Papua perkembangannya jauh lebih luar biasa. Karena bengkel Pesawat terkuat di Papua ada di Biak, Rumah sakit termega di Asia Pasifik ada di DOK II Hollandia, Pangkalan kapal Pasarkan tempat naik turun kapal di Manokwari. System kerja sama dengan orang Belanda. Pembangunan Jalan dan perkembangan manusia luar biasa, tetapi dengan adanya Indonesia kami di tindas, sehingga hidup seperti di atas duri dan menjadikan tempat malapetaka.
Cerita ini bukanlah menunjukkan arrogance pribadi, tetapi memberi sprit kepada pemerintah Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya kami sudah dinilai stigma sebagai hewaniah. Papua bukan hewaniah melainkan kodrat dan martabat sebagi manusia yang melakukan tindakan yang sama dengan manusia lain di dunia ini. Sekarang orang Papua sudah mengenal huruf capital untuk merubah diri mereka. Karena mereka belajar membaca dan melihat semua kelakuan perkembangan zaman, mendengarkan suara-suara perkembangan zaman, dan mengalami sendiri apa yang dilakukan di zaman ini oleh orang Indonesia. Untuk mengendalikan ke arah yang positif sudah tidak mampu. Mau mengendalikan dengan stigma OPM, KKB, Sparatisme, ULMWP, KNPB dan lain sebagainya menjadi kendala. Tidak dapat digertak dengan senjata itu, itu dianggap orang tua bilang masih anak-anak. Yang bisa menyelesaikan itu dengan secara manusiawi berkumpul dan mengadu argumentasi secara Intelektual. Itu barulah bernilai positif. Bukan di moncong senjata api. Banyak tulisan dibungkam ke media tapi orang Indonesia tidak pernah mau membaca, karena jika mereka membaca nanti akan stress. Dan juga semua berita yang ditulis diedit dan dijaga oleh militer Indonesia di setiap media Cetak.

Bapak Mendagri Yang Mulia, berdasarkan tuisan sebagai goresan ini dikirim melalui media, bahwa Bapak senang melihat orang kerja di dalam Kabinet Bapak Presiden ini di balik yang lain kami tidak tahu. Tetapi Menteri Dalam negeri Purn. Tito Karnavian tanpa melibatkan pemilik tungku api, lalu bergerak mulai memasak di atas tungku yang apinya sudah mati. Beliau tidak sadar bahwa OTSUS belum tentu berbicara dan evaluasi JILID I langsung ke JILID II. Jikalau ULMWP sebagai persiapan kemerdekaan bangsa west Papua, beliau berpikir tentang OTSUS lama isinya seperti apa, OTSUS II isinya seperti apa, sebelum evaluasi langsung bergabung dengan OTSUS baru.

Mengapa mengatakan demikian, sejak dulu Indonesia merdeka karena dijatuhkannya Bom Atom di Hirosima dan Nagasaki. Ir. Soekarno mendeklarasikan kemerdekaannya Indonesia. Tetapi sebelumnya adalah Panitia yang namanya Badan Penyidik Usah-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) badan ini disponsorin oleh Jepang. Yang sekretaris dipimpin oleh Raden Panji Soeroso. Yang resmi digunakan tanggal 29 April 1945. Kemudian produknya Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945, di mana Belanda tidak mengakui kemerdekaan pada tanggal itu. ULMWP dan TPNP di dirikan di Vanuatu, tahun 2014 yang diketua oleh Benny Wenda Cs yang di SPONSORI oleh MSG yang berkantor di Vanuatu. MSG itu adalah Negara-negara Fasifik. Indonesia merdeka hanya dapat diakui oleh satu Negara yaitu India. Papua pada tanggal 1 Desember 1961 di akaui oleh lima Negara yaitu Inggris, Australia, Provinsi PNG, Senegal dan Belanda sendiri. Baru Indonesia 1950 di meja PBB diakui oleh lima Negara Jepang, Palestina, Fatikan, Australia dan India.

Pakar Hukum Indonesia yang terkenal sejak dahulu, saya masih kecil mengenal bapak ini namanya Dr. Adnan Buyung Nasution, SH. Seumur hidup saya tidak pernah membaca berita apa saja tentang Papua yang ditulis oleh beliau sebagai artikel, namun kali ini beliau menyinggung mengenai tentang tanah Papua. Menurutnya “Cepat atau lambat kehilangan Papua. Sengaja atau tidak sengaja, mau atau tidak mau kita kehilangan Papua, karena kita gagal merebut hati orang Papua”. Kata-kata ini datang dari mana walaupun setiap orang mengungkapkan setiap saat, namun yang menyampaikan kalimat itu seorang pakar hukum, sehingga mengandung arti penting dalam bahasa hukum. Seorang Ilmuwan mudah dalam memahami jalannya perkembangan hidup ini. Betapa sulitnya orang Indonesia yang berpendidikan sebagai marbat manusia, namun pola pikir yang berwawasan penindasan. Inilah yang dibaca dan perkembangan Politik Papua yang sangat jauh.

Indonesia identik dengan membangun sebuah bendungan besar tanpa perhitungan kapasitas volume air yang mengalir dan mengeluarkan dengan biaya yang senilai tidak terbatas. Pada hal bendungan adalah anak kali yang setiap waktu berjalan terus menerus, dia sedang menampung berkilo-kilo meter kubik air yang sedang diam tertampung dan mencari jalan keluar. Jika di dalam sudah penuh, pasti mencari jalan keluar ke tempat-tempat mana dia akan keluar. Kalau air sudah penuh susah untuk di atasi. Perjalanan sejarah Indonesia seperti itu. Maka, yang menjadi pertanyaan adalah bahwa siapa itu bendungan dan siapa itu anak kali. Yang menjawabnya adalah Seperti yang dikatakan oleh Prof. Dr. Frans Magnis-Suseno (2015, hal. 255,257), dalam bukunya yang berjudul : Kebangsaan Demokrasi Pluralisme. Memberi kesimpulan akurat tepat tentang keadaan Rakyat Papua yang sangat buruk selama ini “…ada kesan bahwa orang-orang Papua mendapat perlakuan seakan akan mereka belum diakui sebagai manusia. Situasi di Papua adalah makin buruk, tidak normal, tidak beradap, dan memalukan, karena itu tertutup bagi media asing. Papua adalah luka membusuk, tidak normal di tubuh bangsa Indonesia (hal 255). Kita akan ditelanjangi di depan dunia beradab sebagai biadab, bangsa pembunuh orang-orang Papua, meski tidak dipakai senjata tajam (257).

Peristiwa 16 Agustus s/d 9 September 2019, merupakan peristiwa biasa-biasa bagi bangsa Indonesia, tetapi bagi dunia lain menjadi cacatan, lagi sebagai parameter ketidakadilan Indonesia. Papua Black Matter, Papua Black Lives matter, di Papua semuanya itu menandakan kehadiran karya Tuhan, menampakkan kelakuan mereka kehadapan manusia di dunia lain. Bagaimana kelakuan pemegang Hukum Indonesia penyidik membawa masa ke ranah Politik, tidak sadar bahwa demo Rasisme di Papua secara spontanitas masyarakat menuntut rasisme, namun dikatakan kepada mereka dengan kosakata Makar. Seingat saya sebuah kata yang disampaikan oleh ayahku tahun 1965, “sayangilah dirimu karena kamu baru mengenal manusia baru ini, dan kamu akan mengalami kesusahan seumur hidupmu”. Dan hal itu terbukti. Maka berpeluang ini manfaatkan memberi kesempatan bersama menjaga bahasa kebersamaan dan masyarakat kita kepada menuju kemerdekaan Papua.

Jika tidak, bapak mau masyarakat Indonesia yang ada di bumi Papua ini bawa ke mana, di Fasifik tanah sudah penuh di sana tidak ada tanah lagi. Jauh sebelumnya ini Papua mau merdeka, tetapi salah satu Menteri Dalam Negeri pernah mengatakan Papua mau merdeka silahkan pergi bangun di Fasifik dan kalau tidak pindah ke angkasa, Papua milik Indonesia. Jadi kami sudah kembali ke tanah leluhurku di Papua, kami mau tahan mereka juga susah mau suruh mereka pulang juga sayang, karena mereka punya pangkal hidupnya yang ada ini buang ke mana. Semua potensi itu, sudah tidak ada lagi untuk menghidupkan mereka.

Bapak Mendagri Yang kami banggakan, Dengan demikian kami hidup dalam keadaan “Phobia” oleh kekuatan di moncong senjata dari dulu hingga sekarang. Kemudian terjadinya banyak penipuan dan pembohongan Indonesia kepada PBB, lalu menggunakan seluruh potensi yang ada ini, dirampas habis dan bawa pulang. Contoh Indonesia memberikan dana OTSUS selama 21 tahun dengan nilai anggaran 90 trilyun itu tidak seberapa, dengan hasil dari PT Freeport sepuluh kali lipat perhari. Freeport bukan gali batu atau tanah tapi gali batu emas. Yang menjadi pintar, Indonesia dari hasil bumi Pulau Papua. Kami orang Papua di tekan tidak boleh mengenyam ilmu kemana-mana untuk mencari pengetahuan. Susahnya minta ampun masuk Kedokteran, penerbangan, arsitek, hukum pidana, AKBRI. Keluar masuk hanya sebatas dalam negeri Indonesia. Kami anak-anak Papua memberi Apresiasi besar kepada Pak Gubernur Papua (Lukas Enembe), beliau menjadi Gubernur barulah anak Papua mengenal dunia lain pada tahun 2016, proteksinya ini Indonesia merasa bangga dan ekspos tiap saat pada hal anda tidak pernah lakukan. Sejak dari dulu Indonesia buat seperti ini berarti Indonesia jaya dan sukses, dalam hati mereka hanyalah Papua Black Iives Matter, Papua sudah sampai lebih jauh kemana-mana dan tinggal jawabannya.

OTSUS JILID II itu merupakan kehendak Menteri Dalam Negeri, OTSUS JILID I karena Permintaan Kemerdekaan (M). Ketika dalam haluan Otsus pertama tidak pernah singgung mengenai kemerdekaan Papua, setelah Otsus berakhir berartikan berbicara apa dasarnya adalah MERDEKA. Sekarang merabah apa lagi dan Indonesia salah atau benar sebagai pegangan setelah selesai untuk berbicara OTSUS. Sekarang kita tinggal mau mulai dari mana, semuanya menjadi sulit karena nanti jalan dengan menghilangkan nyawa-nyawa mereka yang sedang berjuang ini saja. Maka sekarang Indonesia membuat realisasi kemerdekaan yang positif dan bermartabat karena Pak Presiden menyampaikan melalui media bahwa OTSUS JILID II pergi berdiskusi dengan semua komponen masyarakat Papua dan Papua Barat. Barulah membuat draft Otsus Jilid II.

Dengan demikian, kami atas nama segala isi bumi tercinta Papua, menyampaikan kepada Bapak, berpikir duhulu dan memberi pemikiran yang rasional tentang membuat OTSUS JILID II ini, jauh lebih berbicara kemerdekaan dari pada OTSUS, sehingga semua kelakuan bisa lenyap dari bumi Cenderawasih Papua. Jangan terjadi mengucilkan seperti Putra Papua Kapolda Irjen Polisi Paul Waterpauw. Yang mengatakan dia tidak mengenal Organisasi AMPTPI pada hal pertama beliau yang memberi Materi, kalimatnya kami minta untuk segera cabut. Karena beliau jual dirinya sendiri. Asrama asrama Mahasiswa Papua di Jadikan sebagai tempat-tempat Mahasiswa Papua Terlibat Gerakan Melawan Negara inikan asosiasi kurang baik di pandangan semua orang Indonesia. Identic dengan Intimidasi, Papua Black Matter, Papua Lives Matter.

Bapak Menteri Dalam Negeri Yang hormati, Hari ini, mungkin boleh kamu akan lakukan benci, marah, cemburu, cemooh, iri hati dan sakit hati, dihina dll, tetapi mungkin inilah yang terbaik kulakukan untuk bagi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua dan seluruh Rakyat bangsa Papua. Mungkin boleh kamu akan mengakuinya setelah tahun-tahun berikut ini berlalu. Agus Zonggonao, SP., M.Si.

Proteksi dari OTSUS adalah Pemerintahan Indonesia Negara Besar yang ke kelima dari jumlah kependudukan. Bapak Menteri Dalam Negeri orang genius Indonesia yang mampu mengendalikan bumi Indonesia. Namun demikian bumi Papua bumi yang sejak awalnya susah. Bapak sudah gagal mengambil hati orang Papua selama 21 tahun sesuai janji kami masyarakat Papua. Pada kesempatan ini bapak mendatangkan orang Indonesia kasih penuhi dengan Dana OTSUS. Dana yang Bapak siapakan juga dapat dinikmati hanya orang Indonesia Non Papua. Bapak tidak pernah malu melihat masyarakat Papua menjual sirih, kapur dan pinang dipinggir jalan, pak sendiri pernah melihat pada saat memegang Polda Papua. Tidak pernah perasaan empati kepada mereka.

Apakah perbedaannya antara Aceh dengan Papua ? Aceh diberi kebebasan dalam segala hal, Papua penekanan dalam segala hal. Karena Aceh Penduduk mayoritas Islam dan Papua Mayoristas Kristen, maka Indonesia makin teguh dan jahat terhadap masyarakat Papua karena Papua tempat Ekspansi Agama islam untuk menguasai bumi Papua. Bahasa ini salah satu orang Islam yang mengatakan bahwa kami sudah menguasai Papua dengan telah mendirikan 1552 pesantren. Kami orang Papua tidak pernah memandang hal itu, tetapi yang memandang itu adalah orang Indonesia sendiri, sehingga kami hidup di atas duri yang jahat. Jadi berilah kami untuk hidup yang bermartabat di atas bumi kami. Tidak ada makanan juga masih bisa kami dapat hidup dengan membuat kebun sendiri untuk menghidupkan masyarakat dengan hasil bumi kami sendiri.

Bapak Menteri Yang Terhormat, Anggaran seberapa besarpun yang diberikan Papua hanya nilai nominalnya saja untuk pembangunan daerah sama saja, dibandingkan hasil bumi dari kami sejak kami berintegrasi sudah belance dengan hasil bumi kami. Banyak dana di atas untuk mereka memperkaya diri tipu menipu pemerintah daerah dan di bawa pergi tanpa bukti dilapangan. Oleh karena itu, OTSUS JILID II adalah nama besar bangsa Indonesia di Hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, di Pandangan dunia dan nama besar Bapak Menteri Dalam Negeri sendiri sama dengan nama besar BJ Habibie. Dosa yang paling Besar adalah dosa penipuan dan pembodohan kepada bangsa Papua. Kami mohon bicara pengakuan kemerdekaan mereka dengan jujur dan adil dihadapan Tuhan Yang Maha Kuasa dan Dihadapan Bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa di dunia. Karena kontribusi morial ada di tangan Bapak, Walaupun secara Konsitutional ada di tangan Presiden Republik Indonesia untuk menyelesaikan masalah Papua.

Demikian kami sampaikan pernyataan surat terbuka ini dan atas perhatian dan pertimbangannya bapak Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, kami mengucapkan terima kasih.

Nabire, 16 Juli 2020,
AGUS ZONGGONAO, SP., M.Si,