Oleh Felix Degei
Pendahuluan
Sebutan DOGIYAI merujuk pada tiga pengertian. Pertama, nama gunung yang terletak di bagian barat dari Moanemani, Ibu kota faktual Kabupaten Dogiyai. Kedua, nama salah satu jenis anak panah yang terkenal panas sehingga lazim digunakan oleh orang untuk membunuh hewan buruan dan atau ternak seperti babi. Ketiga, nama salah satu kabupaten yang terletak dalam wilayah kerja Pemerintah Provinsi Papua Tengah. Perlu diketahui bahwa nama ibu kota tersebut sesuai dengan SK Pemekaran UU Nomor 8 Tahun 2008 adalah Kigamani bukan Moanemani. Kabupaten Dogiyai belakangan ini selalu dikenal karena viral dengan akibat konflik sosial baik secara vertikal (pimpinan dan masyarakat biasa) maupun horizontal (antara sesama masyarakat). Misalnya dengan motif aksi terbakar ataupun dibakar yang hampir selalu tidak pernah diketahui penyebabnya. Entahlah. Intinya ‘DOGIYAI SELALU MENYALAH’. Nyaris hampir semua kantor dan kios beserta rumah warga sekitarnya habis akibat aksi ‘si jago merah’ tersebut. Namun ulasan ini hendak membahas tentang menyalah dalam hal lain yakni prestasi gemilang yang mengharumkan nama daerah.
Penangkal Kesan Buruk
Bagian ini sengaja disebut pangkal kesan buruk karena hendak membahas tentang beberapa prestasi gemilang di tengah keterpurukan nama daerah. Ragam prestasi yang sudah dan sedang diukir dalam berbagai bidang adalah cara generasi mencegah atau menolak kesan buruk dari orang luar. Sejak tahun 1980an Moanemani telah tersohor namanya dengan kepiawaian aroma rasa Kopi Murni Moanemani yang dihasilkan oleh Yayasan P5. Selain itu Dogiyai juga selalu orang kaitkan dengan penghasil Noken Khas Anggrek Pohon khususnya dari Daerah Mapia. Selanjutnya di tingkat daerah nama Dogiyai selalu diangkat juga oleh Tim Sepak Bola Bintang Dogiyai, Dogiyai Star dan kini DOA FC, dan lain sebagainya. Terakhir nama Dogiyai kembali disanjung ketika gadis cilik bermarga Dumupa itu berhasil menorehkan Juara I kategori Tutur Kitab Suci dalam acara Pesparani Papua Tengah 2023. Kini kembali Kabupaten Dogiyai berhasil meraih Juara I Festival Budaya Pelajar se-Provinsi Papua Tengah tingkat SMA/sederajat yang digelar mulai tanggal 1-9 September 2025. Tentu selanjutnya Para Siswa dari Kabupaten Dogiyai ini yang akan mewakili Provinsi Papua Tengah ke Tingkat Nasional di Yogyakarta.
Redefinisi dan Reposisi Moto ‘DOGIYAI DOU ENAA’
Sederetan prestasi nama baik yang sudah dan sedang diukir ini sesungguhnya adalah upaya untuk mendefinisikan sekaligus mengembalikan nama baik daerah. Terlebih khusus mengacuh pada Moto daerah ‘DOGIYAI DOU ENAA’ (Dogiyai yang Elok Dipandang) seiring dengan Visi Pemerintahan saat ini Dogiyai Cerdas, Kuat dan Bangkit.
Kesimpulan
Dogiyai kembali menyalah lagi. Namun kini dengan prestasi gemilang yang ditorehkan oleh siswa/i SMA. Semoga prestasi brilian dari Generasi Z (Gen Z) ini akan menjadi umpan yang baik dan positif untuk Dogiyai terus menyalah dengan prestasi bukan api dan asap yang membumi hanguskan seluruh aset pemerintah untuk pelayanan publik. Smoga!!!
Penulis adalah pegiat pendidikan khusus orang asli (Indigenous education) tinggal di Nabire Provinsi Papua.
		




















