Beranda News Jalan Perdamaian Di Papua Masih Terseok-Seok?

Jalan Perdamaian Di Papua Masih Terseok-Seok?

742
0
Aliansi Peduli Papua Penuh Damai (Aliansi PAPEDA) ketika berpose bersama di Jakarta (Foto:Red/PapuaLives)

Jakarta, “Kami mengucapkan selamat atas dilantiknya Ir. Jokowidodo dan KH.Ma’ruf Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, dan juga kepada kabinet kerja Indonesia Maju yang sudah terbentuk dan dilantik, serta yang kami banggakan Jenderal Moeldoko yang terpilih kembali sebagai Kepala KSP RI, kami juga ucapkan selamat menunaikan tugas-tugas kenegaraan dalam rangka mewujudkan Indonesia Maju dan berdaya saing.
Secara khusus, tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada Presiden Republik Indonesia atas terpilihnya dua putra Papua dalam Kabinet kerja Indonesia Maju, Wempi Wetipo sebagai Wakil Menteri PUPR RI dan Bung Bahlil Lahadahlia sebagai Kepala BPKM RI,” tutur Petrodes Mega Keliduan S.Sos selaku Juru Bicara Aliansi Peduli Papua Penuh Damai (Aliansi PAPEDA) saat acara PAPEDA CoffeTime For Papua yang
diselenggarakan Sabtu pagi, (26/10/2019) di Kedai Utan Kayu Jakarta Timur.

“Kegiatan PAPEDA Coffe Time For Papua ini adalah kegiatan diskusi lepas yang kami selenggarakan guna membicarakan beberapa hal-hal yang menurut kami penting untuk
didiskusikan sebagai kontribusi masukan positif bagi Kabinet kerja yang baru. Kabinet Kerja Indonesia Maju dalam rangka agenda kerja kenegaraan untuk mewujudkan Papua Tanah Damai,” tegas Petrodes saat dimintai keterangan oleh awak media terkait maksud dan tujuan kegiatan tersebut di atas.

Masih banyak hal yang belum terselesaikan paska konflik Papua di masa pemerintahan Jokowi periode pertama. Ironisnya masih dapat menyebabkan luka yang berkepanjangan bagi orang Papua jika tak terselesaikan secara tuntas. Apalagi ini terkait Rasis, dan Korban Jiwa, lanjut petrodes.

Hal diatas dibenarkan oleh Maikel Kogoya, Tokoh Pemuda Pegunungan Tengah yang juga hadir pada kegiatan itu. Maikel menyampaikan bahwa Tragedi kemarin di tanah Papua, adalah tragedi berdarah dan memakan korban jiwa yang tidak sedikit. Baik itu dari orang Papua, maupun dari orang pendatang/non papua. Kalau sdh berbicara terkait darah dan air mata, ini urusannya panjang dan harus diselesaikan secara tuntas. Tidak bisa setengah-setengah. Di tambah lagi ada isu-isu yang berkembang bahwa tragedi kemaren adalah setingan para elit politik untuk mengadu domba orang asli Papua dengan warga pendatang sebagai pengalihan issu menjelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI maupun Sidang PBB di New York USA. Oleh sebab itu, harus diselesaikan dengan serius.
Harus ada ketegasan dari Jokowi terkait hal ini. Step by Step kejadian, mulai dari Jawa Timur sampai ke Wamena , itu adalah rentetan kejadian yang saling berkaitan dan hingga sekarang belum terungkap para aktor di balik rentetan peristiwa ini, tukas politisi muda dari partai golkar itu.

Di tempat yang sama, Maulana Muhammad selaku Ketua Aliansi Peduli Papeda bidang SDM menambahkan; bahwa, Upaya untuk pemulangan mahasiswa Exodus harus di optimalkan dengan baik. Banyak dari mereka yang Exodus karena terpaksa. Bukan karena panggilan hati.
Mahasiswa Exodus dan para aktifis mahasiswa yang melakukan demonstran pada saat kejadian di Abepura saat itu, mereka sebenarnya hanyalah korban dari sejarah masa lalu tentang Papua dari doktrin-doktrin senior dan jejak digital. Mereka sama sekali bukan pelaku makar.
Saya Prihatin, dengan
dipenjarakannya adik saya Presiden Mahasiswa USTJ, Alexsander Gobay dan kawan-kawannya dengan tuduhan makar, lalu melakukan pembiaran terhadap pelaku rasisme di Jawa timur, serta belum terungkapnya aktor di balik konflik horizontal Papua VS Non Papua di jayapura dan Wamena, Hal ini justru memunculkan penilaian negatif bagi kami anak Papua, terkait proses penyelesaian konflik Papua,” ungkap Maulana, yang juga adalah mantan Presma BEM USTJ Papua.

Melihat dinamika kekinian yang terjadi di Papua, Aliansi Peduli Papua Damai merasa penting untuk mengingatkan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia beserta jajaran dalam Kabinet Kerja Indonesia maju dalam menerapkan formula yang tepat dalam rangka Me-resolusi konflik di Papua.
Ketua Aliansi Peduli Papua Damai, Bung Yulianus Dwaa menekankan, Bahwa Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia harus lebih konsisten memerintahkan KAPOLRI dan Panglima TNI agar dapat dengan cepat, tepat dan bermartabat menyelesaikan rentetan kasus di Papua belakangan ini, agar jangan meninggalkan luka yang berkepanjangan di hati orang Papua, karena penanganan Papua tak dapat diselesaikan dengan pendekatan militerisme sebab akan selalu menimbulkan korban jiwa dari kalangan sipil dan menambah luka baru bagi orang Papua oleh sebab itu pendekatan kemanusiaan merupakan pendekatan yang sangat tepat dan bermartabat dalam penyelesaian konflik di Papua.